Calm soul

8.4K 948 205
                                        

Berhentilah mengenang masa lalu yang kelam, hiduplah di masa sekarang, berhenti menghujam hati dengan kekhawatiran yang tidak berguna, mulailah hidup dengan jiwa yang damai.

—————————

Terdiam, tanpa sadar Rafa meremas setir mobil, terlalu kuat, hingga membuat tangannya sedikit memerah. Dia sudah mulai terbiasa dengan sikap Ola yang selalu blak–blakan, menyindirnya tanpa ampun. Tetapi kali ini, dia tidak menyukai apa yang baru saja Ola katakan, itu semua tidak sepenuhnya benar, karena Rafa tidak sesering itu bertemu dengan Kyelin. Dia sibuk bukan karena berkencan atau hal–hal semacamnya, jika ada kesempatan, maka dia akan bertemu Kyelin. Dan itu gak setiap hari.

Bisakah Ola berhenti membahas tentang Kyelin?

“Ola ... Apa kamu ikhlas hidup bersamaku?” tanya Rafa, matanya melirik ke samping, hanya sebentar, lalu kembali fokus menyetir, dia meragukan perihal Ola mau menerimanya kembali.

Membenarkan posisi duduknya, Ola menatap Rafa, “Serius kamu nanya kayak gitu?” Alisnya terangkat sebelah.

Ola menghela napas, apa sekarang Rafa tersinggung dengan omongannya? Tapi memang benar bukan bahwa dulu—Rafa sibuk selingkuh? Dan seharusnya Rafa mau bersabar dengan sikapnya yang memang begini adanya.

Atau jangan–jangan, Rafa memang tidak serius? Baru gini saja, sudah mengeluh.

“Jika aku tidak ikhlas maka sekarang aku tidak berada di sini, duduk di samping kamu, jika aku tidak ikhlas maka status kamu sekarang sudah menjadi duda, begitu Abang ..,” tutur Ola, membuat  Rafa terkesiap, sontak laki–laki itu membekap mulut Ola dengan sebelah tangannya. Istrinya memang luar biasa.

“Ishh cur ... rrut!” Ola langsung menarik tangan Rafa, menghempasnya dengan kasar. “Kamu kenapa sih? Tanganmu bau terasi,” sewot Ola.

Sontak Rafa langsung mendekatkan tangannya di hidung, menghirupnya sebentar. “Mana ada, harum kok,” ujar Rafa polos.

“Ya kali bau terasi,” ujar Ola heran. Serius amat hidup si curut.

“Jangan ngomong kayak tadi,” ucap Rafa, mengabaikan ocehan Ola, dia fokus menatap jalan.

“Yang mana?”

“Duda.”

“Oh ... Gapapa kali, kan nanti kamu jadi duren, terus aku jadi jansuk.”

“Itu apaan lagi?” tanya Rafa tidak habis pikir, kosa–kata yang Ola punya memang aneh–aneh.

“Kamu duda keren, aku janda sukses.”Santai sekali Ola ketika mengatakannya, sementara Rafa dia di buat kaget saat mendengarnya.

“Astagfirullah, La. Udah di bilang jangan ngomong kayak gitu, ucapan mungkin saja menjadi do'a,” protes Rafa kesekian kalinya. Dia memang harus sesabar mungkin saat berbicara dengan Ola.

“Berdo'a juga ada adabnya!” Ola mengelemparkan pandangannya keluar jendela. Sudah lebih dari setengah jam mobil berjalan, namun, tempat yang ingin Rafa tuju tidak kunjung sampai.

“Kita kapan sampai sih?” tanya Ola—sangat penasaran.

“1 jam lagi.”

“Lama banget, awas aja kalau kamu ngajak ke tempat aneh–aneh.”

“Tempat aneh gimana?”

“It—” Ucapan Ola mengatung di udara, menatap Rafa yang kini juga  balas menatapnya, laki–laki itu terlihat antusias mendengar jawabannya.

Sejak kapan dia dan Rafa saling berbincang seperti ini? Apalagi kali ini begitu nyambung.

“Kalau seandainya aku bawa ke tempat aneh–aneh, tenang saja, aku tanggung jawab kok.” Setelah mengatakan itu, perlahan, tangan Rafa mengusap–ngusap puncak kepala Ola yang terutup khimar, ah gemas sekali.

I'm With Rafa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang