34. Maniak

237 61 3
                                    

Ikhlas yang sebenarnya saat kamu dapat berdamai dengan keadaan.

*
*
*
Happy Reading

***

Sejenak Andrean memejamkan matanya, mendengar gonggongan manusia itu membuat kepalanya ingin meloloskan diri dari tempatnya.

Jose sungguh bodoh! sangat.

Bagaimana bisa pria itu menyuruhnya untuk memecat Arjuna?

Bahkan ia masih ingat dengan detail bagaimana Arjuna menyelamatkan dirinya dari keterpurukan.

Flashback On

"Lo tau ngga? kenapa Sania nerima cinta lo?"

Sebuah suara yang berhasil membuatnya mendongak, mencari muasal sumbernya.

Netra itu, ia mengenalnya. Siapa yang tak mengenal pemilik bulu mata lentik yang dimiliki oleh seorang pria yang dikenal dengan keganasannya dalam bertarung.

Pria yang tak pernah absen dari incaran Guru BK, seorang Sadboy yang justru dikenal Playboy dan seorang pria yang terjebak dalam sebuah ikatan persahabatan.

Rasa pedih yang tengah menerpanya, tak membuat mentalnya ciut ketika berkontak mata dengan seorang Arjuna.

Kini rasa takut itu tak lagi sama, bahkan sepertinya kalah dengan luka yang tengah ia rasa.

Ia bergeming, membiarkan angin mengisi ruang yang tak terbatas. Ternyata seperti ini rasanya patah. Sepi, sunyi, tak bermakna.

"Lo tahu, tapi lo pura-pura ngga tau."

Ia melirik pria yang menempatkan diri di sisinya. Iya, yang pria itu katakan memang benar adanya.

Entah sebuah pertanyaan atau sekedar hiburan, ia sudah tahu di balik semua itu ada pernyataan yang akan menoreh lukanya, lagi.

Gadis yang ia cinta, telah mempermainkan dirinya, cinta yang Sania tunjukkan hanyalah rekayasa belaka.

Mungkin inilah puncak kesabarannya atas perlakuan gadis itu. Kali ini, bahkan ia tak mampu berucap atas apa yang Sania lakukan padanya.

Gadis itu telah menjebak ia dalam pembalasan dendamnya, ia yang menjadi korban atas rencana busuknya. Bahkan kini harga diri sudah tak lagi ia genggam.

Semuanya berubah semenjak ia membuka mata dan menemukan seorang gadis berada dalam kamarnya, dengan penampilan yang membuatnya merasa jijik atas apa yang ia lakukan meski tanpa kesadaran.

Tak mau mendengarkan Arjuna yang sudah jelas akan membuatnya merasa begitu kecil, ia berdiri menantang angin yang menghempaskan gegana  pada tiap pori-porinya.

Satu langkah saja ia berjalan maju, maka jarak neraka hanya sedekat kematiannya saja. Ia memejamkan mata, menelan salivanya dengan susah payah.

Melawan rasa takut jika ia akan mendarat dengan tak epicnya. Jika pun ia mati sekarang itu lebih baik dibandingkan hidup dengan kehampaan tanpa sebuah cinta. Monolognya berancang-ancang untuk lompat dari atas rooftop.

Siapa sangka, Andrean, si kutu buku yang berpenampilan cupu begitu bucinya pada seseorang, hingga berniat mengakhiri skenario Tuhan.

"Jangan lakuin hal bodoh yang akan lo sesali nantinya," ucap Arjuna dengan tenang.

Mendengar itu Andrean mengepalkan tangan, geram. "Lo ngga bakal tahu apa yang gue rasa, karena lo juga sama seperti mereka. Penindas!"

Arjuna manggut-manggut menerima luka yang tengah Andrean lampiaskan. "Penindas menindas orang yang lemah."

Winner Over You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang