9. Omong Kosong

535 161 44
                                    

Gue cuma mancing dia buat ngomong yang sejujurnya, tapi sebaliknya, dia lebih memilih masuk pada lubang kebohongan.

-Violin Natasya

*
*
*
Happy Reading

***

"Karna salah satu dari kalian lah pembunuhnya!"

Serentak Mereka berempat langsung menghindar satu sama lain.

"Gila lo ya, ga mungkin gue yang muka polos gini tega ngebakar orang hidup-hidup," elak Daffa pada gadis tersebut, yang tak lain adalah Violin.

"Apa gue ngomong kalo pelakunya lo? engga kan?" balas Violin.

"Bentar, kenapa lo bisa nuduh kalo di antara kita pembunuhnya?" sinis Kenzio menyipitkan matanya.

Ternyata benar, Seseorang yang dulunya sedekat nadi dan pernah singgah di hati akan menjadi asing setelah ada kata Mantan di antara keduanya. Seperti Kenzio dan Violin, sepasang kekasih yang dulu saling mencintai kini menjadi musuh yang saling membenci.

"Kalo gitu, jelasin satu persatu di mana kalian berada waktu kejadian!" tegas gadis itu dengan suara lantang.

"Omong kosong apa yang ingin lo ungkap Vio!" sarkas Kenzio tak kalah kerasnya.

"Ck, lebih baik lo tanya sama temen-temen lo, di mana mereka waktu kejadian," pungkas Violin dengan semirik tawanya yang penuh ledekan.

Kenzio menatap Daffa, bukan. Bukan pria itu! jelas dirinya dan Daffa telah di mintai keterangan Polisi, dan yang Kenzio tahu, Pria itu tak sengaja melihat sekelebat asap tatkala usai membuang hajat pada kamar mandi yang jaraknya tak terlalu jauh dengan Ruang Seni.

Dari keterangan Daffa dan dirinya, Kenzio mengambil kesimpulan bahwa kebakaran itu terjadi karna di sengaja, namun Polisi tetap menyatakan bahwa kejadian itu murni kecelakaan.

Dan ia mencurigai bahwa lelaki hoodie hitam itulah pelakunya.
Ia ingat ketika ia jatuh dan menerima uluran tangan pria tersebut, setelahnya ia mencium aroma khas bahan bakar itu pada tangannya.
Tapi ia tak pernah mengira jika ada orang yang menuduh salah satu sahabatnya sebagai pelaku.

Setelah perang batin yabg cukup lama, matanya beralih menatap netra tajam milik Arjuna.

"Gue?" Arjuna menunjuk dirinya dengan muka tak percaya.

"Setelah lo cabut dari kantin, lo pergi kemana?" tanya Kenzio.

"G-gue pergi ke Gor Kamboja." tentu saja dirinya berbohong!

Karna yang sesungguhnya ia menemui Arga dan ... gadis gila itu.

Bagi Arjuna prinsipnya lebih penting.
Tidak membagi masalahnya pada orang lain

"Wait, sejak kapan lo suka main basket," selidik Kenzio memicingkan pandangannya.

Arjuna menelan salivanya dengan susah payah, bagaimana bisa ia memberi alasan yang bagi sahabatnya itu tak masuk akal. Bahkan ketika jam olahraga saja ia tak sudi memegang bola basket.

Bagi Arjuna bermain gitar di Ruang Musik adalah gairahnya bahkan menjadi separuh hidupnya. Hanya ada suara petikan gitar dan alunan nada, mampu membuatnya terhipnotis dan membawa pikiranya terbang pada sebuah kenangan.

"Emmm gue ngeliat cewe-cewe main basket," elaknya.

Ia berbohong, ia akui itu. Namun problemnya berbeda, tak mungkin ia berkata jujur dan menambah beban pikiran teman-temannya.

"Lu ngga bohong kan?" Kenzio mengerutkan keningnya.

"Apa? lu ngga percaya sama gue?" Arjuna menaikan rahang tegasnya.

Winner Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang