Nangis itu, sama seperti bernapas, manusiawi.
-Unsur~Bab Tiga Puluh Lima-
Hari masih pagi, bel masuk bahkan belum berbunyi. Tapi di mejanya, Dita sudah sibuk sendiri dengan buku catatan dan bolpoinnya. Hari ini kelasnya akan ada ulangan harian.
Kemarin adalah hari terakhir Jihan di Indonesia sebelum harus kembali kuliah. Dita kemarin hampir nangis lagi karena tiga hari terlalu singkat rasanya. Demi kebaikan bersama, Gerald mengijinkan si bungsu absen sekolah dan menghabiskan waktu bertiga seharian.
Meski ending nya, Dita mewek juga waktu mengantar Jihan sampai bandara.
"Buset lo ngambis banget deh, udah pinter juga," kata Aurel yang dengan santai minum susu rasa stroberi di sebelah Dita.
Sejak Senin lalu, Dita resmi menjadi teman sebangku Aurel. Walau pun harus ber-cekcok dulu dengan Celine-yang setelahnya bingung harus mencari contekan kepada siapa. Mereka berantem, yang untungnya ada Rahardian sebagai ketua kelas yang menengahi. Rahardian suka ngeri kalau lihat cewek jambak-jambakan.
"Enggak ah enggak se ambis itu, ga tenang aja kalau belum aku habisin ini rangkumannya," jawab Dita, sedikit gimana gitu dipuji pintar sama juara 1 pararel sekolah selama tiga tahun.
"Ya udah deh semangat, nih gue bagi mumpung lagi baik," Aurel lantas lanjut membaca novel setelah memberikan sebotol susu kepada teman sebangkunya.
Mereka berdua melakukan kegiatan masing-masing dengan tenang setelahnya. Tapi sayangnya, ketenangan tersebut tidak tahan lama. Manusia dari kelas sebelah tiba-tiba datang mencari Dita.
"Dita sayaang, yuhuu."
Astaga, Dita merinding. Itu suara Farhan yang sekarang sudah sampai di depan mejanya. Meski sangat terganggu, Dita masih mampu menjaga fokusnya pada buku pelajaran di hadapannya.
"Ambis banget si cewek gue," kata Farhan lagi, setelah mengambil duduk bangku Rheza yang berada tepat di depan Dita. Yang punya tempat sepertinya sedang melipir ke kantin untung mengisi perut.
"Apaan sayang-sayang, ni bocah ulang tahun aja kaga tau kan lo?"
Rupanya Rheza sudah menyelesaikan acara sarapan paginya. Anak itu masuk ke kelas bersama dua orang temannya, dan yang barusan bersuara adalah Ares. Segera Rheza mengusir Farhan dari tempat duduknya. Tak lupa dengan dramatis membersihkan sisa-sisa debu bekasnya.
"Ih gue tau kok, ini gue mau ngucapin ke dia," jawab Farhan melakukan pembelaan.
"Yee ultahnya udah empat hari yang lalu monyet," sahut Rheza, gemas ingin mencium wajah Farhan menggunakan sapu.
Farhan jelas malu, tapi lelaki itu tetap di tempatnya. Berusaha kalem dan stay cool. Sementara Dita menahan tawa sembari masih lanjut belajar.
"Udah sana pergi lo ini bocahnya mau belajar," usir Ares.
"Dih siape lu ngatur-ngatur gue? Dita nya aja ga masalah gue temenin."
"Yee itu dianya aja yang baik hati dan tidak sombong makanya lu kaga didepak dari sini, udah sana balik ke kelas lu ndiri ngapa, kaga punya kelas lu?"
"Lo sekelas sama gue ya dongo! Anaknya Adi bacot banget anjir."
"Dih anaknya Jamal ga ngaca."
Dita semakin kesulitan menjaga fokusnya. Dua manusia di hadapannya ini sangat berisik. Niatnya dia mau mengusir keduanya sambil marah-marah, tapi enggak jadi, kan ceritanya dia soft. Selain itu, niatnya barusan sudah diwakilkan oleh Aurel yang tiba-tiba menggebrak meja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unsur
Teen Fiction[3RD BOOK OF CHANCE SERIES UNIVERSE] ok.si.gen /oksigèn/ (n) gas yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, merupakan komponen dari kerak bumi; zat asam; unsur dengan nomor atom 8, berlambang O, dan bobot atom 15,9994〈O2〉 hid.ro.gen /hidro...