[3RD BOOK OF CHANCE SERIES UNIVERSE]
ok.si.gen /oksigèn/
(n) gas yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, merupakan komponen dari kerak bumi; zat asam; unsur dengan nomor atom 8, berlambang O, dan bobot atom 15,9994〈O2〉
hid.ro.gen /hidro...
Seperti bubuk besi tiap ada di deket magnet, aku selalu tertarik secara alamiah sama kamu
-Unsur, Bab Dua-
"APAAN SIH?!" teriak Dita, lalu menyentakkan tangannya sampai terlepas dari genggaman Ares. Ares yang tadinya berjalan menarik gadis itu, terhenti langkahnya.
"Kita enggak saling kenal! Kenapa aku harus ikut kamu?!"
Ares bungkam, merutuki sendiri kenapa tidak bisa mencegah tangannya bertingkah sembarangan. Namun masih enggan meminta maaf. Meski akhirnya lelaki itu kembali bersuara setelah melihat Dita hendak pergi.
"Lo kepilih olim kimia sama gue, kita ditunggu di perpus sekarang."
Sekarang giliran Dita yang diam. Mencerna kata-kata lelaki yang tidak ia ketahui namanya tersebut.
"Kenapa nggak bilang dulu?! Kenapa harus narik-narik segala?! Enggak sopan tau!!"
Dita dengan wajah ditekuk lalu berjalan mendahului Ares. Kakinya dihentak-hentakkan pertanda bahwa kesal gadis tersebut belum usai. Ares di belakangnya hanya mengikuti, berusaha menahan tempramennya sehingga tangannya tidak melakukan hal yang lebih parah dari tadi.
Menjambak rambut panjang gadis itu, misalnya.
Mereka berdua sampai di perpustakaan tidak lama kemudian. Mendapati pemandangan di mana empat anak lain sibuk mengerjakan soal. Sementara Pak Ali dan Bu Nadira menemani di samping.
"Permisi Bu, Pak, ini Dita-nya." ujar Ares melihat kedua gurunya tersebut tidak kunjung bereaksi atas kedatangannya.
"Eh iya, sini-sini duduk sini." ajak Bu Nadira dengan ramah.
Setelah keduanya sudah mendaratkan diri di atas karpet, Bu Nadira kembali mengajukan pertanyaan, "Ini Ares sama Dita sudah saling kenal kan?"
Oh ternyata Ares namanya
"Cuma tahu nama Bu." Ares menjawab, mendengar Dita tidak kunjung mengatakan apa-apa.
"Waahh gimana kok belum kenalan ini, yasudah enggak papa."
Bu Nadira lantas mengulang penjelasan yang tadi sudah Ares simak kepada Dita. Dita hanya mengangguk-angguk disertai senyum. Lantas berkata paham di akhir penjelasan Bu Nadira.
Kemudian Bu Nadira permisi sebentar. Meninggalkan dua anak manusia itu dalam kecanggungan kental. Apalagi setelah apa yang sudah Ares lakukan di kantin tadi.
Sepuluh menit, Bu Nadira tidak kunjung kembali. Membuat keduanya sangat bosan, ingin kembali ke kelas saja lah, setidaknya kalau tidak bisa langsung pulang dan rebahan. Ares sedari tadi hanya sibuk scroll instagram dan membalas pesan teman-temannya. Dita pun sama, mungkin bedanya hanya gadis itu membuka aplikasi lain, youtube.
"Ini kok diem-dieman? Ndak latihan kayak yang lain?" tanya Pak Ali tiba-tiba.
"Masih menunggu Bu Nadira, Pak."
Pak Ali manggut-manggut, "Saya mau nanya, boleh?"
Keduanya mengangguk. Menunggu pertanyaan apa yang kira-kira diajukan oleh guru yang masih belum menikah itu.
"Unsur yang nomor atomnya delapan, hidrogen apa oksigen?"
"Oksigen!"
"Hidrogen!"
Dita dan Ares tanpa janjian menjawab pertanyaan itu bersamaan. Membuat mereka kaget sendiri dan spontan menatap satu sama lain, keheranan. Lalu merasa canggung dan sama-sama mengalihkan pandangan kemudian.
"Dita salah ya, tapi kalian kompak banget, cocok udah pasti menang olimpiadenya, itu Bu Nadira sudah datang, Bapak duluan ya.."
***
Langit tampak mendung disertai angin yang mampu membuat Dita memeluk dirinya sendiri, dingin. Dalam hati gadis itu berdoa supaya Tuhan berbaik hati tidak menurunkan hujan sebelum dirinya sampai rumah. Seragamnya besok masih dipakai, dia enggak mau seragamnya basah.
Dita memandang sekitar dengan gelisah. Sudah hampir satu jam dia duduk di sana, menunggu sopir pribadinya menjemput. Sekolah sudah sepi, kalau pun ramai mungkin di dalam, tempat anak-anak sedang melakukan kegiatan ekstrakurikuler.
"Gelap banget weh, gue nebeng lo ya? "
Kepala Dita otomatis menoleh mendengar suara bariton itu. Ada tiga orang lelaki di sana baru keluar dari gedung sekolah. Ada Ares juga, lelaki itu tersenyum, sangat berbeda seperti saat bimbingan dengannya tadi.
Lama dia memerhatikan Ares, sampai tidak sadar kalau lelaki itu kini melangkahkan kaki ke arahnya. Membuatnya gelagapan setelah panggilan Ares membuyarkan lamunannya.
"Belum pulang?"
"Eh eh siapa ni?? Gebetannya Ares ya lu?!" tanya salah seorang teman Ares dengan heboh kepadanya.
Dita masih diam, sibuk mencerna perkataan para laki-laki di hadapannya itu. Membuat Ares kesal karena pertanyaannya tak kunjung mendapat jawaban. Kali ini Ares menepuk pundak Dita, bertanya sekali lagi.
"Kenapa belum pulang?"
"Emm.. anu, masih- masih nunggu jemputan, iya! Nunggu jemputan." jawab Dita akhirnya dengan salah tingkah.
Ares tidak berkata apa-apa lagi, namun duduk di sebelah gadis itu. Membuat si cantik mengerutkan kening, salah makan apa lelaki partner olimpiadenya itu?
"Lah? Lo enggak pulang Res?" tanya teman Ares yang satunya lagi, melihat tidak ada tanda-tanda Ares akan bergerak.
"Kalian duluan aja Bang, kalo sore-sore suka bahaya di sini, apalagi pas sepi gini."
Lagi, Dita hanya bisa terdiam sambil mencerna apa yang baru terjadi sejak beberapa menit yang lalu. Banyak tanda tanya di kepalanya saat ini, namun feeling nya berkata untuk tidak bertanya terlebih dahulu.
Jadilah selama lima belas menit ke depan, Dita tidak menunggu sendirian. Terasa canggung, tapi terasa lebih baik daripada saat dia sendiri tadi. Setidaknya akan ada yang bisa dia mintai bantuan jika terjadi sesuatu.
Di tengah kecanggungan, Dita tiba-tiba merasa ada sesuatu mendarat di pahanya yang memakai rok pendek. Jaket hitam, ia refleks menoleh ke orang di sebelahnya. Meminta penjelasan dengan tatapan mata.
"Pake, nanti masuk angin lo nangis."
Sial, sempat-sempatnya lelaki itu berkata semenyebalkan itu. Membuat Dita urung mengucapkan terima kasih yang sudah tertahan di ujung lidah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hai hai haii, chaewon iz*one kembalii Hihi kangen aku eg?
Capek ya kalian pasti baca kata maaf dulu tiap kali aku update. Tapi emang aku se-sibuk dan se-buntu itu buat update sering-sering, mau nangis aja rasanya T_T
Semoga kalian ngerti dan tetep support cerita ini yaa, ily banyak banyaaak