Bismillahhirrahmannirrahim...
"Ya ada ap...kamu."
"Ngapain kamu kesini?" tanya Aleta sedikit ketus.
"Gak tau adab memperlakukan tamu ya mba, orang ada tamu kok gak di suruh masuk." ucap orang tersebut yang tak lain tak bukan adalah Rina.
Mendengar itu dengan gerakan tidak ikhlasnya Aleta membukakan pintu lebar-lebar.
"Leta, siapa yang bertamu?" tanya gus Bagus sambil melangkah menuju ruang tamu.
"KAKAK." pekik Rina sambil memeluk gus Bagus. Gus Bagus hanya diam terkejut merasakan serangan tiba-tiba tersebut. Sedangkan Aleta hanya memutarkan bola matanya jengah sambil menyilangkan tangannya.
" Kak Bagus, akhirnya Rina bisa tinggal bareng sama Kak Bagus. Jadi sekarang Rina udah bisa liat kak Bagus setiap hari, nih Rina udah bawa koper Rina. Kak Bagus anterin Rina ke kamar yah." cerocos Rina tanpa ada yang bertanya.
"Memang kamu udah dapet izin buat tinggal di sini." ketu Aleta, menatap ke arah Rina yang tidak melepas rangkulanya dari gus Bagus.
"Leta, udah yah biar Rina tinggall disini. Kasian, paman Aris sama bibi Rama sedang pergi ke luar negri. Udah jadi tanggung jawab aku buat jaga Rina." ucap gus Bagus memberi oengertian keoada Aleta, dandi sambut senyum kemenangan Rina.
"Tuh, kak Bagus nya aja gak keberatan. Kamu itu kan istrinya kak Bagus, apa-apa harusnya nurut. Kaya gak tahu tugas istri aja." sewot Rina yang di hadiaih pototan Aleta.
"Heh, jaga ucapan kamu yah. Disini kamu itu cuman tamu, hormatin sang pemilik rumah. Gimana aku mau hormatin tamu, tamunya aja kek gini modelnya. Pokoknya mas Aleta gak setuju, kalau mas mau dia tinggam di sini yah silahkan. Tapi jangan harap Leta mau rukun sama dia." tegas Aleta, dirinya tidak meye-meye seperti di ceritacerita novel yang sring di bacanya jika pemeran wanita akan pergi dari rumah atau menangis histeris. Dari pada lelah melakukan itu semua, lebih baik memanjakkan diri sendiri tanpa mau memikirkan masalah sepele seperti ini.
"Dan lagian yah mas, Leta juga gak setuju kalau dia tinggal disini. Di ndalem juga masih banyak kamar kosong, kenapa harus disini. Mas Bagus juga ngizini tanpa ndengerin ucapan aku, gimana sih kamu mas." ucap Aleta dengan greget, rasanya ingin melempar sesuatu benda yang keras dan mungkin akan sedikit nikmat jika di benturkan ke wajah kedua orang yang ada di depanya ini.
" Iya mas minta maaf, tapi ini tugas mas buat jaga Rina. Mas udah janji ke paman sama bibi, gak mungkin mas ingari janji mas. Dan kamu Rina, jaga ucapan kamu. Aleta itu istri kakak, apapun ucapan atau tingkah Aleta kakak yang mengajarkan tentang adab dan ilmu agama. Jika kamu tidak menyukainya, jangan tegur Aleta. Tegur mas aja yang mengajarkan itu semua kepada Aleta, agar kakak tahu apa yang kurang dalam bimbingan kaka sebagai suami untuk Aleta." ucap gus Bagus berusaha senetral mungkin dan setenang mungkin. Dirinya harus bisa mengatasi ini sekua dengan tenang, menghadapi dua perempuan memang sungguh mengurah tenanga dan fikiranya. Dirinya lebih baik menghafalkan ribuan hadis dari pada menghadapi dua perempuan ini.
"Iya mas, Rina minta maaf yah. Yaudah mas, anterin Rina ke kamar yah. Rina capek mau istirahat." rengek Rina sambil menyenderkan kepalanya di bahu gus Bagus. Sebenarnya gus Bagus risih dengan tingkah Rina, tapi mau bagai mana lagi. Sedari tadi dirinya sudah mencoba melepaskan rangkulan tangan Rina di lenganya tapi sia-sia. Rina merangkul dirinya bagaikan lem yang susah di lepas.
Gus Bagus hanya mengangguk dan menatap Aleta penuh rasa bersalah, saat akan berbalik untuk menghantarkan Rina ke kamarnya, suara Aleta menginstruksi mereka.
"Tunggu, sini biar Leta aja yang antar Rina ke kamarnya. Gak usah di bawain segala mas kopernya, si Rina udah besar gak usah di manja ntar dapet suami galak bau tau rasa." ucap Aleta sambil merebut koper yang berada di tangan gus Bagus lalu memberikan paksa ke pada Rina.
"Dasar kucing garong, liat makanan enak langsung mau rebut. Makanya mbak, kalau mau rebut-rebut dateng ke pakarnya. Jangan kata Aleta nikah muda jadi gak tau peradaban per rumah tanggan jaman sekarang yah." Ucap Aleta dengan nada antusias sambil merangkul lengan gus Bagus, lebih tepatnya meremas lengan gus Bagus gemas yang hanya di balas ringisan oleh sang empu.
"Ingat Aleta samu kamu itu sama, kita sama-sama perempuan. Jadi Leta tahu di mana saat Leta lindungin milik Leta dari para kucing liar di luar sana." ucap Aleta dengan santai menatap Rina yang sekarang sedang menatap gus Bagus dengan mata yang ber kaca-kaca. Tapi sebagai seorang perempuan Aleta tahu itu hanya air mata penuh racun.
"Kak hiks masa kak Leta hiks bilang aku yang hiks gak-engak hiks." adu Rina menatap gus Bagus dengan air mata yang sudah berjatuhan.
"LETA MAS GAK PERNAH NGAJARIN KAMU SEPERTI ITU." bentak gus Bagus marah sambil melepas rangkulan Aleta lalu beralih merangkul Rina yang sekarang sedang menangis di pelukkan gus Bagus.
"Mas bentak Leta hanya untuk bela dia?"tanya Aleta, menatap gus Bagus tak percaya. Apa lagi menatap tindakkan suaminya itu yang memeluk perempuan lain di hadapanya.
"Dia yang kamu maksud itu adikku Leta." ucap gus Bagus, setelahnya pergi mengantar Rina menuju kamarnya. Meninggalkam Aleta yang menatao keoergian keduanya dengan mata memerah, menahan sesuatu yang mendesak keluar.
Aduh...menurut kalian siapa yang salah si sini...???
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleta [Selesai]
Fiksi Remaja17+ MAAF JIKA SEDIKIT MENGANDUNG ADEGAN DAN KATA-KATA KASAR. HENDAKNYA BACA SECRET HUSBAND TERLEBIH DAHULU AGAR LEBIH MENDALAMI ALUR CERITANYA. Banyak TYPO...di benerin kalau revisi... Aleta Abigail si bad gril di sekolah maupun di luar sekolah hoby...