Unsur - 8

89 29 6
                                    

Karena planet bumi memiliki gaya gravitasi, aku akhirnya jatuh padamu.

-Unsur~Bab Delapan-

"Ares ih diem dulu," bisik Dita saat untuk ke sekian kali, Ares menusuk-nusuk pipinya menggunakan bagian belakang pulpen.

"Gamau, ngantuk nanti gue," balas Ares tanpa ada niatan berhenti.

"Ih pipi lo gemes banget si, bisa dipencet-pencet," bisik Ares lagi, merasa gemas.

"Ares kamu diem ya atau melayang nih buku paket ke muka kamu."

Ares tertawa kecil mendengarnya. Berharap tidak ditegur karena berisik sendiri. Apalagi masih ada beberapa soal yang belum dijawabnya.

Dia lalu kembali fokus dan menghitung kembali. Sebenarnya suasana belajar selama bimbingan seperti ini terlalu hening, tidak cocok untuk dirinya. Maka dari itu, Ares mengerjakan soal sembari memainkan rambut panjang Dita biar tidak bosan.

"Ares ih kok ga bisa diem siiih?" protes Dita yang merasa terganggu.

Tapi yang bersangkutan tidak menggubris perkataan Dita. Membuat si gadis meletakkan pulpennya sambil menghela napas berat. Pusing dengan kelakuan rekan se-timnya ini.

"Ya elah Dit soal lu udah selesai daritadi juga, napas dulu napa jangan serius-serius," kata Ares sebelum gadis itu protes kembali.

"Anj-, ini anak kimia berisik banget sih lu pada? Ganggu yang lain tau gak?"

Lagi-lagi Farhan marah-marah waktu bimbingan. Seperti biasa juga, dia lebih mengganggu daripada yang dia bilang mengganggunya.

"Ganggu lo aja kali, gue mah biasa aja," sahut Sierra, merasa sangat apes harus mendapat rekan seperti Farhan.

Sementara Farel dan Kaila hanya menyimak saja. Malas berurusan dengan Farhan si putra ketua yayasan. Meski sejujurnya mereka juga jengah dengan lelaki itu.

"Ya udah si, maaf kalo ganggu," Dita menjawab.

Ares berdecak kesal, "Ngapain si lu minta maaf, ya kali kita ngomong bisik-bisik doang gaboleh."

Farhan merasa panas mendengarnya. Apalagi tidak ada yang membelanya di momen ini.

"Ya lo liat-liat dong, gue lagi ngerjain soal ga fokus!"

"Heh anak ketua yayasan, gue di sini sekolah juga bayar, ga semuanya harus kaya apa yang lo mau ya," balas Ares tanpa takut.

"Lo kalo keganggu, mending sewa hotel, terus bimbingan di sana aja."

Sierra menimpali, "Iya bener, heran gue tiap bimbingan ada aja yang ga bener, problematic amat lu jadi manusia."

***

Ares dan Dita lagi-lagi memilih mengungsi setelah ditegur penjaga perpustakaan. Juga untuk menghindari baku hantam serius. Kasihan Sierra yang tidak bisa menghindar karena dia dan Farhan sama-sama anak matematika. Kali ini mereka memilih laboratorium kimia sebagai tempat bimbingan.

"Besok-besok kalau bimbingan jangan sama Farhan ah, capek aku," kata Dita mengomel sendiri sembari mengerjakan soal tambahan.

Mereka dua sedang menunggu Kak Hafidz, pembimbing mereka. Jadi mereka memilih mengerjakan beberapa soal tambahan.

"Iya udah, besok langsung pindah aja."

Sambil terus bergumam kesal sendiri, Dita lanjut mengerjakan. Sementara Ares ingin rehat sebentar. Lelaki itu lalu memilih memandangi gadis di hadapannya.

Dita sangat cantik, bahkan saat kesal seperti ini. Tentu saja, Ares ingin melihatnya terus, lebih lama. Dia mulai memotret gadis itu, sambil sesekali mencubit pipinya, atau menepuk kecil kepalanya.

"Ares di- ARES KAMU FOTO AKU YAA?! HAPUS IH CEPEET!" teriak Dita sambil berusaha meraih ponsel milik Ares.

"Dita pendek, ga nyampe wleee."

"Areeees jangan gitu dong, kamu pasti nyari foto aib aku kan? Hapus ih jahat kamu!" omel Dita sambil berusaha meraih ponsel itu di tangan Ares yang lebih tinggi darinya.

Ares lalu mengacak rambut Dita menggunakan tangan kiri. Gemas melihat wajah memelas si cantik. Meski tidak menggerakkan hatinya untuk menghapus foto gadis itu dari galerinya.

"Engga Dit ah udah gausah dihapus, abang gue pernah bilang sedia aib sebelum ultah."

"Tapi Res-"

"Udah sini mending kita selfie dulu, kapan lagi lo selfie sama orang ganteng ya kan?" potong Ares sembari menaikkan ponselnya, mencari angle yang pas.

Awalnya Dita menolak, bahkan setelah Ares menjepret dua foto. Di mana dirinya memandang lelaki itu dengan julid. Meski akhirnya senyum juga dan berpose.

"Aduh uwu-uwuan nih berdua, soalnya udah selesai belum?" tanya Hafidz, yang memergoki kegiatan mereka barusan.

"Udah Kak, gatau tuh Ares dianggurin mulu soalnya," jawab Dita, ngegas.

Ares dengan santai menjawab, "Ya kan gue fokusnya sama lo doang Dit."

"Halah bisa aja lo buntut kadal!" celetuk Hafidz, tidak habis pikir dengan kelakuan anak bimbingnya.

Mereka lalu kembali fokus ke bimbingannya. Sambil sesekali diselingi bercanda atau ngemil biar enggak tegang. Bimbingan hari ini terasa menyenangkan.
Dita bisa tertawa lepas sambil belajar untuk pertama kalinya.

Jangankan Dita, Hafidz yang membimbing saja merasa senang. Meski baru pertama kali bertemu, Ares dan Dita sangat ramah. Apalagi selera humor mereka sama, receh.

"Kok kalian bimbingan di sini, ga sama yang lain di perpus?"

"Ga papa, menghindari haters Kak," jawab Ares santai.

"Siapa? Farhan ya?"

"Ahaha, tau aja si Kakak."

Kak Hafidz kembali berujar, "Ngeselin banget emang itu bocah, untung anak kimianya kalian bukan dia."

"Hus kalian, udah jangan ghibah, demen banget ngambil dosa orang," potong Dita sebelum Hafidz berceloteh lebih panjang.

Hafidz lalu beristighfar mendengarnya, merasa sangat berdosa. Meski sedetik kemudian tertawa bersama Ares karena ekspresi wajah Dita yang kelewat serius.

"Kalo ngambil dosa orang ga boleh, Ngambil hati lo aja boleh nggak?" tanya Ares kemudian, mengagetkan lawan bicaranya.

"APAAN SIH GAUSAH ANEH-ANEH DEH!" teriak Dita, malu.

Hai semuaa, aku update nii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai semuaa, aku update nii

Aku udah ngusahain part ini biar kerasa uwunya, jadi semoga kalian suka ya-! Jangan lupa feedbacknya bestie biar aku semangat update cepet

Gomawo,

Salam, Ge
-🔔

Malang, 9 Juni 2021

Unsur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang