Manusia selalu mencoba hidup dengan baik. Akan tetapi sedikit yang berusaha mati dengan baik, lupa kalau hukum tidak hanya ada di dunia.
-Unsur~Bab Empat Puluh Enam-
Silvia tengah melakukan transkrip video wawancaranya dengan salah seorang tokoh penting negara. Saat tiba-tiba pintu ruang rawat tempatnya menyelesaikan pekerjaan dibuka. Awalnya ia tidak terganggu, namun ia segera menjeda video yang dia putar setelah mengetahui bahwa yang masuk adalah Adi.
"Ada apa Mas dateng ke sini?" tanyanya, tidak terlalu ramah.
"Kamu masih aja manggil saya Mas padahal saya junior kamu di sekolah dulu."
Kening Silvia berkerut, ada yang aneh. Aura suaminya terlihat berbeda dari biasanya. Sepertinya ada yang sudah terjadi setelah dua minggu lebih Silvia selalu menolak saat diajak bertemu.
"Aku serius, ada perlu apa?"
Adi menyunggingkan senyum kecil, "Saya mau liat anaknya Lia, dan saya juga kangen kamu."
"Gimana kabar kamu? Kamu baik?"
Tentu saja Silvia tidak menerima lamaran Adi setahun lalu tanpa alasan. Lelaki itu adalah pria baik sepanjang ia mengenalnya. Ia tidak pernah tahu bagaimana hubungannya dengan Ares sebelum mereka benar-benar tinggal bersama.
Silvia memilih menjawab pertanyaan dari suaminya dahulu. Mengatakan kabarnya baik meski pekerjaannya lumayan padat akhir-akhir ini. Juga menambahkan penjelasan tentang keadaan Ares yang mulai membaik sejak sadar.
"Mas, serius, ada apa?" tanya ulang Silvia untuk ketiga kali, tidak sabaran.
"Kamu ga mau nyuruh saya duduk dulu?"
Adi semakin terasa aneh setelah melontarkan pertanyaan tersebut. Mereka duduk berhadapan di tempat Silvia tadi bekerja. Meski terlihat berantakan, perempuan tersebut sedang tidak ingin membereskannya dulu. Tujuan dan maksud Adi datang kemari jauh lebih penting saat ini.
Adi memandangi putranya terlebih dahulu beberapa saat, sebelum akhirnya memulai pembicaraan mereka, "Kamu, tau nomor pin rekening aku kan?"
"Iya, kamu yang nunjukin ke aku waktu itu."
Lawan bicara Silvia mengangguk, lantas mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Kemudian tangannya menyodorkan dompet dan ponselnya kepada istrinya. Menimbulkan semakin banyak tanya di kepala wanita tersebut.
"Kamu enggak perlu ijin sekarang, kamu bisa pake semuanya, saya tau kamu bisa ngurus Ares dengan baik, jadi saya enggak perlu khawatir."
Tangan Silvia tidak sama sekali menyentuh benda yang disodorkan oleh suaminya. Tidak sebelum lelaki paruh baya tersebut memberi penjelasan yang ia butuhkan. Tentu Adi peka meski tidak mengatakan apa-apa.
"Ada apa? Mas mau ke mana?"
"Saya mau pergi dulu, enggak jauh dan enggak lama juga."
"Ke mana?"
"Gak ke mana-mana, cuma sebentar."
"Aku enggak akan pakai apa pun pemberian dari kamu sebelum kamu ngomong yang jelas, kamu mau ke mana?"
Adi sedikit terkejut dengan pernyataan tegas yang dilontarkan oleh istrinya. Meski air mukanya masih terlihat tenang. Sepertinya Ia lupa bahwa Silvia adalah wanita independen sejak awal ia mengenalnya bahkan sampai sekarang.
Mereka sama-sama diam untuk beberapa saat. Mendengarkan suara elektrokardiograf yang membantu menunjang hidup putra mereka. Silvia bisa diam sampai pagi jika Adi tidak memberi penjelasan apa pun. Ia benar-benar hanya diam sambil memandang tajam lelaki di hadapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unsur
Teen Fiction[3RD BOOK OF CHANCE SERIES UNIVERSE] ok.si.gen /oksigèn/ (n) gas yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, merupakan komponen dari kerak bumi; zat asam; unsur dengan nomor atom 8, berlambang O, dan bobot atom 15,9994〈O2〉 hid.ro.gen /hidro...