Unsur - 21

65 23 5
                                    

Sama seperti apel yang jatuh ke kepala Newton, aku sepertinya juga ditakdirkan untuk jatuh hati padamu

-Unsur~Bab Dua Puluh Satu-

"Makasih buat hari ini ya Kak, sampai ketemu lagi besok," kata Agatha, saat mereka sudah dipersilahkan kembali ke kelas masing-masing.

Hari kedua bimbingan bersama tiga anak baru terasa menyenangkan bagi mereka semua. Awalnya memang ketiganya canggung dan malu-malu. Tapi berkat Sierra yang easy going, ditambah Farel yang mulutnya no filter, mereka sudah lebih nyaman satu sama lain.

"Yoi sama-sama, belajar yang rajin ye biar kita menang," jawab Sierra, lalu ber-high five dengan rekan se-tim barunya.

Mereka kemudian berpisah menuju kelas masing-masing. Geng kelas dua belas tampak berjalan sambil berbincang ringan. Koridor sepi, kecuali di depan kelas mipa satu yang sepertinya sedang jam kosong.

"Eh Dita sama Ares mau ikut ngga jengukin Farhan ke rumah sakit?" tanya Sierra sebelum mereka benar-benar masuk kelas.

Dita spontan memandang Ares, menunggu jawaban temannya itu. Karena meski dia masih kesal terhadap apa yang dilakukan laki-laki itu kepadanya. Sepertinya Ares jauh lebih tidak ingin bertemu Farhan ketimbang dirinya.

"Boleh, kapan?"

Semuanya tampak sedikit kaget mendengar Ares menjawab se-lempeng itu. Padahal lelaki itu juga yang kemarin gelap mata dan hampir mengirim Farhan ke akhirat lebih dini.

"Nanti sore pulang sekolah, Dita ikut nggak?" tanya Sierra yang dijawab anggukan oleh Dita.

"Berlima nih ya, mau pesen go-car apa gimana?" tanya Sierra lagi.

Farel menyahut, "Kalian aja yang pesen, Kaila biar naik motor sama gue."

Mendengar itu, Kaila tampak tersenyum dengan malu-malu.

"Ceilah Parel gas terus lah jakendor!!" heboh Sierra sambil menepuk-nepuk bahu teman sekelasnya tersebut.

***

Sepulang sekolah, lima orang itu berangkat menuju rumah sakit seperti yang telah direncanakan. Kaila dibonceng Farel, sementara Ares, Sierra dan Dita naik taksi online yang dibayar oleh Ares tanpa menerima protes.

Sierra langsung menuju resepsionis untuk memastikan apakah Farhan masih dirawat di sana atau tidak. Setelah mendapat informasi yang cukup. Mereka berjalan menuju kamar inap Farhan yang ada di lantai dua.

Sepanjang jalan, tidak ada hal berarti yang terjadi. Kecuali Dita yang menyadari kalau Ares terlihat berbeda dari biasanya. Temannya itu terlihat gelisah meski sudah mencoba terlihat santai.

"DEVAAN, ASSALAMUALAIKUM!" teriak Sierra begitu masuk ke dalam ruangan Farhan.

"Waalaikumussalam, nama gue Farhan ya anjing!" jawab laki-laki itu sambil berusaha melepaskan rangkulan Sierra dari bahunya.

"Dih kasar amat Pak, nama lo Farhan Devanata ye buntut cicak! Nih gue bawain buah nih lo biar kaga makan ati mulu."

Sementara Farhan dan Sierra adu mulut, yang lain memilih duduk di sofa. Membiarkan kedua orang yang ternyata adalah tetangga itu melepas rindu setelah dua hari tidak bertemu.

"Udah tobat belom lo Han? Masih untung kaga jadi meninggal lu dihajar Ares," celetuk Farel.

Mendengar itu, Farhan menghela napas berat. Jika boleh jujur, Farhan masih ingin melempar Ares ke Palung Mariana sampai sekarang. Meski memang kesalahannya, tapi di mata Farhan, Ares dan Dita yang menyebabkan dirinya dikeluarkan dari tim.

Unsur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang