42. Pergi

275 73 1
                                    

Kita berjumpa setelah sekian lama, namun pada dimensi yang tak lagi sama.

*
*
*
Happy Reading

***

Seorang Pria tengah meniup secangkir teh hangat yang dipegangnya, sesekali ia menyeruputnya pelan sembari menikmati anila dengan kehangatan sang mentari yang baru saja bangun dari tidurnya.

Ia memejamkan matanya sejenak, mencoba melupakan apa yang menjadi beban pikirannya, mengusir apa yang sepantasnya tak perlu ia pikir.

Derap langkah yang mendekat membuat ketenangannya kian purna, ia menarik napasnya jengah mengetahui siapa yang datang menghampirinya.

"Lo semaleman ngga tidur?" tegur Andrean, mungkin karena melihat kantung matanya yang menghitam,  pria itu tahu jika dirinya tak tidur semalaman.

Ia tak menoleh, meski kini Andrean telah berada di sampingnya, sebaliknya ia menyeruput teh nya lagi dengan rasa nikmat yang kian menghilang.

"Lo masih ngga mau ngomong tentang apa yang terjadi waktu malem itu?" tanya Andrean berharap jika kali ini Arjuna membuka mulutnya, menceritakan bagaimana pria itu mengetahui tentang jati diri Salsa yang sebenarnya.

"Gimana perkembangan Nara? apa udah info terbaru tentang keberadaannya?" Arjuna menoleh pada pria itu, sengaja ia mengalihkan pembicaraan, sungguh ia tak ingin mengingat kejadian pada malam itu.

Melihat Arjuna yang masih bersikukuh seperti semalam, ia semakin dibuat penasaran tentang apa yang terjadi ketika pria itu bersama Salsa ketika di penginapan.

Karena selepas Arjuna mengatakan jika Salsa adalah pemanah itu, ia tak mendengar sesuatu lagi setelahnya, Arjuna tetap diam bahkan sampai sekarang, entah apa sebabnya pria itu tak mau menceritakan semua pada dirinya.

"Udah cukup lo ngehindar, sekarang gue minta lo ceritain semua," desaknya.

"Kali ini bukan ranah gue Dre, menceritakan hal yang tak sepantasnya orang lain tahu adalah aib."

"Apa lo ngga percaya sama gue?" tanya Andrean mengangkat satu alisnya.

Arjuna terkekeh sinis mendengarnya. "Percaya pada Manusia adalah tindak kebodohan."

"Gue tahu Jun, Salsa udah ngehancurin kepercayaan lo, tapi apa imbasnya harus ke orang lain?"

Arjuna terdiam, bukan karena pertanyaan Andrean, namun tentang percakapannya kala malam itu bersama Salsa.

Malam di mana ia melihat seorang Salsa dengan bulan sabit di pundak untuk yang kedua kalinya, gadis yang selama ini ia cari telah menyelusup pada kehidupannya dengan membawa dendam masa lalu.

Andai saja Santoso dan Kenzio masih berada pada dimensi yang sama dengannya, mungkin bara api yang kini tengah berkobar dengan hebatnya tak akan pernah ada.

Yang terjadi hanyalah kecelakaan, namun mengapa ketiga bersaudara itu membalasnya dengan kesengajaan?

Gara, Arga, dan gadis yang sekarang ia ketahui sebagai adik kedua pria kembar itu, Salsa.

Arjuna mendongak, berharap jika sapuan anila dapat menghilangkan beban masalahnya. Ia lelah, namun entah mengapa masalah datang seperti dedaunan yang gugur secara berkelanjutan.

"Apa yang terjadi sampe ngebuat lo kaya gini?" Andrean merasa jika Arjuna bukan hanya syok mengetahui jati diri Salsa yang sebenarnya, namun ada hal lain yang membuat pria itu seperti dihadapkan oleh sebuah pilihan.

Arjuna menggeleng pelan seolah tersadar dari lamunannya, "Bukanya lo pernah bilang, fokus ke tujuan utama."

"Sekarang gimana perkembangan Nara?" Arjuna bertanya untuk yang kedua kalinya.

Winner Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang