Unsur - 36

48 16 16
                                    

Salah satu ciri makhluk hidup adalah peka terhadap rangsang, maka, sebagai salah satu makhluk Tuhan yang paling indah, kamu bisa kan, peka terhadap perasaanku?

-Unsur~Bab Tiga Puluh Enam-

Dita pasti sudah gila karena meminta Ares memberinya pelukan di saat ada banyak orang yang akan melihat. Ia merutuki dirinya sendiri dalam hati. Memarahi mulutnya karena sudah berkata seperti itu.

Namun sedetik kemudian ia tidak bergerak saat Ares menariknya lembut ke dalam pelukannya. Hangat, gadis itu merasa nyaman sementara kepalanya dielus. Dita merasa aman, sesuatu yang biasanya ia temukan di dekapan kakak-kakaknya.

Masa bodoh dengan apa yang dikatakan orang-orang, Dita sedang membutuhkan ini. Pundaknya terasa lebih ringan setelah pelukan mereka terlepas. Entah untuk yang ke berapa kali, perempuan itu berterima kasih lagi.

Lain dengan yang dirasakan Dita, Ares merasakan sesuatu yang aneh. Dia mungkin memang telah jatuh hati pada perempuan berambut coklat itu. Tapi saat melihat raut sedih dan suara dengan nada rendah Dita yang menanyakan pelukannya, sepertinya Ares tidak akan menemukan jalan keluar lagi.

Ares ingin melindungi gadis itu, meski dirinya sendiri sebenarnya juga membutuhkan perlindungan.

Sudah beberapa jam berlalu, tapi wangi citrus dari rambut Dita masih terekam jelas di ingatannya. Meski ia sudah melakukan banyak hal, tapi kepalanya terus kepikiran akan hal itu.

-

Hidrogen 🐭

Dita|
Lagi apa?|

-

Ares meletakkan kepalanya di atas meja begitu pesan terkirim. Dia juara satu olimpiade kimia tahun ini, nilai ilmu sosialnya juga bagus. Tapi untuk mencari topik percakapan saja, mengapa dia harus menggunakan dua kata itu. Kreatifitasnya mendadak hilang seperti teman laknat waktu ditagih hutang.

Selama beberapa menit, Ares hanya memandangi ponselnya tanpa berani membuka. Baiklah, dia akan belajar saja dulu. Tugas matematika wajibnya sudah menunggu sejak tadi.

Ting!

-

Hidrogen 🐭

|Biasa, belajar
|Ada apa Res?

-

Ares yang tadinya sudah mau membuka pulpen, tidak jadi. Dua pesan balasan itu nampak biasa. Tapi reaksi jantung Ares sangat tidak biasa. Ares pusing sendiri memikirkan jawabannya.

"Allahu akbar gue kenapa sih orang cuma di-chat doang," gerutu Ares kepada dirinya sendiri.

Ares kemudian mengetik balasan kepada Dita. Bertanya apakah perasaan Dita sudah membaik. Apakah perempuan tersebut sudah tidak sedih lagi. Serta mata pelajaran apa yang sedang ia pelajari.

Anak laki-laki tersebut terbelalak ketika tiba-tiba muncul nama Dita di layar, sedang meneleponnya. Selama lima belas detik, ia membiarkan ponselnya tetap bergetar, panik. Tapi kemudian ia tersadar, kenapa ia harus panik? Kan dia sudah mandi, kamarnya juga rapi, Dita juga tidak akan melihat sampai se-detail itu.

Aneh, Ares aneh.

"Halo assalamualaikum, lama banget ngangkatnya?"

Unsur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang