Things you don't know

7.2K 733 372
                                        

Yah gak tembus komennya😫



Di dunia ini, orang ceria sering kali menyimpan banyak nestapa. Untuk itu, menyelamlah lebih dalam, agar kau lebih mengerti bagaimana rasanya bertahan tanpa jiwa.


—————————

Ola melirik ponselnya saat mendengar bunyi notifikasi dari sana, dia menghela napas sebentar, kemudian beranjak, berjalan mendekati kasur. Meninggalkan tugas yang belum ia selesaikan. Ternyata itu notifikasi dari grup. Tumben sekali ramai.

Baru stres, belum gila📚

+62822 9874  xxxx : Diberitahukan, besok kita tidak ada kelas, Pak Dimas tidak bisa datang🙏

+62822 2356 xxxx : Seriusan?

Fara : Alhamdulillah, sabi tidur nyenyak:)

+62822 6532 xxxx : Pas gue semngt kuliah, dosennya mlah gk masuk ajg

Vina : Tugasku belum selsai, fix harus sujud syukur

Saat melihat Vina ikut nimbrung. Ola semakin tidak bersemangat dan tidak tenang, dikarenakan mereka belum baikan, lebih tepatnya, Vina masih menjuhi Ola, tidak mau menerima permintaan maaf darinya. Sudah seminggu berlalu. Bahkan tadi Ola sempat mengirim pesan pada perempuan itu, menanyakan perihal tugas, namun, sampai sekarang Vina tidak melihat dan membalasnya.

Sekarang, Ola harus apa?

Dia sudah berusaha, tapi terkadang Ola juga muak. Ah mungkin temannya butuh waktu, biarkan saja dulu Vina sendiri, nanti setelah benar–benar tenang, Ola berharap dia akan kembali lagi—menjadi temannya. Tapi ini sudah seminggu lebih, memangnya Vina butuh berapa hari lagi agar mau memaafkannya?

Sefatal itukah kesalahannya?

Seketika sisi lain dari Ola yang jarang sekali muncul, kini memberontak hingga ke permukaan. Ada apa dengannya sekarang? Ola menutup wajahnya dengan kedua tangan, berharap perasaan aneh yang menyelusup di dadanya segera menghilang, kali ini saja, dia ingin tidur nyenyak, tanpa memikirkan apa pun.

Tidak ingin terus berlarut, Ola mengusap kedua mata, dia menarik napas dalam–dalam dan menghebusnya secara perlahan. Segera, dengan langkah ringan, dia berjalan ke arah balkon, membiarkan laptop terbuka sempurna di atas meja belajar. Moodnya sangat anjlok sekarang.

Ola melempar pandangnya ke depan, gedung pencakar langit yang dihiasi semburat cahaya sangat indah bila dilihat dari sini, namun berbeda dengan langit, malam ini terlihat begitu suram, tidak ada bintang yang menghasi seperti malam–malam sebelumnya. Tanpaknya sebentar lagi akan turun hujan. Terbukti saat angin berhasil membuat bulunya meremang.

Perempuan itu mengusap–ngusap kedua tangannya berharap rasa hangat menyapa, mendadak rasa sepi menghunus raga. Bisanya, dulu, dia akan biasa saja jika Rafa tidak pulang selama apa pun itu, tapi kali ini entah kenapa, Ola tidak ingin di tinggal pergi, meskipun hanya sehari, Ola ingin bersama Rafa setiap waktu, apakah ini pertanda bahwa dia mulai mencintai laki–laki itu? Semudah inikah?

Entah kenapa, malam ini ada saja hal–hal yang merusak moodnya, seperti sekarang, lagi dan lagi suara notifikasi dari ponsel menghancurkan malamnya yang mulai damai. Meski sedikit mendegus, Ola tetap melihat siapa yang menghubunginya. Dia tidak sampai hati untuk mengabaikan.

I'm With Rafa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang