Unsur - 20

60 23 1
                                    

Kalau para ilmuwan suka ngelakuin percobaan buat bikin penemuan, kalau aku sukanya sama kamu

-Unsur~Bab Dua Puluh-

Hari ini hari Selasa, bel berbunyi menandakan waktu istirahat kedua telah usai. Meski begitu, masih ada beberapa ekor manusia bandel yang menetap di kantin sambil menikmati makanannya. Menunggu salah seorang guru mereka datang sambil marah-marah dulu.

Seperti biasa, Dita akan melewatkan jam pelajaran lagi demi mempersiapkan olimpiade-nya yang sebenarnya masih kurang dua minggu.

Jika kalian penasaran apa yang terjadi setelah telpon mereka kemarin malam. Dita juga sebenarnya tidak yakin. Yang dia ingat, dia berusaha menenangkan Ares sebisa mungkin dengan kata-kata. Lalu ia terbangun keesokan paginya, sadar kalau ia ketiduran sambil menelepon.

"Lihat deh, masa kemarin dia bikin Ares masuk bk, mana katanya habis ngapa-ngapain sama Farhan lagi di toilet cewe, serem ga sih?"

Kalimat panjang tersebut masuk dengan sangat tidak sopan ke telinga Dita. Meski mereka sedang berbisik, gadis itu dapat mendengarnya jelas. Setelah mengedarkan pandangan, ia dapat langsung tahu bahwa yang mengatakannya barusan adalah Celine.

"Nilai fisika lo masih 57, enggak usah sok-sokan ngurusin hidupnya Dita."

Dita menoleh ke samping kanan, mendapati Aurel yang menjawab Celine. Dengan ekspresi datar, perempuan itu beradu pandang dengan Celine. Sementara tangannya meletakkan sebotol susu stroberi di meja Dita.

"Kenapa? Nggak terima? Berantem sini."

Aurella Citra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aurella Citra

Celine Navid Agista

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Celine Navid Agista

Celine memasang ekspresi kesal, lalu berjalan dan menabrakkan bahunya ke milik Aurel. Aurel hampir memulai baku hantam kalau saja Dita tidak menahannya. 

"Biarin aja Rel, anyway makasih ya."

Aurel mengangguk kecil, "Lain kali jangan diem aja kalo digituin, jambak aja rambutnya kalo perlu."

Unsur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang