12. Gontai

567 139 52
                                    


"Tanggung jawab yang kamu tinggalkan, Sama saja masalah yang kamu ciptakan,"

***

"Ken," panggil Arjuna pelan.

Kenzio menengok, menatap pria yang baru saja memanggilnya dengan ragu.

"Bulan Sabit itu, gu-gue pernah liat."

Kenzio membulatkan matanya ta percaya. "Lu ngga becanda kan?"

"Ngga." Arjuna mengggelengkan kepalanya. "Semua yang terjadi ada hubungannya dengan kejadian tiga tahun lalu," lanjutnya dengan tatapan menerawang.

Hal yang ia takutkan kini telah menjalar pada kehidupannya, sebuah masa lalu yang sudah mereka buang telah terlahir kembali untuk melanjutkan kisah yang belum usai.

"Ngga, ngga mungkin," elak Kenzio.

"Lu ngaco, semuanya udah berakhir dari dulu dan ngga ada yang tahu selain kita berempat," lanjutnya.

"Ngga Ken, semuanya belum berakhir."

"Stop Juna! stop bicara omong kosong!"

"Sekarang target pertamanya Santoso," ucap Arjuna lirih namun masih terdengar oleh Kenzio.

"Sebelum omongan lu ngelantur kemana-mana, mending lo ngomong siapa cewe itu."

Arjuna terdiam, otaknya kembali membawa dirinya pada sebuah kenangan tiga tahun lalu, sebuah kejadian besar saat ia dan ketiga sahabatnya duduk di kelas 2 SMP.

Prangg!!!

"M-maaf a aku ngga sengaja," tutur seorang gadis yang kini tengah berjongkok membereskan pecahan gelas.

Arjuna diam melihat gadis tersebut, gadis yang telah menumpahkan minumannya dan membuat sepatu yang ia kenakan basah terkena tumpahan air. kekesalannya terhenti tatkala ia terkagum melihat sebuah tanda lahir berbentuk bulan sabit pada bahu yang dibiarkan terbuka.

Arjuna terus mengikuti pandanganya, hingga gadis itu tersadar bahwa laki-laki yang tengah berdiri di hadapannya sedang memperhatikan dirinya.

"Kamu otak mesum ya, ko liatin aku terus si," tuduh gadis itu.

"Eh engga lah," gugup Arjuna yang kembali sadar pada lamunannya. "La lagian lu masih SMP pake gaun yang kebuka gitu," lanjutnya.

Mereka tengah menghadiri Mask Party di salah satu teman sekelasnya, Nico Santiago, anak dari Pengusaha Sukses yang telah menyelenggarakan pesta semewah ini.

Gadis itu berdecak sebal, mendengar nyinyiran orang di depanya.

Arjuna melepas Jas yang ia kenakan kemudian memasangkannya pada gadis tersebut.

"Biar ngga ada yang mesum ngeliat bahu lu yang mulus," ucap Arjuna menatap gadis itu yang terlihat kesal pada dirinya.

"Tuh kan berarti kamu juga otak mesum."

Arjuna tertawa mendengar tuduhan gadis itu, menggemaskan!
Namun sayang, ia tak bisa melihat keseluruhan wajahnya.

"Bulan Sabit lu bagus, gue ngga mau orang lain lihat."

Gadis itu menatap punggung Arjuna yang kini pergi, rasa sesal ia rasakan ketika ta bertanya siapa nama pria yang memberikannya sehelai kain pelindung.

"Ayolah, lu kan baik, gue denger-denger nih ya, orang pelit kalo mati ngga ada yang mau ngelayat," ucap Santoso pada Nico.

"Gini deh Co, kalo lu mau pinjemin ke kita, gue bakal kasih satu cewe dari stok cewe gue," tambah Arjuna.

Winner Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang