Kamu, maaf atas segala keegoisanku.
Dalam hati, Ola berusaha mati–matian agar tidak mudah cengeng. Hei, memang sejak kapan dia menjadi rapuh? Dia gadis kuat, tidak lemah. Rafa cuma memarahinya, bukan apa–apa. Lain hal jika Rafa mau membunuhnya sekarang, nah, baru Ola akan membalas. Sekarang cukup diam saja, abaikan saja lelaki itu, biarkan Rafa mengeluarkan amarahnya.
"Aku hanya menemani adik kamu, tidak lebih," balas Ola pelan, matanya lurus kedepan, tidak tertarik melihat wajah Rafa.
"Setidaknya bilang. Gara–gara kau, orang rumah jadi panik!"
Tunggu dulu, apa tadi? Gara–gara dirinya?
Kali ini, karena tidak terima, Ola dengan segala keberaniannya, menatap Rafa. Enak saja main di salahkan! Jelas–jelas tadi pagi Rafa sendiri yang menyuruhnya menemani Fara. "Maaf Tuan Rafa, seharusnya anda juga harus pake otak, jelas tadi pagi anda sendiri yang menyuruh saya untuk menemani Fara, melupakan itu heh?"
"Aku tidak melupakan itu. Seharusnya jika mau pergi, jangan lupa pulang, menimal sebelum magrib sudah ada di rumah, perempuan baik–baik paham akan hal itu," ujar Rafa dingin, kali ini, ia tidak lagi menatap Ola, melainkan matanya fokus ke depan. Terlihat jalan yang basah, sunyi, akibat hujan tadi.
Lagi, Ola mendengar kalimat itu. Ya, dia memang bukan perempuan baik–baik, tapi setidaknya dia masih tau batasan.
"Ya, aku memang bukan perempuan baik–baik, aku tidak paham akan aturan, tapi setidaknya aku tau batasan," balas Ola, membuat Rafa terdiam.
Ola meremas jemarinya kuat, ia butuh sesuatu untuk meluapkan emosi hatinya. Jalanan semakin sepi, membuat Ola menerawang, seperti film–film usang, kenangan tentang pesantren berputar tanpa di perintah di ingatannya.
"Umi, Abiya, Kak Nanda, Kak Yusuf. Ola merindukan kalian."
Nyatanya tinggal dengan orang baru memang tidak semudah itu.
——————————————
Hari pertama masuk kuliah, seharusnya Ola senang, dengan begini, dia tidak akan terkurung, ia akan bebas, menemukan dunia baru. Namun, nyatanya hatinya tidak, ia biasa saja. Ah—memang sejak awal datang ke kota ini, apa ia senang? Tidak! Jika tidak mengingat pesan abiya dan uminya, sungguh ia akan kabur, sejauh mungkin.
Dengan malas, Ola mengambil tasnya, sebelum pergi, dia terlebih dulu, melihat penampilannya di pantulan cermin, memutar tubuhnya berulang kali. Sudah oke.
Seperti ada yang janggal, segera Ola meraih dompetnya, memeriksa sesuatu di sana. Seketika saat melihat isi dompetnya, ia mendesah panjang, ia baru menyadari, sekarang ia sama sekali tidak memiliki uang. Jika begini, bagaimana ia bisa ke kampus? Gila ke kampus gak bawa uang.
Tiba–tiba ponselnya berbunyi, seperti ada pesan yang masuk.
Rafa majnun
Periksa laci nakas, apa yang kau butuhkan ada di sana.
Mengernyit, dengan langkah ragu ia berjalan mendekati nakas, lalu membuka laci pertama. Seketika mata Ola melotot, oh daebak! Credit card dan uang cash. Ternyata lelaki songong itu tidak melupakan kewajibannya, baguslah, Ola tidak perlu susah–susah memperingati.
Bicara tentang Rafa, kemana lelaki itu? Aneh sekali pagi–pagi sudah menghilang, biasanya masih santai di dalam kamar. Penasaran, Ola berjalan menuju ruang ganti, segera ia membuka lemari. Tidak ada lagi seragam pilot Rafa di sana, apa lelaki itu sudah mulai kerja?
Dasar songong! Pergi gak pamit!
Saat menuruni anak tangga, ia melihat Samudra dan Fara yang terlihat tertawa, entah apa yang mereka tertawakan, Ola tidak tahu.
Melihat kedatangan dirinya, dua manusia itu langsung bangkit. "Ayok, Kak! Ih Fara gak sabar, mau ketemu cowok ganteng uwuw sekali." Fara heboh sendiri, bibirnya tersenyum, sambil membayangkan cowok ganteng seperti yang ada di wattpad—tempat ia berkencan online dengan para suami–suaminya.
Gemas, Samudra menjintak kepala Fara pelan. "Belajar yang benar, gak usah aneh–aneh! Abang akan pantau kamu terus, jadi jangan macam–macam!" Fara mengerutu pelan.
"Bunda udah siapin kalian bekal, jadi jangan lupa di makan. Gak usah malu kalo bawa bekal, ingat, makanan di rumah lebih terjamin." Aira tiba–tiba datang, menyodorkan bekal yang ia siapakan tadi.
Dengan senang hati mereka menerimannya. "Makasih Bunda, pasti di makan, tidak ada kata malu kalau makan mah,"ujar Fara dan Samudra bersamaan, ah mereka begitu kompak.
Tersenyum. " Makasih Bunda," ujar Ola.
———————————————
Tepat pukul 22:00 waktu Jerman, pesawat yang dikendalikan oleh Rafa mendarat sempurna di Bandara internasional Berlin schönefeld Jerman. Setengah jam yang lalu Rafa sudah keluar dari area Bandara bersama para crew pesawat lainnya. Rafa tidak beristrirahat di hotel terlebih dahulu. Setelah menghidupkan kembali ponselnya, saat membaca pesan dari kekasihnya. Rafa lebih memilih menyusul Kyelin—ah ia begitu merindukan gadis itu.
KyelinKamu hari ini masuk kan Raf?
Aku kangen;(
Aku sudah sampai, tunggu aku di sana.
——————————————
Aceh, 1 Mei 2020
Mau minta 100+ vote apa bisa? Demi Rafa yang minta di hujat. Demi aku yang akan up jika kalian semangat vote dan komen😂
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With Rafa [END]
Romance#Rank 1 in Pilot (19 Juli 2021) #Rank 4 in Romance (2 Agustus 2021) #Rank 6 in Spiritual (2 Agustus 2021) #Rank 6 in Sad (10 Agustus 2021) #Rank 6 in Angst (10 Agustus 2021) Bagaimana rasanya jika orangtuamu diam-diam menikahkan kamu saat umurmu mas...