Rio merasa bersalah dan tak enak pada sang paman, karena obrolan mereka semalam, dan sekarang, bahkan sarapan saja, hanya ada Rio dan Boobae, entah kemana Kunpimook, apa dia ada bisnis, atau sengaja menghindari Rio, tak ada yang tahu, tapi yang jelas, Rio tentu merasa sedih juga.
Minho masih merasa tak rela untuk meninggalkan Rio di Thailand, dengan diantar Channarong, mobil mereka kembali ke rumah Kunpimook Horvejkul, tapi hanya sekedar untuk melihat nya saja dari seberang jalan, Minho menghela nafas berat, ia masih belum menemukan alasan yang tepat untuk ia sampaikan pada keponakan nya nanti, ia tentu juga tak bisa membayangkan kekecewaan Rose nanti, jika paman nya gagal membawa pulang Boobae.
Rio keluar dari gerbang rumah sang paman, sambil membawa satu ransel berisi dokumen milik nya dan Boobae, ia tak membawa fasilitas apa pun dari sang paman, termasuk baju sekalipun, blackcard dan uang tunai pun ia tinggal, yang penting bagi Rio, ticket sudah ditangan untuk membawa nya kembali ke Korea, ia bahkan tak berpamitan pada sang paman yang sama sekali tak menampakan batang hidung nya, Rio mendongak, menatap ke arah balkon lantai atas, dan mendapati sang paman menatap nya dingin, karena ia kecewa dengan pilihan Rio.
"Ayo Boo" Rio menggandeng tangan sang putra, tak ada kawalan, juga tak diantar ke bandara dengan mobil mewah Horvejkul, karena memang setelah Rio beranjak keluar dari pintu rumah itu, ia memutuskan untuk tidak menggunakan lagi fasilitas yang selama ini ia nikmati.
"Kita naik apa papa?" Tanya Boobae mendongak menatap sang papa.
"Kita akan naik tuk-tuk nanti" jawab Rio sedikit berbohong, karena ia tak punya uang sepeser pun.
Minho terkejut tak percaya dengan pemandangan di depan nya.
"Channarong, bukan kah itu Rio?" Tanya nya pada sang sahabat untuk meyakinkan jika netra nya tidak lah salah.
"Ya ya ya, itu Rio, Minho" Channarong juga tak kalah terkejut.
"Mau kemana mereka? Kenapa tak ada kawalan?" Heran Minho.
"Aku harus menemui nya lagi" tekad Minho yang tak ingin pulang dengan tangan kosong, ia lalu keluar dari mobil nya, dan berlari menyeberang jalan dengan tergesa-gesa untuk mendekati Rio dan putra nya Boobae.
"Rio, Boobae!" Teriak Minho mampu menghentikan langkah ayah dan anak itu, Boobae menatap Minho sambil mengerutkan kening nya karena terhalang sinar matahari pagi.
"Hyung?" Sapa Rio.
"Kalian mau kemana?" Tanya Minho, Rio menunduk menatap Boobae.
"Kami mau kembali ke Korea hyung" jawab Rio.
"Apa? Aku tidak salah dengarkan?" Kaget Minho tak percaya, Rio pun ikut mengerutkan kening nya, Minho langsung terbahak, dan memeluk tubuh Rio.
"Ayo kita pulang bersama, aku juga akan pulang hari ini" ajak Minho, yang langsung menggendong Boobae, menyeberangi jalan kembali ke mobil nya.
"Papa" rengek nya takut dan khawatir, jika sang ayah akan membiarkan ia di bawa oleh orang asing.
"Its ok, papa di sini Boo" ujar Rio menenangkan sang putra sambil mengikuti langkah Minho dari belakang.
"Kita akan segera bertemu dengan Rose noona, apa Boobae senang?" Tanya Minho, kala mereka sudah memasuki mobil yang di kemudikan oleh Channarong.
Sesampai dibandara, Minho masih belum menurunkan Boobae dari gendongan nya, wajah bocah itu terlihat tak nyaman.
"Boobae mau apa? Makan? Minum?" Tawar Minho, mereka berada di lounge khusus untuk penumpang kelas bisnis, yang semua makanan, camilan, serta minuman nya tersaji secara gratis, bocah itu mengangguk lirih saat Minho menawari nya bermacam-macam snack, dan membawa nya ke bangku yang telah di sediakan.
Minho terus menatap dengan senyum tersungging di bibir nya, melihat interaksi Rio dan Boobae yang mengajak sang ayah bercanda, dan dengan jahil nya, Minho mengambil foto kedua nya secara candid lalu mengirimkan nya pada sang keponakan di Korea.
Rose makin tak sabar, ia mengomel sendiri karena kejahilan paman nya, dan melempar ponsel nya asal ke atas sofa.
"Ada apa sayang?" Tanya sang mommy penasaran.
"Uncle menyebalkan mommy" kesal nya
"Menyebalkan bagaiamana?" Tanya Yoong daddy.
"Lihat ini" jengkel Rose memperlihat kan siluet Rio dan Boobae yang sedang menunggu pesawat, yang lain pun terbahak, memahami kekesalan Rose karena ia sudah sangat rindu, dan foto itu malah membuat rindu nya semakin menggunung.
"Sabar, besok kalian juga pasti akan bertemu" hibur Krystal membelai rambut keponakan nya itu.
"Aku sudah tak sabar, pokok nya malam ini aku harus terjaga" tekad Rose demi menyambut kedatangan Rio dan Boobae, tapi nyatanya, dia malah tertidur pulas di sofa depan tv.
"Papa, Boobae takut" adu sang putra pada ayah nya, karena harus menempati kabin pribadi masing-masing meski masih berdampingan.
"Jangan takut, ada papa disini, Boobae tidur ne, perjalanan nya masih lama" ujar Rio mengulurkan tangan nya ke kabin Boobae untuk di genggam sang anak, agar ia bisa lebih tenang dalam lelap nya.
"Hati, tolong, bertahan lah untuk tidak patah lagi, jika apa yang kita dapati nanti, tak sesuai dengan apa yang kita harapkan" batin Rio sambil memejamkan kedua mata nya.
Rio belum mendapat ide, tentang bagaiamana cara ia membuktikan cinta Rose pada nya, dan ia sendiri juga belum yakin akan perasaan nya pada Rose.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone New
Fiksi PenggemarLimario, seorang single parent yang trauma menjalin cinta karena pernah ditinggalkan, hidup berdua dengan sang putra dan bekerja membanting tulang demi kebahagian Boobae.