Aku ingin pulang

10.7K 917 142
                                        

(Putar lagu di mulmed)

Nyatanya, tidak semudah itu meninggalkan orang yang dulunya pernah selalu ada.

——————————————

"Sejak kapan?" Suara Raka terdengar pelan namun sarat akan ketegesan. Pria itu berdiri di dekat jendela, menyibak tirai, terlihat rumah sang tetangga, lebih tepatnya rumah Kyelin. Raka menatap rumah itu dengan tatapan yang sulit di artikan, pria itu dapat melihat lampu kamar Kyelin yang masih menyala, di dekat jendela terlihat bayangan orang yang berdiri yang Raka yakini adalah Kyelin. Mungkin gadis itu tidak bisa tidur atau mungkin sedang gelisah.

Hening, tidak ada yang menyahut. Membisu, Rafa duduk di sofa dengan tatapan kosong ke depan, lelaki itu tidak menunduk, matanya fokus menatap foto keluarganya yang mengantung di dinding, terlihat begitu bahagia. Sesekali menghela napas. Gusar, semuanya terlalu rumit dan membingungkan.

"Uncle tanya sejak kapan Rafa?!!" Suara Raka naik satu oktaf, kentara sekali bahwa pria itu sedang menahan amarah yang begitu hebat, napasnya memburu. Ya, Raka kecewa pada keponakan yang dulunya pernah begitu ia bangga–banggakan.

"Sudah lama." Rafa menjawab pelan nyaris berbisik. Masih menatap kosong  foto keluarganya, senyum bahagia bunda dan ayahnya, wajah ceria adiknya, mereka begitu terlihat bahagia, sampai sekarang. Namun, apa jadinya nanti, jika mereka mengetahui semuanya?

"Kenapa harus Kyelin? Seharusnya kamu sadar bahwa—kalian tidak akan mungkin memiliki kesempatan untuk menyatu, kalian berbeda, ada jarak, terlampau jauh." Raka melipatkan kedua tangannya di dada, matanya masih fokus menatap keluar. "Bagaimana dengan Ola? Apa dia tahu?" Sekilas Raka menoleh ke belakang, terlihat keponakannya yang begitu.. Ah Raka sulit menjelaskan raut wajah itu, tapi yang jelas Rafa sedang dalam keadaan tidak baik–baik saja. Seperti kacau.

Rafa mengangguk dan itu sukses membuat Raka kembali kaget untuk yang kedua kalinya, pria itu mengusap rambutnya gusar. Mebalikkan tubuh, berjalan mondar–mandir, seperti seseorang yang sedang merasakan kekhawtiran yang begitu hebat.

"Apa Ayah sama Bundamu tahu?

"Mereka tidak tahu."

"Bagaimana jika mereka tahu? Uncle sangat yakin bahwa mereka akan sangat marah, tidak, lebih tepatnya mereka kecewa padamu, teramat."

Rafa mengalihkan pandangannya, menatap unclenya. "Lalu aku harus apa sekarang? Semuanya sudah terlanjur dan aku menikmatinya."

"Putuskan hubunganmu dengan Kyelin, jangan beri harapan apa pun pada dia, karena pada akhirnya kalian tidak akan mungkin bersama. Kamu harus tegas Rafa! Uncle sangat membenci pria yang memiliki dua wanita dalam hidupnya!" ujar Raka tegas, menatap keponakannya dengan sorot mata yang begitu mendalam.

Lemah, Rafa menggeleng."Tidak semudah itu uncle, selama ini dialah yang selalu membuat hidupku lebih berwarna, sungguh aku mencintainya, aku akan berusaha sekeras apa pun, asalkan Kyelin selalu bersamaku." Terdiam, Rafa menghela napas. "Memang kenapa aku ingin menjadi seorang pilot, padahal jelas kalian sendiri tahu  bahwa aku tidak suka angkasa, sederhana saja, itu semua demi Kyelin uncle, agar setiap penerbangan ke Jerman, aku bisa menemuinya."

"Cinta? Omong kosong Rafa! Uncle mohon jangan mengulang masa lalu , karena bagi uncle itu terlalu menyakitkan. Kamu tahu kenapa kamu lahir di negara ini? Kenapa dulu kita bisa hidup di sini? Itu semua karena ayahmu! Karena di masa lalu ayahmu tidak pernah tegas pada hatinya sendiri!" bentak Raka. Perlahan potongan demi potongan menyakitkan itu kembali mengangga keluar, Raka menunduk, mengusap rambutnya hingga berantakan.

I'm With Rafa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang