44. Liontin

173 63 0
                                    

Tidak semua yang ditinggalkan tersakiti dan tidak semua yang meninggalkan baik-baik saja.

*
*
*
Happy Reading

***

Daffa menghela napasnya ketika Arjuna tak kunjung membuka mulut tuk sekedar melahap sesendok makanan yang ia suapkan.

"Kalo kaya gini terus, gimana lo punya kekuatan buat cari Nara."

"Makan Jun." kembali, ia menodongkan sendok itu tepat pada mulut Arjuna.

Namun masih pada reaksi yang sama, Arjuna hanya menatap datar makanan itu, yang mungkin saja mulai dingin karena sudah berjam-jam tak tersentuh oleh dirinya.

"Gue egois ya Daff?" tanya Arjuna membuat Daffa menyernyit bingung.

"Apa gue berlebihan menangisi Kepergian Violin?"

Daffa meletakkan makanan yang sedari tadi ia pegang di atas nakas. Ia tersenyum simpul setelahnya. "Menangisi orang yang sudah pergi jauh ngga akan ngerubah apa pun."

"Mau ngga mau kita harus ikhlas, karena ini memang fasenya kehidupan Jun, datang lalu pergi."

"Sekarang lo inget tujuan lo ke sini untuk apa."

"Anggep aja yang terjadi tentang Violin adalah gelap."

"Bukankah habis gelap terbitlah terang?"

Daffa memegang bahu Pria yang tengah terbaring di atas ranjang. "Dan terang lo saat ini adalah Nara, lo harus kuat demi dia."

"Juga demi Bety, kucing manja lo itu, yang maunya makan whiskas." Bukan Daffa namanya jika tak menambahkan taburan lelucon di sela-sela keseriusannya.

Namun perbincangan kedua pria itu terhenti ketika pintu terbuka menampilkan dua gadis dengan keayuan khas yang dimilikinya tengah berjalan menghampiri.

"Nay?" Daffa menarik tangan Nayla lebih dulu, ketika melihat pacarnya itu berjalan beriringan bersama Alisa.

Nayla yang mengerti kebingungan Daffa tentang Alisa yang tiba-tiba berada di rumah sakit ini, mengangguk mengiyakan, mengintruksi Daffa agar tetap diam sebelum bertanya banyak hal.

Ia tahu jika Alisa tak seharusnya ada di sini, namun ia tak bisa tinggal diam jika situasi dan kondisinya sudah membuka jalan.

Arjuna yang tak tahu apa-apa hanya bisa diam melihat orang-orang di sekitarnya, meski ia pun bingung mengapa Alisa tiba-tiba berada di Bali? bahkan ada di ruangan ini?

Mendapatkan reaksi Daffa yang juga heran akan keberadaan Alisa, ia bisa menarik kesimpulan jika gadis itu tak datang bersamanya.

"Tunggu Nay," cegatnya ketika Nayla menarik Daffa untuk keluar.

"Lo udah telepon Andrean?" tanyanya ketika tak melihat tanda-tanda Andrean yang tak kunjung kembali, pasalnya Pria itu pergi mengurus Salsa, semata-mata mengusirnya karena tak ingin terjadi keributan, namun apakah selama itu?

Jangan tanyakan mengapa ia tak meneleponnya sendiri, makanan saja tak tersentuh olehnya, apa kabar dengan ponsel pintar miliknya? persetan di mana benda pipih itu berada ia tak mengetahuinya.

Daffa? entah sejarahnya bagaiamana ponsel Pria itu selalu lowbat ketika sedang dibutuhkan. 

Nayla mengangguk mengiyakan, ia menyebutkan alamat di mana Andrean berada saat ini.

"Lo tenang aja Jun, di sini ada Alisa yang bakal jagain lo," ucap Nayla menyenggol gadis yang bersangkutan.

Kedua sudut bibir Alisa terangkat naik, meski hanya semburat tipis yang tercipta. Entahlah, yang ia rasa saat ini dirinya seperti buah simalakama.

Winner Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang