Night Sky

9.1K 870 359
                                        

Nyatanya kita butuh kehilangan-kehilangan terlebih dahulu untuk bisa hidup setegar karang, membangun mental yang tangguh, kita butuh rasa sakit terlebih dahulu agar bisa menjadi dewasa.

Dan kabar baiknya, tidak ada manusia yang selamanya akan bersedih.

-----------Tubuh Ola sempurna terjatuh di atas hamparan tanah, dengan gemetar, tanganya meraih nisan yang bertuliskan nama uminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


-----------
Tubuh Ola sempurna terjatuh di atas hamparan tanah, dengan gemetar, tanganya meraih nisan yang bertuliskan nama uminya. Mengelusnya pelan, ia bertingkah seperti sedang mengelus tangan uminya yang lembut. Tangan yang selalu merawatnya di kala sakit. Bau khas tanah yang baru di gali menyeruak ke udara, bunga-bunga bertamburan di atas gundukan tanah.

Ummi. Hj. Fatimah zahara binti Tgk. H. Ahmad yahya.

Seperti hujan jatuh yang tidak tahu kapan akan berhenti, air mata Ola semakin tidak dapat di bendung kala membaca nama uminya yang tertulis di sana, perlahan Ola mendekati nisan itu, menunduk, memeluk nisan itu dengan hati yang sungguh Ola tidak tahu apakah akan membaik kembali, hatinya sudah hancur, berkeping-keping. Dan mungkin tidak akan pernah tertata lagi.

Ola bangkit, tapi tangannya masih setia mengelus nisan yang masih baru itu, "A-ku ingin sendiri dulu di sini," ujar Ola pelan. Tanpa mau menoleh ke belakang, matanya masih setia menatap ke depan, tidak menyangka bahwa hari yang paling ia takuti telah tiba.

"Maafkan abiya yang tidak bisa menunggu kedatanganmu terlebih dahulu." Abiya berjongkok di samping Ola, tangannya menyeka pipi putrinya yang basah," Jangan menangis lagi, Ola tidak ingin umi sedih di sana kan?" ujarnya sekuat mungkin. Ada sesuatu yang menyayat di hati saat melihat putri bungsungnya. Olanya yang tidak pernah menangis, kali ini terlihat begitu rapuh.

Lemah, Ola menggelang.

"Sekarang sebaiknya Ola hadiahkan bacaan suara Yasin buat umi, niakan agar pahalanya mengalir pada umi, abiya pulang dulu," ujar Abiya lalu bangkit, meninggalkan putri bungsunya.

Lagi Ola hanya mampu mengangguk, lalu dengan gemetar tangannya meraih Al-Quran yang sudah terletak di sampingnya, membukanya dengan perlahan.

Berulang kali tangannya menyeka pipinya yang kembali bercucuran air mata, kali ini surah yasin yang sering ia bacakan setelah selesai menunaikan shalat magrib terasa begitu menyakitkan.

اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

(Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu.) Ayat 82


فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

I'm With Rafa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang