22. Kronologi

351 91 4
                                    

'Andai' hanyalah kata,
Begitupun dia, tinggal nama tanpa nyawa.

*
*
*
Happy Reading

***

"Kenzio meninggal." ucapnya dengan tatapan kosong.

"Gue harus ke sana sekarang juga." lanjutnya beranjak pergi.

"Gue ikut." Violin menarik ujung jaket Lucas.

"Ngga." Lucas mengggelengkan kepalanya. "Tetep di sini, jagaian Arjuna." paparnya melepas tangan Violin.

Gadis itu mematung memandangi tubuh Lucas yang perlahan menjauh.
Pikirannya benar-benar kacau saat ini.

Hubungannya dengan Kenzio memang renggang setelah dirinya mengatakan putus padanya, tapi bukan berarti ia membenci pria yang berstatus sebagai mantanya itu.

Violin pun tahu seperti apa sifat Kenzio, baik buruknya ia sudah sangat hafal, tapi sungguh Mantanya itu bukanlah orang jahat.

Saat ia beranjak untuk kembali masuk, langkahnya terhenti di tengah pintu tatkala mendengar suara Alisa yang tengah berbicara.

"Meski lo nyebelin." Alisa membuka suaranya, memandang lekat pria yang kini terbaring dengan mata yang masih terpejam.

"Meski lo itu pria yang slalu gue kutuk untuk hilang dari Bumi ini,"

"Tapi." dengan gerakan yang pelan tanganya membelai rambut Arjuna. "Anehnya gue ngga suka ngeliat lo sekarat kaya gini."

"Apa lo ngga cape tidur mulu? Lo ngga kasian sama Kucing lo? Kayaknya dia belum dikasih makan deh,"

"Siapa namanya?" Alisa mengingat-ingat nama kucing tetangganya itu. "Be-Bety bukan si? Kayaknya bener deh namanya Bety." ucapnya menjawab pertanyaannya sendiri.

Alisa tertawa konyol menyadari dirinya seperti orang gila karna berbicara sendiri.

"Kucing lo belum makan kan? Jadi lo harus bangun buat ngasih makan dia." Ia menarik nafasnya dalam. "Lo kan tahu sendiri, gue masih dendam sama tuh kucing, sampe sekarang gue belum rela ya kalo Ikan cupang gue pernah dimakan sama dia,"

Alisa memutar bola matanya. "Dahlah, diinget-inget bikin gue nafsu buat jadi Sikopat,"

"Jadi kapan lo mau bangun? seenggaknya kalo bukan buat cewe-cewe simpenal lo, lo bangun buat kucing garong lo itu,"

Mendapat Arjuna yang tak bereaksi matanya berkaca-kaca, mungkin ini pertama kali ia berbicara panjang dengan pra itu, atau mungkin ia yang sudah gila karna berbicara dengan orang yang tengah koma.

'I hope I can see you when you laugh again,' gumamnya.

Rasanya Violin ingin menangis saat itu juga, Sungguh ia begitu merindukan Arjuna.

Namun kali ini bukan waktu yang tepat untuk kembali meneteskan air matanya. Ia harus tegar!

"Khem," Alisa menghapus air matanya ketika mendengar deheman Violin yang entah sejak kapan berada di belakangnya.

Dengan sigap ia berdiri menghadap kaka kelasnya itu, berniat memberikan tempat duduknya pada Violin.

"Ketua Osis kita." Violin berhenti sejenak, menahan kalimatnya. "Meninggal."

"Maksud Kaka, Kenzio meninggal dunia?" tanyanya dengan raut wajah tak percaya.

Violin menganggukan kepalanya, entah apa yang akan ia jawab jika Alisa menanyakan apa sebabnya, sungguh ia pun tak tahu sama sekali apa yang terjadi.

Winner Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang