Still foreign

8.9K 823 122
                                        

Jangan lupa putar lagu di mulmed ya, biar makin mantap.

Btw ada yang kangen Rafa dan Ola?

Dulu aku pernah memimpikan tentang masa depan, tentang seseorang yang akan begitu mendambakan kehadiranku, menganggap aku adalah tujuannya, menjadikan aku tempat pulang saat ia lelah seharian, menjadikan aku rumahnya.

Dan sekarang, berbanding balik, aku malah di pertemukan denganmu. Seseorang yang menganggap kehadiranku adalah luka.




Ola mengemasi barang–barangnya dan juga barang milik Rafa. Hari ini, ia akan pindah. Mengikuti kemauan Rafa, apartemen. Dengan lihai, ia memasuki pakaian ke dalam koper. Terdiam, ia mengamati celana jeans yang ia beli beberapa minggu yang lalu. Masih baru, belum ia pakai. Mungkin nanti ia akan memakainya, setelah tidak ada di sini.

"La, jangan mudah bergaul dengan sembarangan orang. Umi mohon, kamu harus bisa menjaga diri. Jaga aurat, La. Kamu harus pandai memilih teman."

Perkataan uminya tiba–tiba terekam jelas bagai kaset rusak. Berputar tanpa mau berhenti, Ola menahan napas sembari mengamati barang-barang yang seharusnya tidak ia beli.

"Sayang, jangan sampai kamu melanggar aturan lagi ya, jangan sampai kamu membuat kami kecewa lebih dalam lagi, cukup dulu. Mau berubah ya?"

"La, perlahan kamu harus bisa berubah ya? Tidak perlu tergesa–gesa, sedikit demi sedikit. Kamu pasti bisa, semangat!"

"Kamu bisa, La. Karena Ola perempuan hebat, lebih hebat dari Kak Nanda hahaha. Abang yakin, jaga diri ya? Ingat dosa, ingat bahwa neraka itu panas haha."

Ola memegang kepalanya yang tiba–tiba berdenyut, bayangan tentang pesantren, wajah–wajah yang selalu merengkuhnya di saat ia melakukan kesalahan–kesalahan mengerikan, semua itu memenuhi memori kepalanya dalam sekejap. Ola kesulitan sekarang, apa ia sudah jauh melangkah? Jika iya, kenapa dia harus peduli?

Mengabaikan rasa sakit di kepalanya, Ola kembali melanjutkan mengemas. Dulu, saat masih di pesantren, diam–diam ia juga melanggar banyak aturan. Jadi jika sekarang ia melanggar lagi, tidak apa–apa bukan? Memangnya mereka mau peduli? Jika mereka peduli, tidak mungkin mereka membuangnya dengan begitu kejam.

Saat sudah selesai, Ola bangkit, mengambil barang yang lain, buku gambar, ia tidak boleh melupakan itu. Sudah selesai, ia segera duduk di sofa kembali, sembari menunggu Rafa datang. Namun, bunyi ponsel mengurungkan niatnya untuk duduk, bukan ponselnya, melainkan milik Rafa.

Awalnya Ola tidak tertarik, namun, karena suara itu terus berbunyi secara beruntun, membuat ia kesal sendiri. Dengan ragu, ia mengambil ponsel Rafa, dan ternyata tidak terkunci, membuat ia lebih mudah mengecek. Menahan napas, ia terdiam mengamati wallpaper ponsel tersebut, foto seseorang yang ia yakini adalah Kyelin—kekasih suamianya sendiri. Ah pantas, Rafa begitu mencintai perempuan itu, buktinya sampai terbawa mimpi, Kyelin itu sangat cantik. Wajahnya mirip Barbie, jadi pantas. Belum sempat membaca isi pesan, tiba–tiba seseorang merampas ponsel itu dengan cepat, membuat Ola cukup terkejut.

"Kau tahu sopan santun tidak hah?! Beraninya menyentuh ponselku!" hardik Rafa dengan setengah membentak.

Ola hanya terdiam sembari mengamati wajah Rafa yang seperti kesetanan. Buat apa  Rafa marah? Seharusnya lelaki itu biasa saja, tidak usah nyolot. Lagian, dia juga tidak peduli.

"Kamu bersikap seperti seorang suami yang takut ketahuan selingkuh," ujar Ola lalu berlalu begitu saja.

—————————————————

Sudah jam 8 malam, jalanan kota masih ramai dengan orang–orang yang berlalu–lalang. Malam ini, jalanan terlihat basah, akibat hujan tadi. Sekarang hujan tidak lagi turun dengan lebat, hanya gerimis–gerimis kecil. Berhasil menciptakan hawa dingin yang begitu menusuk.

Mobil Rafa berhenti tepat di depan supermarket. Lalu dengan segera Rafa keluar dari dalam mobil, tapi tidak dengan Ola. Dan itu sontak membuat Rafa kebingungan.

Rafa membuka pintu mobil. "Kenapa kau tidak ikut turun?"

"Jika kamu ada, kenapa aku harus ikut? Lagian aku tidak mengerti tentang bahan masakan, percuma jika mengikutimu," ujar Ola santai.

Kesal dengan jawaban istrinya. Rafa menarik tangan Ola dengan paksa. " Jadi manusia harus berguna, jangan malas!"

Dengan kesal, Ola mengikuti langkah Rafa yang berjalan dengan begitu cepat, dan jangan lupakan tangan Rafa yang terus saja menarik tangannya dengan sedikit tidak sabaran. Seakan–akan takut jika ia kabur. "Sialan, Rafa!"

Di dalam apartemen, Rafa di sibukkan dengan memasak di dapur, sementara Ola, gadis itu memilih menyimpan baju–baju ke dalam lemari, juga merapikan barang–barang yang sempat ia bawa tadi. Ola memang tidak bisa memasak, jika pun bisa, hanya mie instan saja. Ola mengamati sekeliling, dan sekarang ia baru menyadari bahwa kamar ini tidak memiliki sofa, jadi malam ini ia harus tidur di mana?

Selesai dengan tugasnya, ia berjalan menuju dapur, terlihat Rafa yang sedang menyiapkan makan malam. Ternyata selain ahli bacot, Rafa juga ahli memasak.

Ola menarik kursi dan duduk di sana, ia mengamati apa yang di lakukan Rafa. Pekerjaan lelaki itu sangat rapi. Dapur tidak terlihat berantakan sama sekali.

"Setelah ini kau yang mencuci piring dan semua yang ada di meja ini," ujar Rafa tanpa perasaan. Ah Ola sangat menyesal mempunyai suami macam Rafa.

———————————————

Aceh, 18 Mei 2020

Komentarmu di bab ini?

Bagaimana wallpaper hp Rafa? Bagus kan? Kyelin mirip barbie kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana wallpaper hp Rafa? Bagus kan? Kyelin mirip barbie kan?

I'm With Rafa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang