Unsur - 43

52 18 1
                                    

"Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hujurat ayat 18)

-Unsur~Bab Empat Puluh Tiga-

"Kamu belum tidur? Mata kamu merah banget itu Dek."

Dita mengangguk membenarkan perkataan kakaknya, "Sebenernya udah sih, aku ketiduran setengah jam tadi."

Pukul tujuh pagi, Jihan tiba-tiba ingin melakukan panggilan video dengan adiknya. Dita yang belum mandi dan masih kucel menerimanya tanpa persiapan. Menimbulkan kekhawatiran tentunya pada diri Jihan.

Dita sudah datang ke rumah sakit sejak pukul lima pagi tadi. Sembari membawa setumpuk buku dan berkas dari papanya. Ini adalah hari ke-enam Ares dirawat dan masih belum membuka mata. Setiap hari, Dita datang mengunjungi ruang rawat kelas satu ini entah sambil membawa berbagai macam pekerjaan yang dibebankan padanya.

"Udah sarapan belom? Astaga kamu ngurusin apa aja sih kok sampe enggak tidur?"

"Gatau nih papanya Kak Jihan ga jelas, capek Kak belum lagi ngurusin kuliahan aku nanti, pusing."

"Lah ngapain kamu musingin kuliah? Kamu masuk kuota snm kan?"

Benar juga, Dita belum memberitahu siapa-siapa kecuali Aurel soal rencana perkuliahannya. Dia merutuki dirinya sendiri, sambil berharap semoga kakaknya tidak mencurigai apa-apa. Gadis itu segera mengalihkan topik.

"Iya gatau kan pengumumannya jam dua siang nanti, kalau masuk snm juga aku masih harus pusingin masalah pendaftarannya kan?"

Di kamar asramanya, Jihan masih terheran, "Kok kamu ngurusin pendaftaran sendiri? Enggak diurusin sama orang-orangnya Papa?"

"Y-ya diurusin, tapi tetep aja kan, udah ah jangan ngomongin kuliah-kuliahan, Kakak apa kabar di sana? Kapan pulaaaang??"

Meski masih menyimpan kecurigaan, Jihan menjawab pertanyaan adiknya juga, "Kabar Kakak baik, cuma capek banget makanya telfon kamu, kalo pulangnya kapan juga gatau, duh kakak kangen Indonesia banget padahal sebulan lalu baru pulang."

Dita manggut-manggut, ia juga sangat merindukan Jihan. Ia kemudian bercerita banyak tentang hari-harinya. Terutama tentang Ares yang tidak kunjung bangun. Juga tentang Gerald yang jarang pulang ke rumah.

Terhitung sudah seminggu Gerald tidur di apartemennya tanpa pulang sama sekali. Dita mengerti lelaki yang beranjak dewasa tersebut pasti sibuk. Tapi ya dia tidak ingin bohong juga kalau dia rindu.

"Kak Ger mau nikah kali makanya sibuk."

"Kak jangan gituuu," protes Dita, suka lupa kalau kakaknya sudah berusia seperempat abad. Biasanya Gerald selalu menyebut namanya saat ditanya siapa pacarnya. Dita belum mau diduakan oleh kakak sulungnya tersebut.

Percakapan Dita dan Jihan terjeda. Dita sekilas mendengar suara batuk kecil seseorang. Akan tetapi, sedari tadi ia tidak melihat atau mendengar pintu dibuka. Ia hanya bersama Ares berdua di dalam.

Sama sekali tidak terbesit di pikirannya tentang makhluk halus. Atau pun tentang penjahat yang mungkin bisa menyusup di sana. Dita langsung menolehkan kepala ke arah Ares, dengan segenggam harapan.

Butuh beberapa kali ia berkedip untuk memastikan bahwa pujaan hatinya tersebut memang membuka mata. Sontak Dita buru-buru mendekat ke ranjang Ares. Meninggalkan segala pekerjaannya di meja. Termasuk Jihan yang belum memutuskan sambungan.

Sayangnya Tuhan masih ingin menguji keduanya lebih lama. Netra indah itu mulai tertutup kembali tatkala Dita sampai di samping ranjang. Tidak sampai lima detik, Ares benar-benar telah tertidur kembali.

"ARES! DOKTERR!!"

Dita kembali dipaksa panik saat monitor mulai menunjukkan bahwa tekanan darah Ares menurun. Seiring dengan alat-alat penopang kehidupan Ares yang menimbulkan bunyi yang mengkhawatirkan.

***

Gerald membukakan tutup botol mineral dan bungkus bubur ayam untuk adiknya. Di sampingnya, Nabila menenangkan Dita yang masih gemetar ketakutan. Gadis itu hanya menggeleng ketika ditawari makan.

"Kondisinya sudah stabil kembali, tapi saya belum bisa memastikan kapan Ares bakal sadar."

"Kami akan terus berusaha semaksimal mungkin, tapi melihat keadaannya, sepertinya kalian harus belajar ikhlas."

Dita tidak menangis, ia tidak melakukan apa-apa sejak tadi. Ketakutannya akan kehilangan Ares semakin kuat. Apalagi setelah tadi pandangan mereka bertemu, ia takut itu akan menjadi yang terakhir kali.

"Dita, makan dulu ya, kamu belum makan dari kemarin," ujar Nabila dengan lembut, sembari mengusap pundak lawan bicaranya pelan.

Yang bersangkutan kembali menggeleng. Gerald mengusap wajahnya dengan frustasi melihatnya. Dia tadi berniat menengok adiknya bersama Nabila. Sekaligus menunggu pengumuman hasil snmptn bersama-sama.

"Adek, sini, lihat Kakak."

Gerald menangkup wajah mungil adiknya. Membuat Dita harus menatap kakaknya yang tengah khawatir. Matanya mulai berkaca, tubuhnya semakin gemetar.

"Everything's gonna be fine."

Dita tetap mempertahankan dirinya yang tidak menangis. Tapi menyusup ke dalam pelukan hangat abangnya. Mendekapnya erat sebagai pelampiasan atas perasaan takut yang tak bisa ia lampiaskan.

"Gimana kalau-"

"Udah, jangan mikir yang enggak-enggak, kasian kamunya kecapekan," kata Gerald lagi dengan suara sehalus mungkin.

Tapi Dita enggan menuruti kalimat barusan, "Gimana kalau nanti Ares bener-bener pergi?"

Gerald mengeratkan pelukannya kepada adiknya. Nabila ikut mendekat ke arah keduanya. Tangannya mengelus kepala Dita pelan, tidak tega.

"Dokter bilang mereka bakal berusaha semaksimal mungkin kan?"

"Kamu, Tante Silvia, dan kita semua juga udah ngusahain yang terbaik buat Ares."

"Kamu percaya kan? Kalau Tuhan pasti melihat segala usaha hambanya?"

"Kamu percaya kan? Kalau Tuhan pasti melihat segala usaha hambanya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halooo aku update lagi

Ni aku bawain yang sedi² buat nemenin malam minggu m kalian yang syahdu hehe. Makasih udah nyempetin baca yaaa

Bonus Ditares uwuness karena aku jg kangen mereka 🤸‍♀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus Ditares uwuness karena aku jg kangen mereka 🤸‍♀

Salam, Ge
-🔔

Malang, 25 September 2021

Unsur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang