Alasannya kamu

9.7K 877 164
                                        

Aku ingin mundur, namun, kamu mencegahnya. Meyakinkan bahwa kita akan selalu bersama. Meski ragu, aku akan percaya.

Sejak menjalani profesi sebagai pilot, jika penerbangannya menuju Jerman, maka tentu Rafa akan sangat bersemangat, seperti sekarang ini. Dari dulu, alasannya ingin menjadi pilot itu cuma karena Kyelin, tidak ada alasan lain. Meski hanya bertemu dengan waktu yang singkat, tidak apa–apa asalkan ia bisa bertemu gadis itu, minimal seminggu sekali.

Tidak ada satu orang pun yang  tahu tentang hubungannya dengan Kyelin, tidak keluarga, tidak yang lain. Rafa berhasil menyembunyikan fakta itu dengan sangat baik. Setiap penerbangan ke Jerman, ia tidak pernah absen bertemu dengan Kyelin. Bahkan, demi gadis itu, Rafa rela tidak beristirahat di hotel seperti kebanyakan para crew pesawat lainnya.

Malam sudah mulai larut, kini Rafa sedang dalam perjalanan menuju  suatu tempat. Tempat yang sering ia datangi dengan Kyelin. Saat sudah sampai, tak mau membuang waktu, segera ia kelaur dari taxi dan membayarnya.

Masih dengan seragam pilotnya, dengan langkah lebar, ia berjalan menuju sebuah taman. Sangat indah di malam hari, lampu kelap–kelip bertebaran di mana–mana.

Tersenyum, langkah Rafa kini melambat. Di sana, di bangku taman. Sudah ada Kyelin yang menunggunya, gadis itu terlihat mengusap–ngusap tangannya.

"Hei, maaf lama," ucap Rafa yang kini sudah duduk tempat di samping gadis itu.

Menoleh, dengan senyum lebar, Kyelin langsung menghambur dalam pelukan Rafa, pelukan akan kerinduan. "Kangen," ujar Kyelin manja dalam bahasa Jerman.

Tidak hanya diam, Rafa pun membalas pelukan Kyelin."Aku juga."

"Besok–besok aku gak mau kamu liburnya lama, rasanya gak enak kalau ketemunya lama–lama."Kyelin cemburut. Bayangkan hampir sebulan Rafa libur, ah bisa gila dia jika lebih dari itu.

Rafa terkekeh kecil, ia mencubit pipi Kyelin gemas."Libur atau enggaknya, bukan aku yang tentuin sayang."

"Aish.."Kyelin menenggakkan tubuhnya, tidak lagi memeluk Rafa. "Perempuan itu tau tentang hubungan kita?" tanya Kyelin pelan.

Kebingungan, Rafa mengernyit dahinya."Perempuan itu? Siapa?"

Kyelin memejamkan matanya, sungguh ia tidak sanggup. Fakta bawa kekasihnya adalah suami orang, sangat melukai harga dirinya."Istrimu."

Menghela napas, Rafa meraih tangan Kyelin, mengenggamnya dengan lembut."Malam ini aku gak mau bahas tentang orang lain. Malam ini hanya tentang kita, oke?"

"Aku takut kamu berubah."

"Tidak ada yang berubah, aku akan tetap menjadi Rafa kamu."

Kyelin menggeleng kuat, dari dulu dia dan Rafa memang tidak pernah sejalan, bahkan mereka terlalu sulit untuk menyatu, tapi dengan egois, ia masih saja mempertahankan hubungan rumit ini. "Aku tidak yakin, Raf. Nyatanya kamu sudah menjadi suami orang, bisa jadi suatu hari nanti kamu akan mencintai perempuan itu, mengingat kalian tinggal bersama. Iya, hati kamu masih milikku, tapi raga kamu belum sepenuhnya milikku. Please, jangan beri aku harapan, jika kamu sendiri tidak bisa menjamin tentang hubungan kita."Kyelin menangis, malam ini harusnya menjadi malam yang indah, tapi hatinya masih saja takut, takut jika Rafanya akan benar–benar berubah.

Melihat Kyelin menangis, segera Rafa meraih tubuh mungil itu, memeluknya dengan erat."Percaya sama aku, ini tidak akan lama, kamu hanya perlu menunggu." Kyelin menghapus air matanya, lalu mendongak, menatap mata indah Rafa yang menjadi favoritnya. Tanpa ragu, perlahan ia mendekati wajah Rafa, semakin dekat dengan bibir pria itu. Awalnya Rafa sempat terbuai. Namun secepat kilat ia berhasil menghindar. Membuat Kyelin terdiam. Rafa menolaknya?

I'm With Rafa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang