46. Benih

290 58 0
                                    

Tuhan, jika engkau mengizinkan maka izinkan aku untuk dapat terus mencintainya.

*
*
*
Happy Reading

***

Malam yang dipuji akan pesonanya yang begitu romantis, dengan gemerlap bintang yang setia menemani terangnya bulan, namun tak sampai keindahannya pada beberapa insan yang terperangkap dalam sebuah ruang, gelap.

"Gue bukan orang jahat," tutur Devan dengan tangan yang menyelusup pada saku celananya.

Ia membalikkan badannya, menatap sepasang manusia yang tengah duduk bersamaan dengan rantai yang mengikat tangan dan kakinya.

Sembari melangkah maju, ia berjongkok mendekati Andrean dan Salsa yang memandanginya dengan tatapan tajam.

"Sekarang gue tanya, apa untungnya kalian ikut campur masalah gue?"

"Terutama kamu Ca? kenapa?" pandangan Devan berhenti pada gadis mungil yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.

"Kita sahabat, tapi kenapa kamu kaya gini?"

Salsa tertawa hambar mendengar pengakuan Devan. "Sedari dulu yang kamu anggep lebih berharga itu, cuma Alisa Dev, A.l.i.s.a!"

"Ngga ada tempat buat Salsa!"

Devan menggeleng pelan. "Kita bertiga sahabat Ca, ngga ada yang lebih, semuanya sama."

"Kalo kita sama? lantas kenapa kamu bisa cinta sama Alisa? bukankah kamu sahabatnya?"

Seketika Devan mengatupkan bibirnya, apakah benar yang dikatakan Alisa? jika selama ini Salsa mencintainya?

"Ngga Dev, aku ngga cinta sama kamu," pengakuan Salsa seolah mengerti apa yang ia pikirkan.

"Dulu memang iya, tapi sekarang engga."

"Karena Arjuna kan? kamu cinta kan sama dia? makanya kamu jadi kaya gini?" sosornya.

"It's okay, no problem, tapi tolong biarin gue hidup bahagia dengan orang-orang di sekitar gue."

"Gue sama Lisa, dan lo sama Juna, adil bukan?"

Salsa terkekeh hambar mendengarnya. "Dan Nara?"

"Ayolah Dev, kita ngga lagi ngomongin tentang Asmara. Ini tentang Nara, adik kandung Arjuna!"

"Gue juga Kakanya Ca! gue juga berhak atas dia!" sentak Devan yang langsung berdiri tegap.

"Arjuna lebih berhak atas dia!" kali ini Andrean yang bersuara.

Ia menatap tajam Pria yang telah mengurungnya pada ruangan yang ia sendiri pun tak tahu ada di mana tempatnya. "Lo cuma ada satu ikatan darah! sedangkan Arjuna ada dua!"

"Dan lo masih menganggap kalo diri lo ini berhak? hah?!"

"Lo ngga tau apa-apa, jadi lo diem," sinis Devan.

Ia melirik satu persatu menusia yang ada di depannya sembari menjunjung tinggi dua ponsel pintar milik Andrean dan Salsa yang kini berada digenggamanya. "Sementara kalian tinggal di sini."

"Tunggu pekerjaan gue selesai, setelah itu kalian bebas menghirup udara segar," tuturnya beranjak pergi.

"Fuck!" umpat Andrean berusaha memberontak. Bisa-bisanya ia tak berdaya seperti ini, lemah! makinya pada diri sendiri.

Ia melirik gadis di sampingnya dengan tatapan malas. "Jadi? gimana?"

Salsa menyenderkan tubuhnya pada dinding sembari mendongak pasrah, ia memejamkan matanya sejenak, menarik napasnya dalam. "Aku ngga tau."

Winner Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang