Limario, seorang single parent yang trauma menjalin cinta karena pernah ditinggalkan, hidup berdua dengan sang putra dan bekerja membanting tulang demi kebahagian Boobae.
"Joy, tolong panggilkan Rio oppa kemari, ne" perintah Rose pada Joy sang sekertaris.
"Ne" jawab Joy patuh
"Selamat siang nona" sapa Rio begitu masuk ke ruangan Rose bersama Joy.
"Siang oppa, duduk lah" balas Rose, Rio pun menghampiri meja sang atasan lantas duduk di hadapan nya.
"Oppa, kasus kita butuh saksi untuk menjebloskan Jongin ke dalam penjara, karena kasus ini, oppa adalah yang pertama kali membongkar nya, aku minta tolong, apa oppa bersedia menjadi saksi nya?" Tanya Rose, penuh harap.
"Ne nona, saya bersedia" jawab Rio mantap.
"Baiklah, kita ke pengadilan besok" ujar Rose.
Dan keesokan hari nya, Rose datang pagi-pagi ke rumah Rio, untuk menjemput Boobae dan sang ayah.
"Noona, masuklah, papa sedang mandi" ajak Boobae, Rose tersenyum dengan sambutan bocah yang sudah berdandan rapi itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gadis itu turun dari dalam mobil nya, berjalan menuju ke dalam rumah Rio, mengikuti Boobae ke ruang keluarga, bocah itu kemudian duduk sambil mengemas tas sekolah nya, memasukan alat tulis, buku gambar, pensil warna, kotak makan siang dan botol minum nya, Rio keluar dari arah dapur setelah selesai mandi.
"Astaga" kaget nya malu sendiri ada Rose di ruang keluarga rumah nya, sementara dia sedang bertelanjang dada.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Deg
Rose membeku, dia pun tak kalah terkejut dengan pemandangan barusan, yang baru kali ini ia lihat, ia pun menunduk tersenyum salah tingkah, sementara Rio sudah melarikan diri ke kamar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sepuluh menit kemudian, Rio sudah selesai bersiap dengan baju kerja nya, ia keluar dari kamar, untuk menemui tamu dan sang putra.
"Sudah siap Boo?" Tanya Rio acuh, padahal Rose sendiri masih dibuat tak karuan dengan pemandangan tadi.
"Sudah papa" jawab Boobae.
"Noona, kami sudah siap" kata Rio.
"A-ayo kita berangkat kalau begitu." Gugup Rose, yang mulai gelisah sekarang setiap berdekatan dengan Rio.
Rose menggandeng Boobae keluar dari rumah Rio menuju ke mobil nya, sementara papa nya Boobae sedang mengunci pintu rumah nya, dan tak jauh dari rumah Rio, Sohee keluar dari rumah sang nenek, menatap sendu, iri, cemburu, curiga dan tak suka ke arah Rose, ia bahkan belum pernah masuk ke dalam rumah itu meski mereka dekat, tapi apa ini? Rose, wanita asing yang baru saja mereka kenal, sudah Rio bawa masuk ke dalam rumah nya, tak mungkin jika tak ada apa-apa bukan?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rio berjalan mendekati mobil Rose, ia menoleh pada Sohee yang menatapnya dari ambang pintu Lee ahjuma, Rio mengangguk, menyapa Sohee, tapi gadis muda itu langsung membuang tatapan nya, dengan bibir bergetar, menahan tangis, dan begitu mobil Rose melewati nya, menetes sudah air mata Sohee, tanpa bisa ia tahan lagi.
Setelah mengantar Boobae ke sekolah, Rio dan Rose pun langsung ke pengadilan, karena kasus Jongin akan dipersidangkan mulai hari ini.
"Rio, Rose" sapa Yuri yang menyambut mereka berdua di lobby kantor pengadilan.
"Uncle" balas Rose, karena Yuri adalah sahabat sang ayah, jadi mereka sangat dekat.
"Kita breefing sebentar" ujar Yuri, yang kemudian berbicara serius dengan Rose dan Rio, yang hanya bisa mengangguk paham dengan arahan Yuri.
Rio kemudian menghela nafas, menunggu panggilan ke ruang sidang.
"Rileks oppa, kata kan saja apa yang oppa tahu, jangan ragu, jangan takut, demi ditegak kan nya keadilan" semangat Rose, untuk menenangkan Rio dan memotivasi nya.
Akhir nya sidang pun di mulai, Rose duduk di kursi hadirin, tepat di belakang Rio dan Yuri duduk, di sebelah, nampak Jennie juga datang untuk memberi dukungan pada suami nya, Rio berusaha untuk mengabaikan sang mantan istri, tapi tentu itu tak mudah, karena wanita yang pernah menjadi miliknya itu sudah memberi nya seorang putra.
Rio akhir nya bersaksi.
"Berawal dari saya yang lembur malam itu, untuk menyusun laporan yang ia perintahkan, yang mana, harusnya itu adalah tugas terdakwa, tapi malam itu, saya hanya menerima beberapa lembar laporan pembayaran, yang mana selisih satu lembar dengan laporan penjualan, saya pikir kertas itu masih tertinggal di meja nya, dan ketika saya mengechek ke meja nya, saya menemukan beberapa lembar kertas laporan penjualan dan pembayaran, yang tidak dia berikan, atau sengaja dia sembunyikan dari kami" jelas Rio, ia juga membawa beberapa lembar kertas bukti untuk menguatkan kesaksian nya, Rose terus tertegun menatap Rio yang sedang memberikan kesaksian nya.
"Termasuk, slip gaji itu?" Tanya sang hakim ketua.
"Benar yang mulia, termasuk slip gaji" Rio mengiyakan, Jennie pun terus menatap Rio dengan ekspresi memelas nya, tapi itu tak berpengaruh pada mantan suami nya, yang terlanjur sakit hati.
Sidang telah selesai, Rio berdiri di lobby bersama Rose yang memberi nya air minum, karena melihat ayah Boobae itu nafas nya mulai tak beraturan dan naik turun, setiap kali melihat Jennie dan Jongin, hati Rio tersiksa, tapi ia harus menghadapi nya, Jennie melepas kepergian Jongin yang dibawa dengan mobil tahanan, dia pun cemburu melihat kedekatan Rio dan Rose.
Wajah Rose nampak cemas, ia tak tahu jika Jennie ternyata seberpengaruh itu untuk Rio.
"Kenapa rasanya hati ku tak rela melihatmu tersiksa seperti ini?" Batin Rose menatap Rio yang kembali meneguk isi botol minuman nya.
"Ayo pulang" ajak Rio membuyarkan lamunan Rose.
"Iya, ayo" jawab Rose, mereka melewati Jennie begitu saja, yang berharap Rio akan menyapa nya.
"Kenapa jadi begini? Setelah tahu jika ayah Boobae adalah single parent, rasa nya menjadi berbeda setiap berada di dekat nya, ada getaran aneh disini" batin Rose menatap wajah samping Rio yang berjalan di sisi nya.