#Rank 1 in Pilot (19 Juli 2021)
#Rank 4 in Romance (2 Agustus 2021)
#Rank 6 in Spiritual (2 Agustus 2021)
#Rank 6 in Sad (10 Agustus 2021)
#Rank 6 in Angst (10 Agustus 2021)
Bagaimana rasanya jika orangtuamu diam-diam menikahkan kamu saat umurmu mas...
Bagiku kita adalah musuh yang di paksa untuk damai.
"Kamu siapa?" Ola bertanya dengan raut kebingungan, siapa yang berani menemuinya di taman belakang? Lebih parahnya lagi orang yang ada di hadapannya bukanlah seorang perempuan melainkan seorang lelaki-tampan, tunggu dulu? Apa tadi dia menyebut lelaki itu tampan? NO, ITU TYPO!!!
Memang sejak kapan pesantren mengizinkan santri putra masuk ke dalam komplek santri putri?
"Aku adalah Rafa, lelaki yang sudah sah menjadi suamimu sekarang. Ralat, lebih tepatnya 7 tahun yang lalu, saat kau masih bocah," ujar Rafa datar. Hari ini benar-benar sial baginya, gara-gara perempuan di hadapannya ini, dia harus menunggu berjam-jam, keluarganya sudah terlebih dahulu pulang. Dan dia terpaksa harus menunggu, ayah-bundanya sudah memperingati bahwa dia tidak boleh balik ke jakarta jika tidak membawa perempuan sialan ini bersamanya. Dan lihatlah sekarang, perempuan di hadapannya ini benar-benar tidak tahu malu, berani-beraninya dia membuatnya menunggu terlalu lama. Jika tidak mengingat dosa, sungguh dia akan lebih memilih pergi sejauh-jauhnya-Jerman.
Bagai di sambar petir, Ola menatap murka ke arah Rafa. Jadi ini laki-laki yang telah mengacaukan hidupnya. "Oh jadi kamu lelaki yang tidak tau malu itu, berani-beraninya kamu menikahiku bahkan saat aku masih bocah, apa kamu gila hah?!"
Rafa menaikkan sebelah alisnya, geli. Apa dia tidak salah dengar, sebenarnya siapa yang salah di sini? "Jangan banyak drama. Cepat kemaskan barangmu, sekarang kau ikut aku ke Jakarta. Jika tidak mau, terserah. Aku tidak memaksa, malah itu lebih bagus. Dengan begitu aku tidak perlu repot-repot menampungmu di rumahku!"
Wajah Ola merah padam, menahan amarah. Jika tidak mengingat bahwa sekarang dia masih berada di dalam lingkungan pesantren, sungguh dia akan mencakar wajah memuakkan Rafa.
Melihat itu, Rafa tersenyum sinis. " Kenapa kau marah? Merasa tersinggung heh?" Setelah mengatakan itu Rafa berlalu begitu saja. Meninggalkan Ola yang sedang menatap murka ke arahnya.
"SUAMI SIALAN!" umpat Ola kasar, dan Rafa masih bisa mendengar umpatan itu dengan jelas.
-------------
Akhirnya di sinilah Ola sekarang, Jakarta.
Kali ini dia tidak bisa melawan, Abiya-Uminya sudah menegaskan, padahal dia masih belum bisa terima, belum bisa setuju.
"Rafa adalah pria yang baik, Abiya tidak mungkin sembarangan memilih calon menantu. Taatlah pada suamimu, karena sekarang, kunci surga ada di suamimu, bukan lagi Umi, Abiya. Jaga sikapmu sayang, kamu itu seorang muslimah, jadilah perempuan yang di rindukan surga. Jadilah istri yang baik untuk suamimu, yang memudahkan suamimu untuk menggapai surga-Nya. Abiya tau kamu marah, merasa tidak terima. Namun, percayalah menikah dengan Rafa adalah pilihan yang terbaik dan tepat. Abiya selalu mendo'akan kebahagian untukmu, jadilah putri Abiya yang shalihah, semoga kamu bisa paham, bahwa dunia adalah penipu paling ulung. Semua peraturan yang Abiya berikan untukmu itu adalah bentuk rasa sayang Ayah pada anaknya, meski Abiya tau, kamu sering melanggar, tidak apa. Abiya paham betul, kamu butuh proses untuk memperbaiki diri, dan Abiya siap mendukung setiap proses yang kamu jalani. Sungguh Abiya menyayangimu lebih dari apapun. Jangan cengeng karena putri Abiya tidak selemah itu."
"Umi sayang kamu, La. Jangan marah pada Abiya dan Umi, sungguh apa yang kami lalukakan itu semua demi kebaikan kamu. Dengan ini, semoga kamu akan menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi gadis yang penurut. Menjadi perempuan shaliha yang di rindukan syurga, mejadi perempuan yang mengerti bahwa betapa berharganya kedudukan seorang perempuan, Rafa adalah pria yang baik, Umi sangat mengenalinya. Kamu tenang saja, sebulan sekali kita semua akan mengunjungimu di sana. Jadilah istri yang baik buat Rafa. Umi selalu mendo'akanmu kebahagiaan untukmu sayang."
Memori itu kembali menari-nari di benaknya, baru kali ini Abiyanya mengatakan sesuatu yang mampu membuat ulu hatinya tersentil. Meski ia dan uminya selalu membicarakan sesuatu yang serius, namun, kali ini entah kenapa, ia merasa sesuatu masuk ke hatinya, ia merasa sesak. Apakah selama ini dia selalu menyusahkan mereka? Jika menikah dengan lelaki itu adalah alasan agar ia berubah menjadi lebih baik, maka tidak perlu menikah, percuma, jiwa bar-barnya tidak mungkin hilang begitu saja dengan menikah. Dan apa tadi? Umi-Abiyanya mengatakan bahwa Rafa adalah pria yang baik, ingin sekali Ola tertawa ngakak.
"Kau mau di sini sampai pagi?" tanya Rafa datar, tanpa menunggu respon dari Ola, Rafa langsung saja masuk ke dalam rumah, sungguh Rafa adalah ciri-ciri suami yang durhaka!
Tersadar bahwa Rafa sudah berdiri di ambang pintu. Dengan gerakan cepat ia keluar dari dalam mobil, menyusul Rafa. "WOY TUNGGUIN!" Sepertinya mulai sekarang Ola akan mempunyai hobi baru selain melukis, semenjak bertemu Rafa berteriak adalah hobi barunya.
Ternyata di dalam rumah, tanpak banyak orang yang menunggu kedatangan mereka. Saat melihat kedatangan anak dan menantunya Aira sangat antusias begitu juga Fara dan Samudra juga Farhan.
"Akhirnya mantu Bunda sampai juga dengan selamat," girang Aira, meski sudah tidak lagi muda, jiwa heboh dan ceria Aira masih tetap saja membara. Ola hanya tersenyum canggung, sungguh ia belum terbiasa.
"Yeay Kakak Ipar...! Selamat datang. Semoga betah tinggal di kediaman keluarga Anggara." Fara pun tak kalah semangat seperti Bundanya, sungguh ia sangat memimpikan mempunyai kakak perempuan, dan lihatlah, mimpinya terwujud.
Tidak mau kalah, Samudra pun heboh sendiri. " Oh ini yang namanya Kak Ola. Masya Allah, cantiknya setara dengan masa depan aku, Arumi. Behh mantap jiwa!"
"Memang Kak Ami mau sama Bang Sam? Kok Fara ragu?"
"Ya pasti maulah, chueng! Abang kan ganteng, goodboy, orang kaya, pintar masak, asik buat di ajak ngobrol, ramah, paket komplit buat dijadikan menantu idaman!" bangga Samudra.
Semua yang melihat itu hanya tertawa kecil, Ya Tuhan, kapan Samudra waras?
Ola menyadari, keluarga Rafa tidak seburuk pria itu.
"Sudah-sudah, lebih baik sekarang kita istrirahat, sudah larut. Rafa bawa istrimu ke kamar, pasti Ola capek menempuh perjalan yang jauh. Ola butuh istrirahat."
Di dalam kamar Ola tidak langsung istrirahat, ia terlebih dahulu membersihkan diri, menyimpan barang-barangnya dengan rapi.
"Kau tidur di sofa, jangan bermimpi bahwa kita akan tidur di ranjang yang sama!" ucap Rafa tiba-tiba, tajam seperti tadi saat masih berada di taman belakang pesantren.
"Memang siapa yang sudi tidur dengan kuman hah?!" balas Ola tak kalah tajam.
"Kau..." geram Rafa.
"Apa? Jangan kamu pikir aku tidak bisa membalasmu."
"Bagus kalo begitu, aku lebih suka gadis pemberontak daripada gadis cengeng."
"With you is hell!"
----------------
Bagaimana? Sudah siap dengan segala kepakboian Rafa? 😂
Mungkin cerita ini sedikit terdapat kata-kata kasar, jangan salahkan aku salahkan Ola dan Rafa yang selalu adu mulut😂
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Btw fotonya cocok banget, dua orang yang saling bermusuhan😭)
Follow ig @bintang_kejora32 untuk bisa melihat trailer cerita I'm With Rafa:)