Pagi pertama

11.7K 942 78
                                    

Bagaimana rasanya di paksa hidup dengan orang yang tidak di inginkan?

Sesudah salat subuh tadi, kini Ola tetap masih betah di dalam kamar, padahal sudah jam 6 pagi. Bukannya malas, tapi Ola bingung, masih belum terbiasa, meski ia tahu keluarga Rafa sangat baik padanya, tetapi tetap saja, jika tidak ada yang memanggilnya, maka ia tidak berani keluar.

Satu hari berlalu di tempat asing. Oh jadi begini rasanya tinggal di rumah mama mertua? Rasanya sangat berbeda. Lebih enak di pesantren, tentu saja. Tidak mau murung sendiri,  Ola memilih bangkit, mengamati ruangan kamar—yang terlalu besar. Dan semuanya sudah rapi, bersih, tidak ada yang berantakan. Ola baru sadar, bahwa Rafa adalah pria yang tidak suka sesuatu yang berserakan, semuanya harus bersih dan rapi. Jadi apa kabar dengan dirinya sendiri? Mengingat bahwa ia sangat hobi membuat keadaan kacau. Tiba–tiba sebuah ide terlintas di otaknya, Ola tersenyum sinis, ah ia ingin melihat wajah murka Rafa, pasti sangat menyenangkan.

Dengan hati riang, Ola berjalan munuju pintu, ia akan keluar, setidaknya Ola akan berusaha berbaur dengan keluarga barunya.

Tiba–tiba Ola berhenti tepat di depan pintu, seperti ada yang aneh pada dirinya. Langsung saja Ola mengamati penampilannya, dan betapa terkejutnya gadis itu, ternyata dia masih belum mengantikan baju tidurnya, padahal ia sudah mandi. Tak mau membuang–buang waktu, ia segera masuk ke ruang ganti, membuka lemari, mengambil baju berwarna mocca dan rok bewarna hitam pekat tak lupa juga hijab bewarna senada.

Saat ingin menutup lemari, sesuatu menarik perhatian Ola, ia mengamati seragam pilot yang mengantung di sana. Ola mulai berpikir keras, apakah Rafa seorang pilot? Gadis itu berdecak kagum sebentar sebelum akhirnya menggeleng berulang kali.

"Kapten Rafa..." Tanpa sadar Ola bergumam.

Sesudah menganti pakaiannya, Ola berjalan ke arah pintu, dan lagi, tiba–tiba ada sesuatu yang langsung menarik perhatiannya saat melihat ke arah dinding kamar. Dan kali ini, sangat membuat Ola penasaran, sebuah foto, terlihat seorang perempuan yang sedang tertawa lepas. Apakah gadis itu pacar Rafa? Bodo amat!! Ola tidak peduli sama sekali.

"Katanya laki–laki baik, tapi foto perempuan mengantung di dinding kamar. Umi–Abiya menantu kalian tidak sebaik itu!"

——————————————

Ola keluar dari dalam kamar, lalu menuruni anak tangga dengan perlahan. Ia mengamati sekeliling, dan baru sadar bahwa semuanya berwarna biru muda. Dan jangan lupakan vas bunga yang berada di mana–mana, semua vas bunga itu di isi dengan mawar biru, lavender dan juga lili. Foto keluarga juga sangat menarik perhatian Ola, foto seorang anak kecil yang sedang di gendong oleh ayah mertuanya, ia yakin, anak kecil itu pasti Rafa. Foto anak perempuan yang diapit oleh dua kakak laki–lakinya, foto kebersamaan mertuanya—ah mereka sangat cocok, dan foto seorang pria yang tersenyum sambil menatap seorang wanita yang ia yakini istrinya, siapa mereka? Bukan kah tadi malam dia tidak melihat mereka?

"Gimana Kak? Romatis kan Mak–Bapak aku?" Samudra terkekeh sebentar, ia juga mengamati foto kedua orangtuanya yang terlihat bahagia.

"Eh... " Ola kaget saat tiba–tiba Samudra berdiri di sampingnya.

"Pasti Kak Ola bingung ya? Ah biar aku jelaskan. Jadi mereka itu orangtuaku paling daebakk! Tapi sayang, mereka gak tinggal di sini. Kayaknya mereka lebih betah tinggal berdua. Kadang aku sedih, masa anak seganteng aku di anggurin?" ujar Samudra, jangan lupakan wajahnya yang cengesan. Begitulah Samudra, tak perlu di tanya, dia sudah peka duluan, sungguh menantu idaman mertua.

"Mereka tinggal di mana? Dan kenapa kamu gak ikut?" tanya Ola penasaran. Sepertinya ia senang mengobrol dengan Samudra.

"Jerman. Malas di sana, lebih baik di sini, cewek Indo lebih oke–oke," jawab Samudra santai. Membuat Ola melongo.

I'm With Rafa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang