Suatu hari, setelah hujan reda, kamu berdiri sembari menatap langit yang mulai menampilkan senyum cerahnya, di iringi dengan percikkan pelangi, tanpa sadar bibirmu ikut tertarik ke atas, seketika kamu sadar, tidak apa–apa jika tidak baik–baik saja. Kadang langit cerah datang setelah kelamnya mendung.
——————————————
“Terima kasih untuk hari ini Kak,” ujar Ola dengan tulus, sekilas menatap Arjun dengan tangan yang sibuk melepaskan sabuk pengaman.
“Sama–sama, La. Dan soal yang tadi, gue minta maaf, lo gak perlu mikirin apa pun, tadi gue cuma reflek,” tukas Arjun mencoba menjelaskan, ingin rasanya ia memaki dirinya sendiri, kenapa dia tadi tiba–tiba mengatakan bahwa menyukai Ola? Lebih parah lagi berani menyentuh tangan perempuan yang tidak halal untuknya. Dasar mulut dan tangan, gak tau situasi saja.
“Aku tahu.” Ola ujar pelan, dia tidak berniat membahas apa yang di maksud oleh Arjun, karena baginya memang itu tidak bearti apa–apa, kemudian keluar dari mobil, Ola hendak menutup pintu mobil, namun, urung saat Arjun menatapnya, seolah–olah mengatakan tunggu sebentar.
“Lo beneran gak papa turun di sini? Gak mau gue anterin?” tanya Arjun mencoba memastikan, melirik sekitar mereka, memang banyak orang, tapi dia tetap tidak tenang, apa lagi sekarang sudah malam, bagaimana nanti jika Rafa memarahi Ola? Bisa saja kan?
“Tidak apa–apa Kak,” jawab Ola yakin. Tersenyum.
“Yaudah kalau gitu, Ola ingat apa yang gue bilang tadi, selalu ada kesempatan kedua, serumit apa pun itu. Lo jangan putus asa, pokoknya harus semangat!” ujar Arjun di iringi senyuman tipis. Kemudian, detik berikutnya kaca mobil itu sempurna tertutup, dan mobil laki–laki itu melaju dengan kecepatan di atas rata–rata. Meninggalkan Ola sendiri.
Tak sampai semenit, senyum Ola memudar, perempuan itu menahan napas sebentar, bohong jika dia tidak takut, faktanya sekarang, dia takut Rafa memarahinya, menatapnya sebagai perempuan murahan, seperti waktu itu.
Ola menggeleng–gelengkan kepalanya, dia tidak boleh berpikir negatif, Rafa mungkin sekarang sudah lelah dan memilih menyerah karena menghadapinya sikapnya yang begitu keras kepala, laki–laki mana yang tahan dengan perempuan keras kepala seperti dirinya? Apalagi ingin berjuang, itu sangat tidak mungkin, terlebih hanya untuk Ola—perempuan yang katanya menjadi sumber masalah di hidup laki–laki itu.
Astaga Ola, cobalah berpikir positif sekali saja, runtuk Ola dalam hal itu.
Ola menatap ragu pintu apartmen, padahal sudah lima menit yang lalu di berada di sini, tapi masih tidak berniat masuk ke dalam. Ola menatap arloji di tangannya, jarum itu mengarah pada angaka sembilan, itu artinya dia sudah sangat terlambat.
Tidak mau memikirkan yang aneh–aneh, Ola menarik napas dalam–dalam, lalu membuangnya secara perlahan, ia kemudian menekan password pintu apartemen dengan lihai, pintu otomatis langsung bisa di buka, Ola berjalan dengan pelan, gelap langsung menyambut kedatangannya, Ola menghidupkan lampu, lalu pergi ke kamar mandi terlebih dahulu untuk mencuci muka dan kakinya, dan setelahnya keluar lagi. Perempuan itu berjalan menuju dapur dengan pelan, wajahnya terlihat lesu.
Sebelah alis Ola terangkat saat melihat sebuah notes yang menempel di kulkas.
Jangan makan mie instan, aku sudah menyiapkan makan malam untukmu, tak perlu di panaskan lagi, masih hangat, aku baru saja memasaknya.
—Rafa
“Curut, jangan kayak gini, aku makin gak bisa ... arghh.” Ola segera menutup mukanya dengan kedua tangan, astaga kenapa dia menjadi senang seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With Rafa [END]
Любовные романы#Rank 1 in Pilot (19 Juli 2021) #Rank 4 in Romance (2 Agustus 2021) #Rank 6 in Spiritual (2 Agustus 2021) #Rank 6 in Sad (10 Agustus 2021) #Rank 6 in Angst (10 Agustus 2021) Bagaimana rasanya jika orangtuamu diam-diam menikahkan kamu saat umurmu mas...
![I'm With Rafa [END]](https://img.wattpad.com/cover/218606870-64-k587629.jpg)