43. Destiny

263 68 1
                                    

Dibanding kepergianmu, senja lebih paham cara berpamitan dengan indah.

*
*
*
Happy Reading

***

Andrean menatap pintu kamar Arjuna yang hampir 2 hari ini selalu tertutup rapat, bagaiamana ia tak khawatir, untuk makanan saja Pria itu enggan menyentuhnya.

Inilah yang ia takutkan ketika Pria itu terluka karena cinta, menyiksa dirinya sendiri. Entah sampai kapan Arjuna mengurung diri dan mengabaikan semuanya.

Padahal ia pun tak mampu bergerak sendiri, rencana yang Arjuna cetuskan tak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Lantas jalan mana lagi yang harus ia tempuh tuk bisa mencapai tujuannya?

Waktu terus berjalan, semakin hari semakin menipis pula waktu yang ia butuhkan. Jika Arjuna masih bergelayut dalam kesedihannya, lalu bagaimana ia bisa bergerak mencari Nara?

"Jun, buka pintunya," pintanya yang sudah berkali-kali merayu Pria itu untuk keluar.

"Waktu kita ngga lebih dari Seminggu, kalo lo masih kaya gini juga, gue nyerah Jun."

"Gue tahu lo kehilangan Violin, tapi apa adil buat Nara kalo lo kaya gini?"

"Jangan karena seseorang yang udah ngga ada, lo mengabaikan seseorang yang jelas-jelas ada."

"Gue mohon sama lo, ikhlasin Violin."

Sedangkan pria yang berada di dalam kamar itu masih berdiam diri, terduduk di bawah kasurnya dengan kepala menunduk. "Ikhlas itu bohong."

"Gue tahu Jun itu ngga mudah buat lo, tapi di sana ... Violin juga ngga mau ngeliat lo kaya gini."

Arjuna memejamkan matanya sejenak, sembari mengontrol napasnya agar tetap stabil ketika mengingat hal yang gadis itu sembunyikan darinya.

Wajahnya kian memerah untuk kesekian kalinya, lagi-lagi ia tersulut emosi hanya karena memikirkan Pria di mana darahnya mengalir pada nadinya.

Wijaya, kali ini ia kembali dilihatkan betapa kejam Ayahnya, seseorang yang ia anggap bak Dewa hanyalah Manusia biasa yang tak sempurna.

Seorang Pria yang telah melenyapkan Orang tua dari gadis yang ia cinta, Violin Natasya.

"Vio ngga pernah cinta sama gue Jun."

"Di hatinya cuma ada lo, hanya ada nama Arjuna Zean Anggara."

"Apa lo tahu? kenapa dia ngga bisa nerima cinta lo, bahkan gue sekali pun."

"Ini alasannya, surat ini lah penyebab Vio pergi."

Arjuna membaca sebuah lembaran kertas yang ditunjukkan oleh Lucas, betapa terkejutnya ia ketika mendapatkan sebuah kenyataan pahit tentang gadis itu.

Gadis yang ia cintai, selama bertahun-tahun menutupi semua ini darinya, bagaiamana bisa ia sebodoh ini hingga tak mengetahuinya?

"Selama ini Violin berjuang melawan penyakitnya, mencoba melawan takdir yang memang tak pernah adil."

"Cinta lo ngga bertepuk sebelah tangan Jun, tapi takdir yang emang ngga merestui."

"Violin tahu, kalo cintanya akan berakhir dengan perpisahan."

"Karena itu lah dia selalu nolak lo, dia ngga mau kalo lo ngerasa kehilangan orang yang jelas-jelas bukan takdir lo."

"Bahkan setelah mengetahui sebuah kenyataan ... tentang Wijaya."

Winner Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang