Fix the cracked

10.3K 954 403
                                        

Menurutmu, cerita I'm With Rafa itu bagaimana? Apa alasanmu masih tetap bertahan sampai ending? (Please bantu jawab🙏)

Terkadang, memaafkan jauh lebih baik, meski rasa sakit semakin berkarat, dan berdamai dengan takdir jauh lebih membuat hati lega. Meneriama semuanya dengan hati yang penuh adalah bentuk dari membahagiakan diri sendiri

---------------
"Aku mau lagi." Kyelin mengambil gelas dan menyodorkan ke arah Daniel-Bartender sekaligus temannya. Matanya menatap ke arah pria itu dengan sayu. Dia menutup telinganya, suara dentuman musik yang begitu keras membuat kepalanya berdenyut. Matanya sudah sangat berat sekarang.

Pria itu menghela napas, menatap temannya khawatir, "Kyelin, sebaiknya kau pulang saja, ini sudah hampir tengah malam." Daniel mengambil gelas yang berada di tangan perempuan itu, lalu menyimpannya, dia tidak akan membiarkan Kyelin minum lagi.

"Aku baru meminum dua gelas, dan itu tidak akan membuatku mabuk, Daniel," racau Kyelin.

"Tidak? Sekarang kau sudah mabuk!"

Kyelin menatap hampa ke depan, suasana yang ramai ternyata tidak bisa menghibur dirinya, setiap hari yang di lalui selalu saja seperti ada yang kurang, dan Kyelin paham apa itu, tidak ada Rafa. "Dulu aku sudah berjanji bahwa tidak akan lagi mendatangi tempat ini, tapi sekarang aku mengikarinya. Tidak, bukan hanya aku, tapi kami berdua mengingkari semua janji-janji itu." Kyelin tertawa hambar, mengabaikan ocehan temannya, kemudian menumpukkan kepalanya di atas meja bar. Dia memejamkan matanya. Kyelin belum siap jika Rafa benar-benar meninggalkannya.

Pria itu menatap Kyelin tidak percaya,"Kau sedang putus cinta? Astaga Kye! Jadi hanya karena itu? Laki-laki di dunia bukan hanya mantan pacarmu!"

Bibir Kyelin tetarik ke atas, "Tapi yang seperti dia hanya ada satu."

Daniel menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar jawaban Kyelin, lalu dengan cekatan memasukan ponsel dan kunci mobil ke dalam tas perempuan itu. "Sebentar lagi Clariesa akan menjemputmu, kau harus pulang." Baru saja hendak melayangkan protes, Daniel sudah pergi begitu saja. Jika dia biarkan, maka Kyelin akan bersikeras tidak ingin pulang.

Mendadak Kyelin berdiri."Daniel, kau mengusirku, begitu?!" teriak Kyelin.

"Iya, puas!" balas Daniel tanpa menoleh ke belakang.

Kyelin mendegus, lalu duduk kembali. Ia menatap kesembarang arah dengan kepala yang mulai pening. Ketika ingin mengambil ponsel yang tadi di masukkan oleh Daniel, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pipinya.

"Hai cantik, apakah kau datang sendirian?" Pria dengan tubuh tegap duduk di sampingnya, menatapnya dengan senyuman yang siapa saja yang melihatnya pasti akan tergoda, pengecualian untuk Kyelin.

"Aku datang bersama pacarku."

"Di mana pacarmu?" pria itu menautkan dua alisnya, lalu matanya tergerak menatap ke sekeliling.

Kyelin segera bangkit, mengambil tasnya, lalu menatap pria asing itu dengan tatapan tajam, "Kau tidak punya hak untuk menanyakan di mana pacarku, Tuan," ujar Kyelin sarkas. Lalu pergi dengan suasana hati yang semakin buruk.

"Kurang ajar, dasar jalang!" teriak pria itu murka. Kyelin mengabaikan teriakan itu, lalu dengan susah payah keluar dari sana.

Kyelin berdiri di depan pintu club, matanya menoleh ke kanan dan ke kiri, dia mencari Clariesa di antara orang-orang yang berjalan kaki, namun nihil, temannya tidak juga menunjukkan batang hidungnya.

"Apa laki-laki itu menipuku?" tanya Kyelin setengah kesal. Dia benar-benar akan memukul Daniel jika berani berbohong bahwa Clariesa akan menjemputnya.

I'm With Rafa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang