Aku tidak menginginkanmu, dan untuk sekian kalinya aku sadar, aku tidak pantas memberontak karena kamu adalah takdir yang telah Tuhan tetapkan.
Malam sudah mulai larut, tidak ada lagi kebisingan, semuanya tanpak terasa menenangkan. Tidak ada lagi suara–suara yang mengacaukan fokusnya. Suara jam dinding berdetak semakin kentara, menciptakan sensasi damai di malam hari. Rafa masih fokus menatap buku–buku tebal yang ada di meja dalam kamarnya. Membacanya, mempelajari setiap kata yang ada di buku tersebut.
Beruntung besok Rafa masih libur, jadi tidak masalah jika dia tidur larut malam ini. Rafa menghela napasnya, sungguh jika di beri pilihan, dia ingin pergi dari rumah malam ini—kabur, ia tidak ingin menyambut hari esok dengan gembira, seperti yang di lakukan keluarganya.
Sebelum bangkit, Rafa terlebih dahulu membereskan buku–bukunya, menyimpan kembali dengan rapi. Ia tidak suka berantakan. Rafa berjalan ke arah jendela, menutup jendela kamar, namun gorden tetap ia biarkan terbuka, sehingga cahaya bulan langsung menebus ke dalam kamarnya. Rafa berjalan ke arah kamar mandi, membersihkan diri sebelum tidur.
Dengan senyum tipis ia mengamati foto seorang gadis yang sengaja ia biarkan mengantung di dinding kamarnya. Foto seorang gadis yang sedang tertawa lepas. Begitu cantik."Aku mencintaimu," ujarnya pelan. Namun, Rafa sadar sekuat apapun dia memberontak, apa yang ia ucapkan tadi, tetap saja hanya sebuah ilusi yang tak memiliki tepi.
Rafa tersenyum getir, ia mengadahkan kepalanya, berusaha menyangkal bahwa apa yang terjadi di masa lalu hanya sebuah mimpi, berharap bahwa dia tidak pernah melakukan semua itu. Ah, kenapa dia begitu bodoh?! "Sial!" umpatnya.
—————
Semuanya tampak bahagia, bagaimana tidak? Hari ini adalah hari paling di nanti oleh keluarganya, setelah sekian tahun lamanya. Namun, tidak baginya, sama sekali Rafa tidak menginginkan hari ini terjadi.
Rafa turun ke bawah, ia berjalan di undukan anak tangga dengan wajah kusut, tidak ada senyuman. Semuanya yang melihat itu hanya bisa mengamati saja. Namun, jauh di lubuk hati, mereka semua menayakan perihal perubahan sikap Rafa yang sangat berubah dratis.
"Anak Bunda kok kusut gitu sih? Semangat dong. Kan hari ini hari bahagia buat Rafa, buat kita semua."Aira mengulas senyum, meyakinkan anaknya bahwa apa yang terjadi sekarang adalah benar, tidak ada yang salah.
"Iya Bunda," balas Rafa pelan, berusaha tersenyum.
7 tahun yang lalu, ia tidak pernah peduli tentang perasaanya sendiri, apapun yang kedua orangtuanya minta, pasti ia turuti—tanpa memedulikan perasaan hatinya. Dan pada saat itu, Rafa menuruti dengan perasaan baik–baik saja, sungguh hari itu dia tidak keberatan! Namun, beberapa tahun setelahnya, dia bertemu kembali dengan teman masa lalunya—Kyelin, saat Kyelin berlibur ke Indonesia. Seminggu Kyelin di Indonesia. Hari–hari bersama Kyelin, waktu yang mereka habiskan bersama, saat Kyelin menyatakan perasaanya. Rafa bahagia hari itu, karena Kyelinnya juga mencintainya. Mereka saling mencintai. Namun, Rafa lupa, tentang perasaan mereka yang tidak mungkin bersatu, ada jarak, terlampau jauh.
Farhan memperhatikan wajah putranya, terlihat tidak senang. Farhan tidak tahu kenapa putranya jadi aneh akhir–akhir ini, awalnya yang ia tahu, Rafa tidak keberatan, tidak terpaksa. Terbukti bahwa dulu, 7 tahun yang lalu, ia bisa melihat senyum tulus Rafa, senyum bahagia putranya. Tetapi semejak Kyelin datang ke Indonesia dan balik lagi ke Jerman, ia dapat merasakan perubahan sikap Rafa yang dratis. Lebih anehnya lagi, pada saat Rafa mengutarakan bahwa ia ingin menjadi seorang Pilot. Padahal jelas semua orang tahu, Rafa tidak suka angkasa.
"Kita berangkat sekarang," ujar Farhan memutuskan.
"Bang gak usah kusut gitu, harusnya bahagia dong, kan mau jemput istri. Gimana sih?" Samudra menyenggol bahu Rafa pelan.
"Iya nih Abang. Semangat dong, jangan lembek kayak yupi! Fara aja seneng mau jemput kakak ipar,"timpal Fara heran.
Rafa hanya diam, mengabaikan kedua adiknya.
Memang seharusnya dia bahagia, karena hari ini ia akan menjemput istrinya, istri yang ia nikahkan 7 tahun yang lalu. Tetapi hatinya terus saja memberontak. Harusnya yang menjadi istrinya itu Kyelin bukan perempuan itu—perempuan yang jauh dari kata baik–baik.
⭐⭐⭐
Nah lo, gimana ceritanya Rafa udah punya istri?
Komen dan vote sangat menentukan kelangsungan cerita ini, jadi kalo mau di lanjut, ayuk vote dan komen, gratisssss kok gesss🙈
Aceh, 2 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With Rafa [END]
Romance#Rank 1 in Pilot (19 Juli 2021) #Rank 4 in Romance (2 Agustus 2021) #Rank 6 in Spiritual (2 Agustus 2021) #Rank 6 in Sad (10 Agustus 2021) #Rank 6 in Angst (10 Agustus 2021) Bagaimana rasanya jika orangtuamu diam-diam menikahkan kamu saat umurmu mas...
![I'm With Rafa [END]](https://img.wattpad.com/cover/218606870-64-k587629.jpg)