Unsur - 49

49 18 11
                                    

Akan selalu ada pisah di setiap temu, tapi juga selalu ada temu lain setelah pisah, entah di semesta yang lain, di waktu yang lain, atau kelak, di hadapan Tuhan

Akan selalu ada pisah di setiap temu, tapi juga selalu ada temu lain setelah pisah, entah di semesta yang lain, di waktu yang lain, atau kelak, di hadapan Tuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Unsur~Bab Empat Puluh Sembilan-

"Maaf ya, aku jadi ngerepotin banget sama Mas."

"Astaga wong sama pacar sendiri kok, enggak aku ga repot, lagian sekalian aku udah lama enggak main ke sini."

Nabila tersenyum lebar karena Gerald juga menampakkan senyum. Meski masih merasa sedikit tidak enak. Gadis itu jelas senang didatangi dan ditemani sarapan bersama pacarnya pagi-pagi.

Semalam, ia meninggalkan jaket dan laptop nya di dalam mobil Gerald. Jadi pagi ini, Gerald mengantar ke sana sekaligus mengunjungi rumah calon mertua. Juga membawakan beberapa camilan favorit pacarnya.

Selesai berpamitan kepada Nabila, Gerald segera menuju ke dalam mobilnya. Dia masih harus bekerja siang nanti. Lelaki itu mau pulang terlebih dulu, mengecek adiknya yang tadi masih tidur saat dirinya pulang.

"Halo, Assalamualaikum, ada apa Mbak?" tanya Gerald kepada asisten rumah tangga yang tiba-tiba menelepon.

"Waalaikumussalam, anu Mas, saya cuma mau ngasih info kalau Mbak Dita ga ada di rumah, kata bapak supir, tadi mbaknya minta dianter ke bandara, tapi terus minta ditinggal, Mbak Dita mau keluar kota Mas? Soalnya saya lihat kamarnya bersih, kayak orang mau pergi lama."

"Sejak kapan Dita enggak ada di rumah? Bandaranya bandara mana?"

"Kata bapak supir sih, ke bandara Djuanda jam setengah delapan nan tadi, tapi saya nanya nya barusan."

"Yaudah makasih Mbak."

Gerald memutus sambungan secara sepihak. Perangainya jelas menunjukkan bahwa laki-laki itu panik. Pasalnya adiknya tidak pernah mengatakan apa-apa soal pergi jauh apalagi berpamitan. Dita juga belum pernah ke mana-mana sendirian sebelum ini.

Kakak sulung Dita itu mengecek jam tangannya. Jam delapan, Dita pasti masih dalam perjalanan menuju Djuanda. Gerald segera menambah kecepatan mobilnya. Berharap dapat segera mencapai tempat adiknya berada.

Perjalanan Malang-Surabaya yang jauh, memakan waktu yang lebih singkat dengan kecepatan Gerald saat ini. Beruntung jalan tol sedang tidak macet. Tidak ada yang Ia pikirkan selain Dita saat ini.

Kaki jenjangnya segera berlari setelah mobilnya dipastikan terpakir rapi di tempat parkir bandara. Sementara ponsel Ia tempel di telinga. Menunggu supirnya menjawab panggilannya.

"Halo, assalamualaikum mas? Ada-"

"Saya tau Mas lagi ada di Djuanda, saya juga, sekarang Mas ada di sebelah mana?"

"Baru banget masuk lobi Mas, saya-eh iya kenapa Mbak?"

Gerald tahu, pasti Dita melarang supirnya untuk mengatakan lebih banyak. Akan tetapi informasi barusan sudah lebih dari cukup untuk membuat Dita ditemukan.

Unsur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang