Keep pretending

9.2K 884 118
                                        

Taburin vote dan komennya yak🙌🙇

Andai saja aku di izinkan untuk mengitip takdir, andai saja hari itu aku bisa mencegah. Andai laki–laki itu bukan kamu. Mungkin sekarang aku tidak semenderita ini.

Rafa keluar dari dalam kamar mandi dengan bertelanjang dada, ia mengusap–ngusap rambutnya dengan handuk kecil. Pagi ini ia akan masuk kerja lagi, seperti biasa, untuk saat ini, tidak ada kata libur.

Sebelum ke ruang ganti, Rafa terlebih dahulu pergi ke meja rias, memakai apa yang biasa ia pakai sehabis mandi. Sudah beres, dengan langkah panjang baru ia pergi ke ruang ganti, membuka lemari, mengambil seragam pilotnya. Baru saja hendak menutup pintu lemari, Rafa melihat sebagian pakaian Ola yang mengantung di sana. Dari yang Rafa liat, tidak ada satu pun baju gamis seperti milik bundanya, semuanya serba pakaian dengan bawahan celana jeans. Pria itu tampak berpikir keras, bukankah Ola hidup di kalangan pesantren? Tapi kenapa pakaiannya tidak ada satu pun yang syar'i. Kenapa gadis itu malah memakai celana jeans yang jelas–jelas Allah melarangnya?

Rafa menutup lemari kembali, dalam hati, ia mulai menerka–nerka kenapa Ola begitu berbeda, padahal jelas ia terlahir dari keluarga yang paham betul akan agama.

Namun, bukankah dari dulu ia sudah mengenal Ola secara diam–diam? Umi menceritakan semua perihal tentang Ola padanya. Tetapi umi tidak pernah bilang jika Ola memakai pakaian seperti tadi, apa jangan–jangan pakaian itu hanya Ola pakai saat berada di sini?

"Rafa, Ola sangat berbeda dengan kakaknya, terkadang emosinya masih tidak bisa terkontrol dengan baik , suka melakukan sesuatu sesuka hati meski dia tahu itu salah, dia lebih senang melanggar aturan ketimbang mematuhinya. Jadi, umi mohon, jangan pernah tinggalkan dia jika nanti kamu sudah benar–benar mengenali bagaimana dirinya, tetap di samping Ola, ubahlah dia menjadi perempuan yang di rindukan surga. Umi yakin, kamu bisa melakukan itu."

Apakah dia bisa melakukan amanah dari umi? Mengingat sekarang bagaimana keadaan rumah tangganya, runyam! Tingkah gadis itu benar–benar membuat Rafa bingung.

Rafa mengadahkan kepalanya, mengusap rambutnya dengan gusar. Jika semakin ia memikirkan gadis itu, maka rasanya kepalanya mau pecah saja.

Di dalam kamar, sudah tidak ada lagi Ola. Rafa tidak tahu kemana gadis itu pergi, sejak tiga puluh menit yang lalu Ola mendadak hilang, dan sampai sekarang belum kembali.

Karena tidak ingin berlama–lama lagi, Rafa langsung berjalan ke arah pintu, namun baru saja hendak meraih knop pintu, tiba–tiba saja Ola membuka pintu dan berdiri di hadapannya. Gadis itu terlihat menatapnya dengan ekpresi yang sungguh–sungguh membuat Rafa ingin tertawa, tetapi ia bisa menahannya. Ah kenapa gadis ini selalu menatapnya dengan sinis? Tidak ada manis–manisnya sama sekali.

"Kamu udah di tunggu dari tadi, ngapain di kamar lama banget? Bersemedi? Bikin susah orang saja," ucap Ola dengan galak.

"Bukan urusanmu," balas Rafa datar.

"Iya, bukan urusanku, terserah kamu mau ngapain, sumpah aku gak peduli! Jika bukan karena Bunda aku juga tidak sudi memanggilmu untuk sarapan!" Setelah mengatakan itu Ola buru–buru berlalu, namun tiba–tiba Rafa mencegahnya, secepat kilat Rafa menarik tangan Ola, hingga gadis itu berhasil masuk ke dalam kamar.

"Kau masih ingat dengan omonganku kemarin? Jika kau lupa, baik, aku akan mengingatkanmu kembali. Hari ini mari kita mulai kepura–puraan kita, bersikaplah seperti suami–istri pada umunya. Buat ini senyata mungkin, paham?" Rafa menatap Ola dalam.

"Kenapa harus berpura–pura? Jika kamu tidak suka dengan pernikahan ini, mari bercerai saja, itu akan lebih memudahkanmu untuk bersama Kyelin, kalian bisa bebas berjuang bersama. Bagaimana? Tenang, aku tidak masalah sama sekali. Lebih bagus malah, kita akan sama–sama menguntungkan, menarik bukan?" Bukannya mengiyakan omongan Rafa, Ola malah balik menyerang dengan kalimat yang sungguh di luar dugaan Rafa.

Sontak Rafa terdiam, bagaiman Ola bisa tahu tentang Kyelin? Sebelumnya, tidak ada satu pun yang tahu tentang hubungannya dengan Kyelin.

"Bagaimana bisa kau..."

"Tadi subuh kamu menyebut nama perempuan itu." Dan lagi Ola melihat ke arah dinding kamar, foto itu masih ada, Rafa belum memindahkannya.

"Dengar, meski aku mencintai Kyelin, pernikahan ini akan tetap berlanjut sampai kapan pun. Karena aku tidak ingin melihat kedua orangtuaku dan kau kecewa." Rafa memegang bahu Ola kuat." Jadi, mari bekerja sama," ucap Rafa lagi, suara itu terdegar tegas.

Ola masih terdiam, jantungnya berdegup saat Rafa memegang bahunya kuat. Dan hanya anggukanlah yang bisa Ola lakukan saat ini. Perlahan tangan Rafa terlepas, membuat Ola menahan napas sebentar.

"Bodoh! Ngapain pasrah sih, La!" Dalam hati Ola merutuki dirinya sendiri.

"Aku ingin semua ini terlihat sempurna, benar–benar nyata. Jadi, jika di depan mereka panggil aku dengan sebutan Abang, ini perintah, tidak menerima protes!" Tegas Rafa,  mata Ola melotot sempurna, membayangkan saja berhasil membuat bulu kuduknya meremang.

Setelah mengatakan itu Rafa berlalu, namun sebelum benar–benar melangkah keluar ia kembali membalikkan tubuhnya."Tenang saja ini tidak akan lama, karena lusa kita tidak lagi tinggal di sini, kita pindah ke apartemen."

——————————————

Aceh, 12 Mei 2020

Entahlah sekarang aku menyukai Rafa dan Ola bertengkar, sangat uwuw😭

Komentarmu di bab ini?

Komentarmu di bab ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I'm With Rafa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang