29. Tersembunyi

206 77 0
                                    

Banyak orang yang kehilangan hanya karna telat menyatakan.

*
*
*

Happy Reading

Suasana SMA Nusa Bangsa kini sudah benar-benar ramai, baik oleh siswa-siswi maupun oleh wali murid yang tengah mengambil hasil kerja keras anaknya selama ujian minggu lalu.

Nampak raut ketegangan sudah menyelimuti wajah semua murid, atau lebih tepatnya sebagian besar.

Karna tak semua memperdulikan bagaimana nilai mereka? naik kelas? lulus? ataupun tetap tinggal? semuanya tergantung pada siswa yang benar-benar niat bersekolah ataupun yang hanya bermain-main saja.

Salah satunya seorang pria yang tengah duduk di atas pohon bak seekor monyet yang tengah meratapi nasibnya.

"Jun turun lah!" teriak Daffa melempari pisang milik hewan peliharaannya pada Arjuna yang masih setia pada zona nyamannya.

Bukanya menuruti perintah temanya, Arjuna justru memakan pisang yang Daffa lempar. "Makasih udah ngasih sarapan pagi."

Hal itu benar adanya, Tadi pagi ia tak memakan apapun untuk mengisi perutnya. Entahlah makan pun rasanya enggan tuk ia lakukan.

Ternyata, ditinggal oleh orang yang ia cinta, membuat segala sesuatu terasa monoton. Setidaknya itulah ungkapan  seorang budak cinta. Seakan urusan asmara adalah hal segalanya.

"Lo ngga akan ngerasain kalo lo ngga ada di posisi yang sama," jawaban Arjuna ketika Daffa menanyakan bagaimana dighosting oleh gadis yang ia cinta, Violin Natasya.

Daffa celingukan sendiri, jujur saja ia takut jika harus kembali ke kelasnya. Sekarang ruangan itu bak kandang macan yang akan mengaum mencari mangsa ketika lolos sangkarnya.

Sama seperti penghuni ruangan itu kini, jika nyonya besar rumahnya telah melihat nilai raportnya yang sudah pasti akan membuat sakit mata, maka sudah pasti dirinya akan menjadi tumbal.

Ia meringis bagaimana nasibnya kini? tak mau menjadi incaran Ibunya, ia mengambil ancang-ancang untuk naik ke atas pohon, mengikuti jejak temanya.

Arjuna terperanjat kaget ketika melihat Daffa yang tiba-tiba duduk di batang pohon yang sama denganya.

"Lo ngapain ikut naik?!" tanyanya masih dengan jantung yang berdegup kencang karna terkejut.

Daffa menutup mulut Arjuna dengan tangannya. "Diem! jangan keras-keras!"

"Mmm-lepas!" Arjuna berusaha melepas tangan yang membekapnya.

"G-gue takut," cicit Daffa memeluk batang pohon yang menjulang tinggi.

Pria itu menceritakan hal yang membuat hatinya gelisah. Ia yakin musibah akan menimpanya jika para wali murid sudah keluar dari ruang kelasnya.

Arjuna ternganga, ketakutan Daffa terlalu ekstrim jika didengar. "Gitu doang lu takut?" Ia menekan kalimatnya tak percaya.

"Lo bakal naik kelas Daff! gue yakin itu."

"Kenapa lo bisa seyakin itu?" cicit Daffa mencari dari mana asal kepercayaan Arjuna pada dirinya.

"Lo pasti naik kelas, percaya sama gue." Pria itu memandang Daffa sembari menahan mulutnya untuk tak menyemburkan tawa. "Meski gue yakin kalo nilai lo pas KKM."

"Sialan lo!" umpat Daffa mendorong bahu Arjuna yang hampir saja terjatuh karna ulahnya.

Arjuna memegang dadanya, dorongan Daffa membuatnya hampir terjun jika saja ia tak memegang batang pohon di sampingnya. Beruntung takdir masih memberinya kesempatan untuk tak menemui ajal sebelum ia mengucapkan ikrar pernikahan.

Winner Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang