Pelangiku hilang, dan hujan pun datang, tapi lucunya langit terlihat terang, apa semesta sedang menertawakan kepedihanku?
————————
Sedari tadi senyum Ola terus mengembang saat melihat apa yang ada di hadapannya. Dulu, ketika kali pertama memperkenalkan Faruq, membawa Faruq ke rumah ini, ia tidak menyangka bahwa ibu mertuanya dengan senang hati menerima bocil itu. Sama sekali tidak mempermasalahkan status Faruq yang dulu hidup di riuhnya jalanan ibu kota. Meski tau, dia dan Rafa masih terlalu labil untuk menjadi orangtua, pada saat itu, ibu mertuanya hanya percaya bahwa mereka berdua bisa belajar menjadi orangtua angkat yang hebat. Dan terbukti sekarang. Walau masih banyak kurangnya, tapi mereka selalu mencoba belajar menjadi lebih baik.
"Kamu kenapa, La? Kok bengong, ada yang menganggu pikiranmu?" tanya Aira saat menyadari sejak tadi Ola hanya diam menatap kearahnya.
Tersenyum, Ola menggeleng sebentar, "Aku hanya sedang bahagia sekarang, makasih ya bunda karena sudah menerima keberadaan Faruq," jawab Ola, kemudian ia semakin bergeser agar bisa duduk di samping ibu mertuanya, menyandarkan kepalanya di pundak Aira. Selama satu tahun terakhir, Ola benar-benar lebih dekat dengan Aira, bahkan Ola tidak lagi menutup diri jika dia sedang mengalami masa-masa sulit, dia selalu bercerita tentang apa pun itu pada ibu mertuanya. Keluarga Rafa, bukan lagi orang asing baginya.
"Tidak perlu berterima kasih, bunda menyayangi Faruq sepenuh hati," sahut Aira, membelai kepala menantunya dengan sayang. Sedang sebelah tangan lagi sibuk mengajari Faruq mewarnai.
"Akhir-akhir ini, Rafa memperlakukanmu dengan baik kan La?" tanya Aira. Netranya melirik Ola, mengharapkan sebuah jawaban.
"Bunda tidak perlu cemas. Apa yang kini aku rasakan jauh lebih baik setiap harinya, dia menjalankan tugasnya dengan sempurna, Abang benar-benar membuktikan bahwa cuma ada aku sekarang, bahkan ketika aku mulai menyebalkan dia tetap berusaha sabar, kadang aku jadi mikir, kenapa secepat ini abang berubah? Bukankah dari dulu abang sangat mencintai perempuan itu?" Ola melemparkan pandangannya ke arah lain. Saat menginggat kembali apa yang terjadi, Ola tidak pernah berpikir akan hidup sampai hari ini di Jakarta, rasanya sangat mustahil bahagia akan menghapiri jiwanya kala itu. Tapi rencana Allah memang indah. Nasihat yang umi berikan setiap saat berhasil merubah hidupnya. "Ternyata benar, tidak ada yang abadi, begitu juga perasaan manusia," lanjutnya kemudian. Terkekeh di akhir kalimat.
"Terima kasih ya sudah mau menjadi menantu bunda sampai sekarang. Kamu benar-benar perempuan luar biasa, bunda bangga. Ola ... apa pun yang terjadi nanti, kamu akan baik-baik saja, Olanya Bunda pasti bisa melewati semuanya. Karena bunda yakin, kamu jauh lebih kuat dari apa yang kamu bayangkan selama ini."
"Kenapa Bunda begitu yakin padahal aku masih ragu sama diri sendiri?" Ola mendongak, menatap ibu mertuanya serius.
"Karena bunda sudah melihat semuanya, kacamata bunda tidak mungkin salah."
"Dulu umi juga mengatakan itu." Lagi, Ola tersenyum hangat. Setahun lebih sudah kepergian umi, tapi rasanya umi masih selalu ada untuknya.
"Mama, aku ngantuk," celutuk Faruq tiba-tiba, anak kecil itu lantas berhenti mewarnai dan beralih mendekati Ola. Membiarkan alat-alat tulis miliknya berserakan.
"Loh padahal bentar lagi Om Sam pulang, apa kamu yakin tidak ingin menyambut kepulangannya?" tanya Ola memastikan, pasalnya nanti jika Faruq bangun dan tidak melihat Samudra pulang, pasti ujung-ujungnya ngambek dan nangis.
"Gak mau, nanti aja."
"Oke, tapi janji ya sama Mama, gak boleh nangis pas bangun nanti."
"Iya, janji." Faruq mengangguk, lucu sekali.
![](https://img.wattpad.com/cover/218606870-288-k587629.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With Rafa [END]
Romance#Rank 1 in Pilot (19 Juli 2021) #Rank 4 in Romance (2 Agustus 2021) #Rank 6 in Spiritual (2 Agustus 2021) #Rank 6 in Sad (10 Agustus 2021) #Rank 6 in Angst (10 Agustus 2021) Bagaimana rasanya jika orangtuamu diam-diam menikahkan kamu saat umurmu mas...