Unsur - 6

88 32 5
                                    

Salah satu sifat cahaya itu lurus arah rambatannya. Karena kalau lurus padamu, itu sifat aku.

-Unsur~Bab Enam-

"Ares? Kesambet apa dia?" gumam Dita heran saat mengecek ponselnya.

Dita malam itu sedang belajar.  Gadis itu tengah mencari distraksi karena otaknya mulai berasap. Saat itu pula, dua pesan dari lelaki yang belum menjadi temannya itu masuk.

-

Ares Galak

|Malem, Dita
|Gue tebak lo pasti lagi belajar

-

Dia tidak langsung membalas pesan itu sehabis membacanya. Pesan yang terkesan ramah tersebut sangat mengganggu sisi dirinya yang tidak enakan. Mengingat apa yang sudah ia lakukan pada Ares tadi siang.

Meski demikian, Dita akhirnya membalas singkat.

-

Iya|
Kenapa?|

|Gapapa
|Jangan kimia an mulu lah

Hah? Apasi|

|Sudahi belajarmu
|Ayo main bersamaku

-

"Astagfirullah dia kenapa!"

Dita dengan spontan menjauhkan ponselnya dari dirinya. Bukankah Ares yang dia kenal adalah orang yang galak? Rasanya tidak mungkin lelaki itu mengirim pesan semacam ini.

Setelah berpikir keras lumayan lama, gadis  itu menemukan beberapa dugaan. Pertama, dia ditantang teman-temannya untuk chat Dita seperti itu. Kedua, lelaki itu mau ikutan trend di sosmed alias ngonten. Ketiga, Ares salah makan atau minum. Terakhir, Ares benar-benar mengajaknya main.

Hingga kemudian notifikasi pesan di ponselnya muncul kembali.

-

Ares Galak

|Heh diread doang
|Gue serius ini ayo main

Sekarang?|

|Iya, ayo temenin gue

Emang rumah kita ga kejauhan?|
Aku aja gatau rumah km dmn|

|Gue jg gatau rumah lo si
|Tp pasti ga jauh dari sekolah
|Soalnya kata Bang Hardi
|Lo datengnya pagi mulu

Hmm|

|Yahh lo ga mau ya?
|Yaudahlah
|Tapi gue di lapangan basket deket sekolah kalo lo mau nyusulin

-

Dita tidak memberi balasan pada pesan terakhir Ares. Gadis itu masih terheran-heran karena selama dua hari mereka berinteraksi, Ares tidak seramah ini. Dia lantas memutuskan untuk mengunci ponselnya, dan lanjut membaca materi pelajaran di buku.

Perempuan berambut coklat itu tidak sedang mengerjakan tugas. Gadis itu mengerjakannya tepat setelah tugasnya diberikan. Sambil mendengarkan penjelasan mapel lain. Atau di waktu senggang.

Iya, Dita sedang menganggur sebenarnya.

Tapi Dita hampir tidak pernah berhenti belajar. Dia selalu takut dikejar, takut tertinggal, berusaha jadi yang terdepan. Kalau tidak kasihan dengan organ-organnya, gadis itu mungkin tidak akan keluar kamar hanya sekadar untuk makan. Teman-temannya bilang, Dita makannya buku.

Unsur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang