49. Seringai

468 68 14
                                    

Hanya karna kamu cinta,bukan berarti kamu berhak memaksa dia untuk merasakan hal yang sama.
*
*
*
Happy Reading

***

Melihat Arjuna bergegas pergi dengan langkah yang begitu cepatnya, Nayla tak sempat menghentikan Pria itu, padahal dirinya sudah membawa teh jahe yang akan ditunjukkannya pada Pria yang kini sudah melesat jauh dengan mobilnya.

"Eh Lis! lu mau kemana?"

Ia mencegat Sahabatnya itu yang juga ingin beranjak pergi. "Mau kemana? udah balik ke kamar cepet, nih gue bawain teh jahe asli."

Alisa menggeleng cepat. "Pinjem kunci mobil," pintanya dengan tergesa-gesa.

"Lu mau kemana si?" tanya Nayla sekali lagi sembari memberikan barang yang temannya itu minta.

"Ada urusan bentar," balas Alisa yang sudah menyelonong pergi.

Nayla sendiri terpatung dengan secangkir teh jahe di tanganya, apakah ia yang harus meminumnya? padahal jelas jika minuman itu ia buat untuk Alisa, mengenaskan bukan? buat sendiri minum sendiri, seolah-olah ia adalah manusia paling kesepian di dunia ini.

Hey! ayolah, dirinya bukanlah seorang jomblowati, ia mempunyai pacar! kekasih! pasangan! namun tunggu, di mana pujaan hatinya saat ini?

Dengan lincah jari-jarinya menari di atas keyboard, satu persatu deretan abjad itu tersusun rapi membentuk sebuah kalimat.

'Daff, kamu di mana?'

Tak butuh waktu lama, ia sudah mendapatkan balasan dari sang pujaan hati, namun siapa sangka begitu panjangnya pesan yang Daffa kirimkan, membuatnya penasaran hebat, karena tak biasanya Pria itu mengirim chat panjang seperti ini.

Netranya kian melebar usai membaca pesan itu, seketika ia berlari keluar mengejar Alisa, untung saja Gadis itu baru membuka pintu mobil, membuat ia dengan mudah menariknya.

"Gue tahu lu mau kemana," tuturnya membuat Alisa tercengang.

"Lis, gue mau lu jujur, ada hubungan apa antara lu sama Devan?"

"Nay? kenapa si? kan udah gue bilang, kita cuma temen kecil, udah ya gue mau pergi," mohon Alisa mencoba melepaskan cekalan Nayla.

"Lu mau hentiin Juna buat ketemu Nara kan?" tepat setelah pertanyaan itu keluar dari mulut Nayla, seketika Alisa terpatung di tempatnya.

"Gue ngga nyangka, kalo ternyata lu itu munafik Lis."

"Sekarang jelasin ke gue, sebenernya apa tujuan lu deketin Juna?"

"Lu ngga bisa jawab kan? karena lu mata-matanya Devan, bener kan?"

"What is this?" tampik Alisa berusaha mengelak.

"Udahlah Lis, jujur sama gue, apa selama ini lu cuma main-main sama Juna?"

Alisa memejamkan matanya sejenak. "Oke fine! gue disuruh Devan buat kaya gini!"

Nayla tersenyum tipis, ia menggeleng tak percaya. "Lu sadar ngga si? kalo lu udah mainin perasaan Arjuna?"

"Gue tau apa yang gue lakuin itu salah, tapi gue ngga bisa nolak keinginan Devan Nay, gue ngga bisa!"

"Why? lu bilang kalo lu ngga cinta kan sama dia?"

"Apa karena lu kasihan sama dia? tentang hal yang lu ceritain ke gue kalo sedari kecil Devan ngga pernah dapet kasih sayang dari orang tuanya? sedari kecil dia cuma diasuh oleh Neneknya?"

Nayla mengedikan bahunya. "Dan sekarang gue paham, waktu itu yang lu ceritain adalah perbandingan antara Devan dengan Juna kan?"

"Tentang dua Pria kecil, yang seolah-olah bertukar tempat? saat Devan pergi saat itu juga Arjuna datang? seperti itu kan kisah yang lu ceritain ke gue?"

Winner Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang