31. Perihal Ikhlas

225 75 5
                                    

Cinta itu, bagaikan hukum atom, ada saatnya harus memiliki, ada juga saatnya harus melepas

*
*
Backsound

Just the way you are ♪

*
*

Happy Reading

***

Rupanya rintik pun menyambut kedatangan mereka, baru saja keduaanya sampai, tetesan tirta turun dari mega sana.

"Hujan datang di waktu yang tepat," tutur Daffa beranjak masuk ke halaman rumah Alisa.

Mengetahui keberadaan pacarnya di tempat ini, sontak ia menjalankan rencananya dengan judul membantu Arjuna tuk bertemu Alisa. Padahal ia sendiri pun memiliki misi terselubung di dalamnya.

Tak mau menggubris uacapan Daffa yang mengandung pesan tersirat, tatapan Arjuna justru menghunus tajam ke bangunan yang tak lain adalah rumahnya dulu.

Untuk yang kedua kalinya, ia pindah tempat berteduh. Dan untuk kesekian kalinya ia pergi dengan sebuah luka.

Di rumah itu ia menyaksikan bagaimana Ayahnya selalu sibuk dengan pekerjaannya, tentang Wijaya yang tetap memberinya kasih sayang di sela-sela pedih yang pria itu pendam.

Setidaknya itu yang ada di pikirannya sebelum kenyataan yang menyakitkan itu ia ketahui.

Karna pria itu lah, selama ini ia tersiksa oleh kesepian, bagaiamana sunyi membunuhnya secara perlahan dan tentang luka yang masih terasa sakitnya meski tak membekas.

Pria itu telah memisahkan dirinya dengan kedua orang yang ia sayang, tak lain dialah penghantar Ibu dan adiknya pergi ke Surga.

Entah mengapa mendengar kenyataan itu terasa menyakitkan. Bahkan ia sempat berasumsi, lebih baik tak mengetahui suatu hal, yang pada akhirnya akan menjadi beban pikiran saja.

Namun ia tak mau kalah dengan kelemahannya, bagaimanapun ia harus memperjuangkan keadilan yang sepatutnya sudah ia lakukan dulu.

"Lo mau jadi Patung Pancoran?" tegur Daffa membuatnya tersadar.

"Ayo masuk!" perintah pria itu yang tengah menenteng dua bungkus keresek berisi bahan-bahan tuk membuat makanan yang sekarang digemari oleh kaum milenial.

Pasar adalah tempat pertama yang mereka kunjungi sebelum kedatangannya kemari. Niatnya hanya membeli wajan, namun setelah mengetahui keberadaan Nayla, Daffa membeli bahan-bahan tuk membuat seblak, entah apa pria itu bisa memasaknya atau tidak.

Baru saja ia melangkah, bunyi getar dari ponselnya membuat ia berhenti di ambang pintu.

'Nanti malem kita ketemu.'

'Gue udah dapet info tentang Pa Budi.'

'Dia ngga ada bedanya sama lo, sama-sama menutupi jati dirinya yang sebenarnya.'

Arjuna mengerutkan kening membaca pesan beruntun dari tangan kanannya.

'Maksud lo?' balasnya.

'Pa Budi dan masa lalu lo semuanya saling berkaitan, jadi lebih baik kita ketemu langsung.'

Selepas membaca pesan terakhir itu, dirinya melangkah maju, tak mau membuat semua yang berada di dalam menunggu. Bahkan ia tak ingin, jika mereka curiga dengan gelagatnya.

Sebisa mungkin ia mengendalikan diri, jangan sampai sisinya yang lain keluar pada tempat yang salah.

Tak akan ia membiarkan mereka tahu tentang dirinya yang sekarang, biar saja semuanya mengenal Arjuna yang dulu.

Winner Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang