The deepest

9.5K 854 122
                                        

Seperti biasa, taburin vote dan komen, biar aku semangat🐥

Putar lagu di mulmed, biar oke.

Aku adalah ada yang tak kasat mata. Aku adalah patah yang tidak berakhir indah, aku adalah suram yang menempel di dinding usang. Aku adalah bentuk dari rasa sakit yang telah kau ciptakan.

"Ayah tahu kamu belum bisa mencintainya. Bagimu, Ola masih menjadi orang asing, tidak masalah, hari masih panjang. Ayah yakin rasa cinta akan hadir dengan sendirinya, kalian hanya perlu waktu dan terbiasa satu sama lain. Dan jika suatu hari kamu masih juga belum dapat mencintainya, semarah apapun kamu kepada istrimu, jangan buat dia terluka. Wanita mudah memaafkan, tetapi sangat sulit untuk melupakan. Ingat nak, ketika dia pergi, kamu akan menyesal seumur hidupmu, sampai  ingin mati rasanya... Jangan mengulang kesalahan yang sama, jangan seperti Ayah di masa silam."

Tiba–tiba, dalam sekejap, perkataan ayahnya tempo hari yang lalu kembali memenuhi memori ingatannya. Berputar bak kaset rusak, tanpa di perintah. Langsung saja Rafa menjauhkan diri dari Ola.
Rafa mematung untuk beberapa saat, ia menatap Ola yang terlihat begitu—menyedihkan di sana. Nafasnya memburu tidak beraturan, apa yang telah ia lakukan tadi?

Perlahan, Rafa mundur, dengan kalang kabut ia meraih kunci mobil yang terletak di atas kasur, dan juga jaket. Lalu setelahnya dengan perasaan campur aduk, Rafa keluar, meninggalkan Ola yang masih membisu.

Lemas, tubuh Ola merosot ke lantai. Gadis itu menunduk, matanya sudah memerah dan sembab. Dengan gemetar  ia memeluk lututnya. Untuk pertama kalinya Ola menangis sejadi–jadinya, punggungnya bergetar hebat.

"Jangan cengeng, please.. Kamu kuat." Dalam hati berulangkali Ola mengucapkan kalimat itu. Namun, nihil, kalimat yang sering ia yakini bisa membuat bertahan lebih lama, malam ini tidak berfungsi sama sekali, kalimat itu tidak bisa menjadi mantra lagi.

Ola berjalan ke dalam kamar mandi dengan tatapan kosong. Ia menutup pintu dan menguncinya. Ia melihat pantulan dirinya di cermin, begitu berantakan. Ola mengambil handuk kecil lalu membasahinya dengan air dingin. Dengan kasar ia menghampus bercak–bercak merah yang menghiasi lehernya, lagi, Ola kembali menangis, tangannya masih berusaha menghapus jejak menjijikan itu. Namun, bukannya menghilang, yang ada hanyalah menambah rasa perih.

Dengan kesal Ola melempar handuk itu kesembarangan arah. " DASAR GAK BERGUNA!" teriak Ola.

Terdiam, Ola kembali menatap pantulan dirinya di cermin, ia tertawa hambar saat kembali mengingat— apa yang  telah terjadi tadi. "Menyedihkan sekali hidupmu, La. Kamu gak berguna, kamu gak bisa melindungi dirimu, kamu payah! Kamu perempuan yang gak di harapkan suami sendiri." Ola berbicara sendiri di depan cermin. Seperti kesetanan ia memaki diri sendiri.

Menit berlalu, Ola kembali menangis, lalu detik berikutnya kembali tertawa. Seperti seseorang yang kehilangan arah. Tidak semangat untuk hidup. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menggeleng-geleng keras.

Ola menarik ikatan rambutnya, membiarkan rambut hitam panjangnya jatuh dengan indah. Lalu dengan perlahan ia melepaskan semua pakaianya. Ola berjalan ke arah  bathtub, masuk ke dalam. Menenggelamkan dirinya di dinginnya air. Samar–samar, cahaya lampu terlihat seperti—redup.

Ia terluka hebat.

Dan itu, karena Rafa.

Lelaki itu penyebabnya..

——————————————

Dua puluh menit berlalu, dan sampai sekarang mobil Rafa belum juga meninggalkan basement gedung apartemen. Di dalam mobil,  Rafa mengerang frustasi. Ia bingung, ada apa dengan dirinya? Kenapa jadi aneh begini?

I'm With Rafa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang