Apa pun yang sedang terjadi, tolong tetap bertahan untuk hal-hal kecil. Se-sederhana merebus mi instan di tengah malam. Atau pun untuk tetap bisa menonton kartun kesukaanmu tiap hari libur, tetaplah bertahan karena kamu berharga
-Unsur~Bab Tiga Puluh Satu-
"Ah Dita kebetulan, bisa bantu ibu bawa buku-buku ini ke ruang guru enggak?"
Langkah Dita yang tadinya mengejar Ares terpaksa berhenti karena permintaan Bu Nadira barusan. Jujur dia mau menolak dan berkata dirinya sedang buru-buru. Akan tetapi gadis itu masih memiliki cukup sopan santun untuk menolak memberi bantuan kepada guru pembimbingnya.
Dengan ekspresi gelisah, Dita mengekor Bu Nadira menuju ruang guru. Di tangannya ada setumpuk buku yang sepertinya buku tugas anak kelas sepuluh. Dita benar-benar berharap bisa berlari, meletakkan buku-buku tersebut, kemudian mencari Ares lagi.
"Makasih banyak ya Dit, ibu jadi ngerepotin kamu," kata Bu Nadira begitu mereka sampai.
Dita mengangguk cepat, "Iya Bu, sama-sama, kalau gitu saya udah boleh kembali?"
"Buru-buru banget kamu kayaknya?"
"Ngg.. iya Bu saya lagi ada urusan, Bu Nadira ada yang perlu dibantu lagi?" tanya Dita berbasa-basi, padahal dalam hati dia berdoa banyak-banyak supaya Bu Nadira mengatakan tidak.
"Sebenarnya iya, saya mau nitip daftar nomor absen ke kelas sebelas, tapi kalau kamu buru-buru enggak papa kok, biar saya anter sendiri aja."
Meski setengah tidak enak hati, kali ini Dita sepertinya harus egois, "Ah maaf banget ya Bu, saya lagi buru-buru banget ini."
"Iya gapapa Dit, maaf ya kayaknya ibu bikin kamu jadi ga enak."
Setelah selesai dengan Bu Nadira. Dita langsung berlari sekencang mungkin, menuju tempat paling mungkin sekarang Ares dan ayahnya berada. Parkiran, tapi sayangnya orang yang Dita cari tidak ada di sana saat dirinya sampai.
Gadis itu mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan dulu. Dia yakin Ares sedang tidak dalam keadaan baik sekarang. Meski sudah lumayan lama, tapi bagaimana ayah Ares memperlakukan lelaki itu dulu masih teringat jelas olehnya.
Lantas ia mencoba menghubungi temannya tersebut menggunakan ponsel. Tapi sayangnya, panggilannya tidak mendapat jawaban. Apa mungkin ayah dan anak yang dia cari, pergi ke luar sekolah?
Di tengah kebingungannya, matanya menangkap keberadaan sesuatu. Sebuah dasi tergeletak sekitar tiga meter dari tempat kakinya berdiri. Dasi itu mungkin bisa jadi milik siapa saja, tapi ada bercak darah di ujungnya yang membuat gadis tersebut yakin bahwa ini milik Ares.
Tapi nyatanya, dasi hitam tersebut sama sekali tidak membantu pencariannya. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Ares di sekitar sana. Sebagai upaya terakhir, Dita kembali menelepon Ares, kali ini menggunakan fitur video call.
Dan, panggilannya dijawab.
"Ayah!"
"Hidrogen? Siapa anak ini?"
"Bukan siapa-siapa, urusan Ayah sama Ares, dia enggak ada hubungannya sama Ares!"
Dita tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaannya mendengar suara Ares yang serak. Serta suara ayahnya yang berat. Kamera ponsel Ares tidak diarahkan ke wajah siapapun, tapi dari yang terlihat, Dita tahu di mana mereka sekarang berada.
Perempuan itu kembali mengerahkan tenaganya untuk sampai secepat mungkin ke halaman belakang sekolah. Tempat paling sepi pengunjung karena selain kotor, kabarnya ada banyak makhluk tak kasat mata di sini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unsur
Roman pour Adolescents[3RD BOOK OF CHANCE SERIES UNIVERSE] ok.si.gen /oksigèn/ (n) gas yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, merupakan komponen dari kerak bumi; zat asam; unsur dengan nomor atom 8, berlambang O, dan bobot atom 15,9994〈O2〉 hid.ro.gen /hidro...