[3RD BOOK OF CHANCE SERIES UNIVERSE]
ok.si.gen /oksigèn/
(n) gas yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, merupakan komponen dari kerak bumi; zat asam; unsur dengan nomor atom 8, berlambang O, dan bobot atom 15,9994〈O2〉
hid.ro.gen /hidro...
Otot lurik memang bekerja di bawah kesadaran aku, tapi masalah jatuh cinta sama kamu, beda, aku aja enggak sadar sejak kapan
-Unsur~Bab Delapan Belas-
UKS nampak sepi karena sebagian anak sekolah memang sudah pulang. Hanya ada Dita dan beberapa anak pmr di sana. Dia sedang menenangkan diri sambil meminum teh hangat yang dibuatkan salah seorang anggota pmr untuknya.
Tadi, anak-anak itu datang di saat yang tepat karena mendengar keributan. Meski kesulitan, mereka berhasil melerai Ares dan Farhan. Farhan kemudian dilarikan ke rumah sakit. Sementara Ares diarahkan menuju ruang bk.
"Dita gimana? Udah mendingan?" tanya salah seorang di sana.
"Ahh iya, aku udah gapapa, makasih ya."
Dibanding dirinya sendiri, ia jauh lebih mengkhawatirkan Ares. Dia bisa dihukum berat atas apa yang dilakukannya kepada Farhan. Laki-laki itu juga bisa dikeluarkan dari tim, dan Dita tentu tidak mau itu terjadi.
Ares adalah orang yang berbeda saat ia marah. Ia melihat sisi lain laki-laki itu saat tadi ia menghajar Farhan. Dibalik sikap tempramentalnya, ada berbagai emosi lain yang ia lihat dalam tatapan matanya.
Dita hanya ingin memeluk Ares sekarang. Gadis itu tidak suka melihat siapa pun marah. Ia lebih suka Ares yang jail seperti biasanya.
"Kita tinggal dulu ya Dit, kalo ada apa-apa lo panggil aja kita-kita."
Dita mengangguk, mempersilahkan mereka kembali berlatih. Sementara dirinya masih belum berniat pulang. Ia ada banyak hal untuk dipikirkan.
Meski akhirnya setelah beberapa saat, dia memutuskan untuk keluar juga. Diam sendirian di dalam UKS saat sudah sore begini lumayan horror baginya. Biar dia pulang saja dan menghubungi Ares lewat chat nanti.
Akan tetapi baru selangkah ia keluar dari pintu UKS. Badannya ditarik ke dalam pelukan seseorang. Itu Ares, yang sepertinya terburu-buru lari dari ruang bk.
"Dita lo gapapa kan? Bajingan itu ga ngapa-ngapain lo kan?" tanya Ares tanpa melepas pelukan mereka.
Sementara Dita tidak menjawab pertanyaan itu. Ia terpaku, telinganya dapat mendengar jelas detakan jantung Ares disertai deru napas tidak beraturan lelaki tersebut. Untuk sesaat, seluruh bagian tubuhnya menolak untuk bergerak. Ares memeluknya dengan sangat erat seolah takut dirinya akan segera pergi.
"Dita jawab gue! lo gapapa kan?!" ulang Ares, kali ini menatap gadis di hadapannya sambil memegang kedua bahunya.
Lagi, perempuan itu tidak kunjung menjawab. Matanya memandang lurus ke kedua netra milik Ares. Dan ia tidak menemukan kepalsuan, sama sekali. Ares benar-benar mengkhawatirkan dirinya.
Meski demikian, Dita tetap memasang ekspresi datar. Lalu melepas kedua tangan Ares dari bahunya dan pergi meninggalkan laki-laki itu. Tanpa menoleh ke belakang sama sekali.
Dita menolak percaya bahwa hatinya sudah terlanjur terperangkap dalam rasa yang datang tanpa permisi.
***
Sudah setengah jam Dita duduk di ruang kerja ayahnya. Dia sedang rebahan saat tiba-tiba salah satu art-nya berkata bahwa ayahnya ingin bertemu. Sudah tidak terhitung berapa kali ia mengecek jam di tangan kanannya.
"Ck, papa ke mana sih?"
Ia masih menunggu lima belas menit lebih lama sebelum ayahnya akhirnya menunjukkan eksistensinya. Mereka lalu duduk berhadapan. Sama-sama memasang ekspresi datar.
"Udah lama kamu nunggu?"
"Langsung aja Pa, mau ngomong apa sama Dita?" jawab Dita tidak bersahabat.
"Bagus, Papa juga enggak suka basa-basi."
Vincent-nama papa Dita-kemudian membuka-buka beberapa map. Lalu menyodorkan tiga diantaranya kepada putri bungsunya. Dita hanya memandang benda itu sekilas, kemudian kembali fokus pada ayahnya. Tidak berniat sama sekali menyentuh kertas-kertas yang ada di atas meja.
"Apa ini?"
"Kamu nggak mau baca dulu?"
Dita menggeleng, "Nggak tertarik, udah Dita bilang, langsung aja Pa."
Kata-kata yang keluar dari mulut papanya kemudian benar-benar seperti yang telah Dita ekspektasikan. Ini soal perusahaan, saham, dan hal lain yang tidak sama sekali dia mengerti. Ayahnya memintanya memegang salah satu anak perusahaan properti milik keluarga mereka.
"Gimana, kamu mau?" tanya papanya di akhir penjelasan.
Dita mengembuskan napas berat sebelum menjawab, "Dita sekarang sekolah jurusan ipa, dan Dita disiapin buat kuliah di fakultas kimia murni, Papa mau bisnis Papa bangkrut di tangan anak Papa sendiri?"
Sang papa hanya menampakkan senyum miring tanpa menjawab pertanyaan retoris yang dilontarkan putrinya. Kemudian pria itu menarik map-map yang tadi ia sodorkan. Lalu meletakkan map lain yang lebih tipis sebagai gantinya.
"Well, kamu bisa tetep megang saham tanpa perlu terjun langsung ke bisnisnya kalo kamu mau, baca itu."
Memilih untuk menurut, Dita membuka map biru tipis di hadapannya. Sebelah alisnya naik tatkala yang ia lihat di dalamnya adalah biodata seorang laki-laki bernama Reinan. Dita mulai mengerti arah percakapan ini.
"Siapa dia?"
"Reinan, anak kolega papa, anak yang bisa banget dipercaya buat nge-handle hal yang ga bisa kamu pegang ini."
"Terus?"
"Kamu tahu apa yang Papa maksud, sayang."
Adik bungsu Gerald itu menutup kembali map yang baru saja ia lihat-lihat. Kembali menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Menatap ayahnya dengan sangsi.
"Papa mau aku deketin dia? Biar papanya si Reinan ini sekalian mau nambah sahamnya di perusahaan Papa?"
Vincent tersenyum bangga, "You got the point, girl."
"Gak, gak akan pernah."
"Kenapa? Kamu punya pacar?"
"Itu bukan urusan Papa dan Dita berhak nentuin siapa laki-laki yang Dita mau."
"Well, kamu ga punya pilihan kalo ini jadi keputusan Papa nanti," ujarnya sambil melayangkan senyum penuh kemenangan kepada anak bungsunya.
Sementara yang bersangkutan merotasikan bola matanya, jengah. Lalu berdiri dari duduknya. Tidak peduli dengan segala yang dikatakan Vincent barusan.
"Terserah, tapi Dita enggak akan deketin laki-laki itu buat Papa."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hii aku apdet nie
Double update soalnya aku cantik dan baik hati anaknya, ea aamiin. Semoga kalian ga pusing dan bosen sama alur cerita ini yang memang ditulis sama manusia kurang sempurna :"