Unsur - 45

52 18 1
                                    

Semua ilmuwan punya teori mereka masing-masing dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, sama seperti aku yang punya cara sendiri untuk terus menyayangi kamu

-Unsur~Bab Empat Puluh Lima-

"Woi anjir yang bener jalannya!"

"Lu ngelurusin barisan aja udah kaya ngelurusin jalan hidup ih susah banget!"

"Gerah wee nunggu apaan sih ini?!"

Kira-kira begitulah teriakan yang mendominasi tenda hajatan yang didirikan di lapangan sekolah siang ini. Sudah hampir pukul sebelas, sebagian besar siswa sudah protes minta pulang. Ada yang diminta ke pasar sama emaknya. Ada pula yang keburu ingin minum cendol untuk menghilangkan dahaga.

Dita sendiri, yang ada di barisan tengah juga sibuk mengipasi diri menggunakan tangan. Dia tidak buru-buru mau ke mana-mana. Tapi dia juga enggan berlama-lama di sini, mending ke rumah sakit lagi ngadem.

Hari ini, siswa siswi kelas dua belas diharuskan datang ke sekolah untuk gladi resik acara wisuda yang akan dilaksanakan besok. Sudah terdeteksi beberapa update status cewek-cewek entah dalam bentuk foto, video, maupun boomerang.

Tidak ada yang bisa ia ajak bicara karena Aurel ada di beberapa baris di depannya. Sementara Rheza dan Rahardian ada di belakang bersebelahan. Sedari tadi dia hanya mengikuti instruksi para guru dan menggambar sesuatu di sticky notes karena ponselnya sedang mati.

"Iya iya panas, udah ini terakhir ini ya, ayo baris lagi anak-anakku yang ganteng yang cantik," Pak Ali akhirnya bersuara melalui mikrofon setelah mendengar keluhan anak didiknya bersahut-sahutan.

Pukul sebelas lebih tujuh belas menit, kepala sekolah mulai menyampaikan beberapa kata terakhir. Seperti terima kasih atas kehadiran, pesan agar besok tidak datang terlambat. Serta beberapa hal lain yanh cuma masuk telinga kanan keluar telinga kiri bagi sebagian pendengarnya.

Seusai kepala sekolah menyelesaikan ucapannya, mereka akhirnya diperbolehkan pulang. Tapi Dita seperti biasa tidak mau langsung beranjak karena menunggu gerbang akses keluar sepi dulu. Ia memutuskan ke kamar mandi selama lima menit dulu untuk membasuh wajah.

"Dita!!"

Panggilan itu ia menyambutnya tatkala baru selangkah ia keluar dari toilet. Membuatnya menoleh lalu mendapati Aurel yang tengah berlari ke arahnya sebagai sumber suara. Raut muka Aurel jelas mengatakan bahwa ada hal penting yang harus disampaikan.

"Kenapa sih, kok lari-lari?"

"Lo ke mana aja sih gue telfonin kok ga diangkat?!!"

"Maaf hape aku mati, baterainya habis, kenapa sih emang?"

Aurel tidak menjawab, ia sibuk mengatur napasnya. Tangannya menyodorkan ponsel kepada Dita. Yang bersangkutan menerimanya, lantas membaca percakapan antara Nabila dan Aurel lewat pesan teks. Pesan-pesan tersebut dikirim jam delapan pagi, namun baru sempat dibalas tiga jam kemudian.

-

Mbak Bila

|Dekk
|Rell
|Nandi se arek² iki??
|Ihh buka dongg
|Dita dichat ga dibales, ni juga sama
|Aurellaaaa
|Nak manis, buka dong tsayy

Iya Mbak kenapa??|
Data adek abis tadi baru sempet beli pas ada wifi|
Kenapa sih kok kaya penting banget?|

|Oalah tau gitu mbak beliin dulu tadi
|Mbak lagi di rs, Ares udah sadar
|Dita kemana?? Habis data juga?

HAH DEMI APA?!|
SUMPAH NIH DEMI ALLAH BUKAN PRANK?!|

|Hooh beneran
|Bilangin sama Dita, daritadi ga online dia

Unsur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang