Dari dulu sudah kujelaskan kalau cerita ini GILA, jadi jangan kaget ya;)
Jangan lupa putar lagu di mulmed, biar okei.
Segala tentangmu akan selalu kuingat.
Rasa sakit ini akan kukenang abadi, kamu, terima kasih.Kini Ola duduk sambil menemani Rajwa yang masih terdiam. Anak kecil itu terlihat murung. Sementara Arjun, laki–laki itu sudah pergi sejak setengah jam yang lalu, katanya mau keluar, membelikan sesuatu.
"Rajwa kok dari tadi diam terus sih? Kak Ola membosankan yah?"
Tanpa keraguan sedikit pun Rajwa mengangguk.
Ola tertawa sebentar. "Kamu terlalu jujur," ujar Ola mengacak rambut Rajwa gemas.
Dengan ragu Rajwa menatap Ola yang juga sedang memperhatikan dirinya. Ada rasa iri saat melihat wajah ceria Ola, jika orang lain bisa tertawa dengan begitu lepas, kenapa dia malah tidak bisa?
"Kakak kok bisa sebahagia itu? Padahal tadi aku bersikap menyebalkan."
Terdiam beberapa saat. Ola menatap Rajwa dengan tersenyum. Senyuman yang begitu jarang ia perlihatkan pada orang–orang. "Bahagia itu pilihan sayang. Prinsip kakak, 'Semenyakitkan apa pun, jangan pernah cengeng'. Rasa sedih hanya bisa membuat keadaan semakin terpuruk, jadi, daripada makin hancur, hadapi saja dengan rasa syukur, perlahan rasa bahagia itu akan hadir sendirinya. Karena kenapa? Karena hati kita secara perlahan sudah mulai berdamai, tidak menampung rasa sakit lagi.
Andai semudah itu, pasti akan Rajwa lakukan. Dia masih anak kecil, tapi kenapa harus menanggung rasa sakit ini sendirian. Rajwa menatap Ola. "Kakak hebat," ujar Rajwa.
"Kamu jauh lebih hebat, sayang." Ola mengelus rambut panjang Rajwa penuh sayang.
Menunduk, Rajwa menggeleng lemah. "Aku tidak hebat, Kak. Kehadiranku tidak di harapkan sama sekali, aku di buang orangtuaku sendiri setahun yang lalu. Hanya karena aku anak yang cacat, seorang anak yang tidak bisa berjalan dengan sempurna, mereka pergi meninggalkanku sendirian. Hebat dari segi mananya aku ini?" Tanpa di perintah, cairan bening itu menetes kembali.
Hati Ola mencolos saat mendengar itu, ia memang tidak merasakan apa yang di rasakan Rajwa, namun yang jelas sekarang tiba–tiba hatinya ikut merasakan sakit.
"Kakak jangan natap aku kayak gitu, aku gak mau terlihat menyedihkan," ujar Rajwa terkekeh sebentar. Sakit sekali saat melihat orang memandangnya dengan tatapan penuh prihatin.
"Maaf."
"Santai saja Kak. Mulai sekarang, aku akan berlapang dada, menerima alur takdirku dengan rasa syukur, tidak peduli sehancur apa pun hidupku, karena aku tidak pernah sendirian, aku punya Allah. Ibu panti, Kak Arjun, anak–anak panti yang begitu menyenangkan, dan juga... Aku punya Kak Ola."
——————————————
Sekarang Ola masih berada di panti asuhan, karena hujan yang lumayan deras, jadi ia tidak bisa pulang, padahal jam sudah menujukkan pukul 7 malam. Sedari tadi hujannya masih saja lebat, tidak berhenti. Ola menghela napas, ia menyibak gorden, menatap keluar, semakin gelap.
"Maaf ya, La. Gara–gara aku, kamu jadi terjebak hujan segala," ujar Siti menyesal.
"Santai Sit, kayak sama siapa aja kamu ini."
"Kamu sudah kabarin orang rumah kan?" tanya Siti memastikan.
"Kamu lupa kalau aku tinggal sendiri?" Ola balik bertanya, membuat Siti menepuk jidatnya pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With Rafa [END]
Romance#Rank 1 in Pilot (19 Juli 2021) #Rank 4 in Romance (2 Agustus 2021) #Rank 6 in Spiritual (2 Agustus 2021) #Rank 6 in Sad (10 Agustus 2021) #Rank 6 in Angst (10 Agustus 2021) Bagaimana rasanya jika orangtuamu diam-diam menikahkan kamu saat umurmu mas...