Selamat jalan, sampai bertemu lagi sebagai kenangan.
————————
Setelah mendengar kata terkahir yang keluar dari mulut pria yang berhasil meluluhlantakkan hidupnya, Kyelin langsung masuk ke dalam apartemen, tidak, dia tidak menangis, hanya saja sekarang, Kyelin merasa kasihan pada diri sendiri. Berbagai macam pertanyaan menyerang kepalanya,mengapa dia terlalu menaruh harapan pada Rafa? menagapa dulu Kyelin begitu yakin bahwa Rafa akan selalu menjadi miliknya? Dan dia antara semua kalimat penyesalan, yang paling menyakitkan adalah ; mengapa dulu Rafa meyakinkan dirinya bahwa mereka akan selalu bersama? Mengapa pria itu memainkan perasaanya?!
Perlahan, tubuh Kyelin merosot ke bawah, bersandar di pintu. Satu menit, Kyelin masih menunggu, berharap Rafa akan mengejarnya, meyakinkan dia berulang kali, seperti yang sering pria itu lakukan dulu. Namun, sejauh mana dia berharap dan menunggu, Rafa tidak pernah datang.
Mungkin inikah jawaban kenapa ia berada di Indonesia sekarang?
Tuhan, ingin memperlihatkan bahwa Rafa benar–benar telah melupakannya, membuangnya.
Tuhan, ingin dia sadar, tidak ada alasan lagi untuk menunggu, tempatnya telah hilang. Alasan untuk tetap tinggal hanya tinggal angan.
Kyelin menghapus jejak–jejak air matanya secara kasar, meskipun ini akhir dari kisah cintanya dengan Rafa, dia tidak ingin mereka menjadi orang asing yang akan saling melupa di masa depan, karena itu, Kyelin ingin menyelesaikan semuanya, agar kelak, dia bisa hidup dengan lega. Dan ketika mengingat nama Rafa, hatinya tidak menyimpan dendam, setidaknya, dia berusaha untuk memulihkan harga dirinya.
Menghela napas, Kyelin bangkit, berjalan menuju balkon, tidak lupa mengambil ponselnya, menggenggam benda pipih itu dengan erat, dia menatap nyalang langit malam yang bertabur bintang. Cukup lama terdiam, sampai akhirnya suara Kyelin meledak, dia tertawa sumbang, menertawakan kisah cintanya yang berakhir menyedihkan.
Sekali lagi, terakhir kalinya. Kyelin memberanikan diri, tidak peduli akan berakhir seperti apa nanti. Yang jelas, dia harus menyelasai semua. Detik kemudian dia membuka layar poselnya, tangannya dengan lihai mengetik sesuatu. Sebuah pesan singkat.
——————————
Rafa duduk di sofa, rautnya wajah terlampau cemas, puluhan menit berlalu semenjak dia masuk ke dalam apartemen, namun, yang di nanti tak kujung hadir di depan mata.
Kemana Ola?
Apa perempuan itu marah?
Ketinggalan sesuatu? Apa itu cuma sebuah alasan?
Sial!
Rafa langsung bangkit, dia melupakan fakta bahwa Ola perempuan yang lebih memilih memendam perasaanya, ketimbang repot–repot meminta penjelasan, bahkan mengutarakan apa saja yang bersarang di kepalanya dia tidak berkeinginan. Perempuan itu lebih memilih abai seakan–akan semuanya baik–baik saja. Dan itu sukses membuat Rafa kelipungan sendiri.
Kemudian, dengan perasaan kalut, Rafa berjalan cepat menuju pintu, hampir saja menabrak tembok jika saja dia tidak hati–hati. Ah ... Ola, apa yang dipikirnya sekarang?
Tiba–tiba, langkah Rafa berhenti ketika mendengar bunyi decit tak jauh dari posisinya berdiri sekarang, dia mundur beberapa langkah ke belakang, detik setelahnya Ola muncul di balik pintu, sebelah tangannya menenteng plastik yang Rafa sendiri tidak tau apa isinya. Rafa menghela napas lega, hampir saja dia kehilangan pasokan udara.
“Aku tadi niatnya mau ambil boneka kelinci Faruq di mobil, tapi ternyata aku lupa boneka itu ketinggalan di rumah, Bunda.” Ola menjelaskan tanpa perlu Rafa minta, lalu saat melihat tatapan laki–laki itu, setengah lirih, dia menjelaskan lagi. “Tadi aku pingin makan sate, jadi aku beli sendiri di depan, aku gak mau ganggu kamu dulu, makanya pergi sendiri,” lanjutnya membuat Rafa terdiam cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With Rafa [END]
Romance#Rank 1 in Pilot (19 Juli 2021) #Rank 4 in Romance (2 Agustus 2021) #Rank 6 in Spiritual (2 Agustus 2021) #Rank 6 in Sad (10 Agustus 2021) #Rank 6 in Angst (10 Agustus 2021) Bagaimana rasanya jika orangtuamu diam-diam menikahkan kamu saat umurmu mas...
![I'm With Rafa [END]](https://img.wattpad.com/cover/218606870-64-k587629.jpg)