Jangan labuhkan harapan apa pun padaku, karena di mataku kamu hanya sebatas rasa tanggung jawab, tidak lebih.
Rafa membuka pintu apartemen, matanya menyapu sekeliling, semua lampu masih menyala, suara televisi terdengar berisik. Dengan langkah pelan ia berjalan, tetapi sebelum itu, telebih dahulu Rafa menyimpan sandal di tempat biasa, sambil berjalan, Rafa melipat sajadahnya dengan benar. Ya, ia baru saja pulang dari masjid untuk salat subuh, mesjid yang letaknya tidak jauh dari apartemen.
Sekarang sudah hampir jam enam pagi, seperti biasa, waktunya tidak banyak, sebentar lagi dia akan pergi kembali. Menjelajah angkasa, beremu langit dan awan.
"Kau sudah mendingan?" tanya Rafa saat melihat Ola yang sedang duduk sembari menonton telivisi, gadis itu terlihat aneh. Lihat saja, sekarang Ola persis seperti kepompong, gadis itu membalut seluruh tubuhnya dengan sempurna, masih memakai selimut yang tadi malam, hanya jidat dan mata yang terlihat.
"Makin parah, tubuhku membengkak," jawab Ola, matanya masih enggan menatap Rafa.
"Hah?" cengo Rafa, lelaki itu tidak paham.
"Sakitku belum sembuh, malah makin parah, Rafa."
Mendengar itu sontak membuat Rafa kaget, buru–buru lelaki itu berjalan mendekati Ola, ingin memastikan apa itu benar apa tidak.
"Jangan mendekat," cegah Ola cepat saat melihat gerakan tubuh Rafa.
"Waktuku tidak banyak, setelah ini aku akan pergi lagi. Aku hanya ingin memastikan keadaamu, jika belum sembuh, aku akan mengatarkamu ke rumah sakit," jelas Rafa. Lelaki itu berdiri di samping Ola yang sedang duduk.
Menghela napas, lalu Ola mendongak, menatap Rafa dengan jengkel,"Lalu jika aku masuk dan menginap di rumah sakit, setelahnya kamu pergi meninggalkanku sendiri di sana, begitu hah?"
Dengan sabar Rafa menjelaskan,"Bukan begitu, maksudku jika nanti kau harus menginap, aku akan memberitahu Bunda, Bunda yang akan menemanimu di sana, tidak hanya itu, ada Fara dan Samudra. Jika kau di izinkan pulang, aku bisa mengatarmu ke rumah Bunda, kau bisa tinggal di sana selama aku pergi."
Menggeleng pelan,"Aku tidak mau merepotkan keluargamu, lebih baik aku di sini saja, lagian, aku bukan anak kecil, aku bisa mengurus diriku sendiri," ujar Ola pelan.
Rafa duduk di sofa, melihat itu, Ola sedikit menggeser dirinya agar menjauh dari Rafa, ia tidak mau dekat–dekat dengan laki–laki itu, ia tidak mau Rafa melihat alerginya.
Menghela napas, Rafa menoleh, menatap perempuan yang baginya sungguh sangat keras kepala, sekarang pandangan Ola fokus ke depan. "Bisa mengurus diri sendiri? Buktinya selama tidak ada aku, kau sakit, belajar untuk tidak keras kepala Ola!"
"Aku sakit bukan karena kamu pergi, bukan karena merindukan kehadiranmu, amit–amit tujuh turunan! Jadi jangan sok tahu," ucap Ola tidak terima, enak saja, memangnya kehadiran Rafa penting baginya? Oh jelas tidak!
"Lantas karena apa?" tanya Rafa memancing, ia ingin mendegar secara langsung dari Ola, penyebab gadis itu bisa sakit.
"A–aku tidak bisa masak, jadi tidak mak–an, aku kelelahan, di kampus tugasku banyak," jawab Ola pelan, menjawab dengan ragu–ragu.
Rafa di buat syok atas jawaban Ola yang sedikit bodoh,"Makanya kalau punya otak itu di pakek, gini kan akibatnya?" setelah mengatakan itu, Rafa segera bangkit, berjalan menuju kamar. Ia di buat geleng–geleng kepala atas kelakuan istrinya.
"DASAR TUKANG SELINGKUH! JELEK,MIRIP MONYET! RAFA MAJNUN! NYEBELIN!" teriak Ola, namun tidak terlalu kencang, Ya Tuhan, ia sungguh sangat tidak suka laki–laki macam Rafa. Dan betapa sialnya, lelaki itu mengabaikan teriakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With Rafa [END]
Romance#Rank 1 in Pilot (19 Juli 2021) #Rank 4 in Romance (2 Agustus 2021) #Rank 6 in Spiritual (2 Agustus 2021) #Rank 6 in Sad (10 Agustus 2021) #Rank 6 in Angst (10 Agustus 2021) Bagaimana rasanya jika orangtuamu diam-diam menikahkan kamu saat umurmu mas...
![I'm With Rafa [END]](https://img.wattpad.com/cover/218606870-64-k587629.jpg)