14. Dendam

506 133 46
                                    

Jika kamu butuh kepastian, Mati adalah jawabannya

*
*
*

Happy Reading

***

Saat Arjuna ingin mengejar Lucas untuk bertanya apa yang terjadi, langkahnya terhenti ketika melihat Violin yang tiba-tiba datang dan langsung menghampiri Pria itu.
Dengan jarak yang tidak terlalu jauh, Arjuna dapat mendengar perbincangan mereka berdua.

"Sekarang kita pulang, dan gue minta kita ngga usah ikut campur urusan mereka!" pinta Lucas dengan lantangnya.

"Sebelum itu gue mau nanya, sebenernya ada apa? dan kenapa baju lo banyak noda darah kaya gini?"

Lucas memejamkan matanya sebentar, mencoba bersikap setenang mungkin menghadapi Violin.

"Vio, Sekarang kita pulang dulu," pinta pria itu memelankan suaranya.

Violin menatap pias wajah Lucas sembari menggelengkan kepalanya.

"Ayo, Vio," ajaknya menarik tangan Violin.

Violin melepas cengkraman tangan Lucas, dengan senyum tipisnya ia menggeleng untuk yang kedua kalinya.

"Sekarang apa mau lo? apa lo juga mau ikut-ikutan mati konyol seperti Santoso?" sentak Lucas menaikan nada suaranya.

"Apa yang terjadi?" tanya gadis itu sekali lagi.

"Lo mau tau? lo mau tau apa yang terjadi?" cecar Lucas dengan rahang tegasnya yang terangkat.

"Semua teror ini, semuanya! adalah salah mereka Vio," lanjut pria itu menunjuk rumah Santoso.

"A-apa maksud lo?"

"Arang ngga bakal tercipta kalo ngga ada api."

Violin mengerutkan dahinya, mencerna kalimat yang Lucas lontarkan.

"Lebih baik lo tanya mereka, kejadian tiga tahun lalu. Di pesta Nico, tepat acara itu selesai, di jalan Anggrek," jelas Lucas.

"Untuk sekarang gue ngga mau main tebak-tebakan Lucas, lebih baik lo cerita ada apa sebenernya," balas Violin.

Lucas mendongakkan kepalanya, mencoba mengambil keberanian untuk menceritakan kejadian yang baru dialaminya pagi ini.

Flashback On

Setelah mendapat penjelasan dari Violin tentang sebuah logo pada hoodie milik seseorang yang menjadi tersangka atas pembakaran Ruang Seni, Lucas langsung bergegas untuk menemui seseorang yang ia curigai ikut andil dalam tragedi ini.

Baru saja dirinya sampai pada Rumah megah bercat putih, sebuah mobil yang ia cari pemiliknya keluar dari halaman dengan kelajuan di atas rata-rata.

Tanpa basa-basi, ia langsung mengikuti mobil berwarna merah yang tengah melaju dengan cepat di tengah-tengah hujan.

Lucas mengerem mobilnya ketika mobil di depanya berhenti di sebuah rumah tua, bangunan yang sepertinya sudah tak terurus, terlihat dari cat tembok yang mulai mengelupas dan rumput panjang yang tumbuh lebat di sekitar halaman.

Dengan langkah yang ia buat sepelan mungkin, dirinya mencoba tuk mengekori seseorang yang telah berjalan masuk ke rumah itu.

Dengan kondisi yang tak memungkinkan untuk ke dalam, Lucas hanya bisa merangkap di luar, merapatkan tubuhnya pada tembok dan memasang telinganya kuat-kuat.

"Bodoh!" hardik cowo di dalam.

"M-maafkan kami Bos," jawab dua pria secara serempak dengan kepala yang tertunduk.

Winner Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang