Unsur - 11

73 27 15
                                    

Sama seperti air jika ingin menjadi es, memberikan maaf pun juga butuh proses

-Unsur~Bab Sebelas-

Senin, dua hari setelahnya, Dita tidak masuk sekolah. Izin yang tertulis di daftar absen adalah sakit. Membuat Ares harus berlatih sendirian untuk olimpiade, dan itu terasa sangat aneh.

Pada hari itu juga, Rahardian dan Rheza mengacuhkan dirinya. Apalagi setelah mengetahui bahwa Dita sakit. Meski akhirnya kasihan juga sama Ares yang sudah minta maaf sampai kaya kelihatan enggak punya semangat hidup.

Sehari setelahnya, Dita akhirnya kembali masuk sekolah. Juga ikut bimbingan seperti biasa. Tidak ada yang berubah kecuali gadis itu masih marah kepada Ares.

Dita masih menjadi gadis sumbu pendek yang tidak benar-benar memiliki teman.

Hari ini sudah hari keempat semenjak kejadian malam itu. Semua anggota tim olimpiade seperti biasa, berlatih di perpustakaan setelah jam istirahat pertama.

Hari ini juga merupakan hari keempat Dita sama sekali tidak menganggap Ares ada. Ares jadi seperti makhluk tak kasat mata saat mencoba berinteraksi dengan gadis itu. Kalian tidak percaya? Mari kita coba.

"Dit, Dita!" panggil Ares pelan.

Dita tampak tidak terusik sama sekali. Ares jadi berasa hidup di dunia paralel. Kemarin bahkan lelaki itu sempat berpikir, apa jangan-jangan dirinya sudah meninggal, sudah tinggal arwah saking cueknya Dita.

Enggak, imajinasimu kejauhan ganteng

"Dita, heh jawab dong!" panggil Ares lagi, pantang menyerah.

Yang dipanggil Dita, tapi rekannya yang lain ikut menoleh. Meski sudah tiga hari melihat pemandangan ini. Mereka masih bertanya-tanya apa yang terjadi antara dua anak ini.

Sierra pun berinisiatif membantu Ares, "Dita, dipanggilin Ares daritadi."

"Biarin aja," respon Dita dingin.

Ares tidak tahu harus senang atau tambah sedih sekarang. Secara enggak langsung, barusan Dita konfirmasi kalau Ares bukan arwah T_T. Tapi, itu juga berarti Ares akan tidak dianggap, untuk waktu yang lumayan lama.

"Allahu akbar Dit, maafin gue dong."

"Dit, jawab gue kek."

Dita benar-benar bisa bersikap seakan Ares tidak nyata. Gadis itu tetap fokus mengerjakan tugas di kertas. Padahal semua yang ada di sana fokus padanya.

"Dit, anjir bisa gila gue."

"Farhan lu diem dulu ya, gue lempar kaos kaki nih lo kalo bacot," ancam Ares saat Farhan bahkan baru menarik napas hendak menghujat.

Sementara Dita masih memasang ekspresi datar. Tidak ada keramahan sama sekali di wajah gadis itu saat ini. Auranya juga terasa sangat suram. Dita tidak main-main saar berkata dia membenci Ares.

Ares akhirnya memilih beristirahat sebentar. Bahkan lelaki itu nekat meminum air dari botol milik Dita. Tapi tidak berhasil, tidak ada yang terjadi. Mau nangis saja Ares rasanya.

"Kalian ada masalah apa sih? Lama banget berantemnya dari kemarin-kemarin?" tanya Kaila, mewakilkan teman-temannya.

Alih-alih menjawab, Dita malah membereskan alat tulisnya, "Aku udah selesai, tolong bilangin Bu Nadhira aku izin balik duluan ya, makasih."

Lima orang lain di sana memandangi Dita yang melangkah keluar. Mereka diselimuti hening sampai Dita benar-benar pergi dari sana. Ares mengacak rambutnya dengan kesal, mental breakdown.

***

"Baang, gue kudu gimana ini?"

"Ya salah lu si, otaknya suka ga dipake," komentar Rheza menanggapi rengekan temannya itu.

Rheza, Rahardian dan Ares berjalan beriringan hendak pulang. Ditemani dengan keluhan Ares masalah Dita yang tidak selesai-selesai tentunya. Anak ganteng itu sudah capek lemah letih lesu menghadapi semua ini.

"Lu udah minta maaf yg bener belum sama Dita? Gue kalo jadi Dita juga bakalan kaya gini sih, gua lempar sepatu juga kalo sempet," kata Rahardian santai, masih kesal sama kebodohan Ares.

"Udah Baang, dia nganggep gua ada aja kaga Bang! Kaya di-mute gue kalo lagi ngomong sama dia."

Rheza melepas sebelah airpods nya sambil kembali bertanya, "Lu panik bener dah, suka lu sama Dita?"

Ares langsung memukul bahu Rheza dengan kesal. Pasti ujung-ujungnya begini. Kadang berbicara sama manusia-manusia ini sama sekali tidak memberi solusi.

"Panjang umur tuh liat Dita lagi dijemput."

Ketiganya mengalihkan atensi saat Rheza berkata demikian. Iya, ada Dita di jarak sekitar sepuluh meter di hadapan mereka. Ada mobil hitam di hadapan gadis itu.

Namun bukan mobil hitam itu yang menyita perhatian Ares. Melainkan orang yang keluar dari dalamnya. Laki-laki, yang dari jarak segini saja gantengnya kelihatan paripurna.

Lebih mengejutkan lagi, lelaki itu memeluk Dita. Bahkan memegang kedua pipinya serta mengacak rambutnya. Dita-nya sendiri juga tidak merespon baik perlakuan lelaki itu. Menimbulkan tanda tanya besar di kepala Ares sekarang tentang identitas pria tersebut.

"Kedip Res kedip, kaget ya lu punya saingan ganteng?" tegur Rheza sambil mengusap wajah adiknya itu.

Mental Ares makin enggak karu-karuan disuguhi pemandangan barusan.

Hy bestieee, aku update nii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hy bestieee, aku update nii

Mau ceritak dulu kalo lusa aku wisuda gengg, sedih tp seneng gatau dah mixed feelings, ndak penting emang tp gpp aku mau aja berbagi kebahagiaan sm kalian hehe

Aku ga tau kapan mau update lagi tp semoga kalian tetep sabar nunggu kelanjutan cerita ini, see ya next chapterr-!!

Makazie,

Salam, Ge
-🔔

Malang, 14 Juni 2021

Unsur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang