Regarding destiny

9.2K 938 134
                                        

Taburin vote dan komennya yak🙌🙇

Sekarang aku akan mencoba menerima, tidak akan mengeluh lagi. Dan di kemudian hari, hari di mana aku akan tersenyum sambil menoleh ke belakang, menatap kilas balik hidupku di masa silam, lalu bergumam bahwa aku tidak menyesal pernah bertahan sejauh ini.

Malam yang sangat di tunggu–tunggu akhirnya telah tiba, Samudra menatap pemandangan taman belakang rumah, Woah daebak! Sebenarnya hari ulang tahunnya adalah hari ini, bukan besok, tapi biar beda dari yang lain, Samudra tidak merayakan hari lahirnya tadi malam. Dan pun, tidak seperti pesta ulang tahun pada umumnya. Perayaan malam ini sangat berbeda, tidak banyak yang datang, hanya sahabat Samudra saja. Siapa lagi kalau bukan Arjun dan Aska. Selebih itu tidak ada yang lain, hanya keluarga. Sebenarnya Samudra mengundang Arumi, tapi Samudra tidak yakin, bahwa gadis itu akan datang, padahal Samudra sangat berharap.

Rencananya malam ini akan ada acara bakar–bakar barbeque di taman belakang. Samudra jadi tidak sabar, jika di pikir–pikir, ini mah tidak mirip acara ulang tahun, lebih mirip ke reuni SMA! Huff, untung Samudra tidak mepermasalahkan.

Di sana terlihat Ola dan Fara yang sedang asik menyiapkan minuman di atas meja yang sudah di sediakan. Meja itu cukup panjang, sehingga muat untuk sepuluh orang, bahkan lebih. Sementara di sisi lain, terlihat Aira dan Yuna yang sedang bakar–bakar, tidak hanya itu, Humaira—adik Farhan pun juga ikut nimbrung.

Sedangkan untuk kaum pria, mereka sudah tidak ada tugas. Jadi, untuk sekarang mereka memilih duduk santai, sambil menunggu hidangan dan siap di makan.

"Langit mana? Kok gak muncul–muncul juga?" tanya Farhan pada Rifki, katanya Langit sedang dalam perjalanan, tapi sekarang belum juga sampai. Ngomong–ngomong Langit adalah keponakannya. Anaknya Rifki dan Humaira.

"Tadi katanya pulang dulu mau jemput Dara. Bentar lagi juga nongol," jawab Rifki santai, lalu ia mencomot cemilan yang ada di atas meja. Memakannya dengan pelan.

Raka menggeleng lemah, tidak habis pikir, ternyata hidup sangat cepat berlalu. "Gila ya, kok bisa secepat itu kalian jadi Papa mertua, gue yang paling tua di sini aja belum punya menantu." Raka di buat tidak percaya, matanya melirik putranya yang sedang asik berkumpul dengan sohibnya, membayangkan Samudra nikah saja berhasil membuat dirinya panas dingin, menurut Raka, anaknya ini masih bocah, umur saja gede tapi kelakuan gak beda jauh sama anak SD.

"Makanya Samudra cepat di nikahin," timpal Rifki.

Raka melempar cemilan kering yang ada si tangannya ke arah Rifki. "Sembarangan, menikah bukan perihal mudah, tidak sederhana itu. Apalagi ini anak gue sendiri, Sam sangat beda dengan Rafa dan Langit, dia belum bisa serius, hidupnya masih perihal main, santai. Kasian nanti menantu gue."

"Suatu hari Sam juga bisa dewasa, dia hanya perlu tersentil dulu," ujar Farhan sambil menyeruput minumannya.

Tidak lama kemudian muncul–lah Langit dan Dara, pasangan itu terlihat sangat serasi. Mereka berjalan beriringan, senyum manis Dara tidak pernah pudar, meski tidak secantik perempuan–perempuan yang ada di sini, tetapi tetap saja, aura teduh dari Dara membuat gadis itu terlihat sangat mengagumkan.

Dara menyalami semuanya, lalu dengan semangat ia menghampiri Samudra, menyodorkan kado yang sudah ia siapkan dengan Langit. "Selamat ulang tahun, Sam. Sukses dan bahagia dunia akhirat ya."

Dengan senang hati ia menerima kado yang cukup besar itu."Amiin, Makasi Kak Dara."

"Sukses Sam, semoga cepat dewasa ya," ujar Langit. Menyenggol bahu Samudra pelan.

I'm With Rafa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang