Grasping hope

10.2K 947 359
                                    

Katanya, waktu bisa meredakan rasa sakit, dan katanya berdamai adalah obat paling ampuh untuk sembuh.

Tidak ada do'a yang sia–sia, mudah sekali bagi Allah membolak–balikan hati setiap hambanya.

—————————————

Rafa tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya, permintaan Ola kali ini benar–benar di luar dugaan, manik mata perempuan itu tidak berbohong, raut lelah dan putus asa tercetak jelas di sana, Ola ingin mengakhiri pernikaham mereka. Bahkan belum genap 1 tahun mereka hidup bersama. Dan dalam jangka waktu sesingkat itu, mereka masih pada titik yang sama, tidak ada yang berubah.

“Aku tidak bisa lagi hidup bersama kamu.” Perempuan itu bersuara kembali, tanpa mau repot–repot  menatap Rafa, Ola menenggelamkan wajahnya di antara lutut yang saling berhimpitan. Menangis dengan lirih.

Rafa berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan Ola, perlahan tangannya tergerak untuk menyentuh rambut perempuan itu, namun belum sempat, tangan Rafa hanya mengantung di udara.

“Aku tidak akan mengakhiri pernikahan kita, tidak akan Ola!” ujar Rafa tegas, pria itu menatap Ola yang masih saja tidak mau menatapanya.

Tiba–tiba Ola berdiri, perempuan itu menatap Rafa yang masih berjongkok, detik kemudian Rafa pun ikut berdiri. Mereka terdiam untuk beberapa saat, menatap satu sama lain dengan sorot mata yang seakan berkata “Aku juga lelah, bukan hanya kamu”

“Lalu aku harus bagaimana? Kamu tidak mencintaiku, begitu pun sebaliknya. Apa lagi yang harus di pertahankan, pernikahan kita sudah hancur, berpisah adalah pilihan terbaik, dan kamu bisa terbang bebas tanpa harus menoleh ke belakang, bagian terpenting, kamu akan bahagia dengan Kyelin, dan aku bahagia dengan pilihanku.”

“Jangan bawa–bawa Kyelin, pernikahan kita tidak ada hubungannya dengan dia, paham?” ucap Rafa memperingati.

“Kamu lupa? Dia itu selingkuhanmu?!”

“Ola!” suara Rafa tidak kecang, pria itu sedang menahan amarah yang bisa saja akan meledak, namun Rafa sadar, jika amarahnya ia keluarkan sekarang, maka keadaanya akan semakin kacau, untuk itu sebisa mungkin Rafa menahannya.

“Apa? Memang benar kan kalau Ky–”

“Cukup!”

Ola menghapusnya air matanya dengan kasar, di saat seperti ini, Rafa masih saja membela Kyelin, tidak ingin kekasihnya itu dalam masalah, “Kamu tahu Raf apa yang paling kubenci di dunia ini? Kamu! gara–gara kamu, aku tidak bisa melihat umi untuk yang terakhir kalinya, gara–gara menikah denganmu, aku tidak bisa menghabiskan waktuku  bersama umi, dan karena memilih bersamamu, hidupku berantakan! Ah ralat, aku tidak memilih, kamu yang mendorongku kesini!”

“Andai aku tidak menikah dengan kamu, mungkin aku bisa hidup dengan baik, tanpa ada penyesalan.” Ola terdiam sebentar, menahan sesak, sebelum akhirnya ia kembali berbicara.

“Dulu, saat masih ada umi, beliau selalu bilang, jadilah istri yang baik buat Rafa. Dia pria baik. Ingin sekali aku memberitahu umi seberapa brengsek menantunya, tapi aku gak bisa, aku tidak bisa menjelekkan suamiku sendiri, dan pada akhirnya aku hanya menuruti apa yang umi mau, aku berjanji pada beliau bahwa aku akan menjadi istri yang baik, tapi sayang, di saat aku mulai berusaha, dengan angkuhnya kamu menghancurkan harga diriku, kamu meremehkan aku Rafa.” lanjut Ola. Mengeluarkan semua yang terkurung di hatinya, malam ini ia membiarkan semuanya lepas, tidak peduli jika harus terlihat lemah di depan Rafa.

“Jalan satu–satunya agar aku bisa lepas dari rasa sakit ini, penyesalan yang tiada henti adalah dengan tidak hidup bersamamu lagi, Rafa. Sesederhana itu agar kita bisa bernapas lega,” ujar Ola lirih, lalu ia mengadahkan kepalanya ke atas, berusaha menahan tangis agar tidak semakin menjadi.

I'm With Rafa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang