"Cepet, isep rokoknya!"
"Tau, gimana sih?"
"Laki bukan, sih, lu?"
Hingar-bingar itu, Gemintang muak melihatnya--melihat teman-temannya mengerjai anak orang lain--teman mereka sendiri. Dia bahkan sudah letih dengan hidupnya, mengapa mereka tidak bisa hidup dengan nyaman tanpa melukai siapapun?!
Rangga, Nata dan Mario. Memang yang paling dekat dengannya adalah Mario, tapi bukan berarti dua orang yang lain bukan sahabatnya meski rasanya kata sahabat sudah cukup jauh tertinggal di belakang.
Matahari memanasi pikiran Gemintang, tawa riang anak sekolah saat jam pulang sudah tidak terdengar, dia datang mengambil rokok yang Rangga sodorkan paksa pada laki-laki yang mereka anggap lemah, membuat mereka semua terdiam karena ulah Gemintang yang lagi-lagi membuat kesal hati dan pikiran.
"Maksud lo apa, Tang?!" Rangga menusuk tajam mata itu. "Mau gua pukulin lagi?"
"Cukup!" Gemintang balik menusuk matanya dengan pedang tertajam yang ia punya.
Dia tertawa. Mengejek. Mendengkus.
"Pergi, lo!" suruh Gemintang pada si laki-laki yang selalu ia kerjai bersama Rangga. "Lo enggak muak apa kayak gini terus?" tanyanya. Mencoba berkompromi.
"Kenapa, Tang? Lo udah capek, 'kan sama kita?" tanya Rangga. "Lo udah enggak bisa solid lagi 'kan sama kita? Jadi mending pergi dari hadapan kita semua, bisa?
"Lagipula, bukannya lo dulu paling seneng saat ngerjain orang lemah kayak gini?"
"Kayaknya dia bakal nonjokin lu, Rang!" ejek Nata, mengingat saat mereka semua Gemintang pukuli ketika menghina Bulan--membuat pertemanan mereka renggang begitu saja.
"Mana berani? Pacarnya 'kan udah janji kalau Gemintang buat ulah lagi, pacarnya bakal keluar dari sekolah!"
"Hah? Siapa, Rang? Bulan atau Shania?"
"Bukan mereka. Tapi Ibu Dini! Kata mamah gua sih, gitu."
"Keren juga lo, Tang. Pacaran sama ibu-ibu. Guru lagi! Sehari dapet berapa?!" tanyanya mengejek sambil tertawa. "Eh, tapi Ibu Dini oke juga sih badannya."
"Maklum guru muda. Guru olahraga lagi."
Nata tertawa.
Satu peluru. "Enak, nggak, Tang, rasanya?!" Berpikiran kotor.
Gemintang yang mendengar itu, mencengkram erat kerah Rangga, menatap matanya penuh amarah. Menghina gurunya--orang yang ia juga sayang sama saja menghina Gemintang. Dia harus tahu itu!
"Sekali lagi lo ngomong kayak tadi, gua robek mulut lo!" ancamnya.
Rangga tidak takut, ia balik melawan, menepuk tangan yang mencengkram kerah bajunya, menatapnya balik. "Apa?! Lo mau nonjok gua?!" Matahari membuat keringat. "Tonjok!" tantangnya.
Gemintang muak mendengar suara sahabatnya yang satu ini. Dia mengepalkan tangannya kuat, mau mencoba memukul sekali lagi orang di depannya, namun saat tangan itu mau mencapai pipinya, Gemintang sadar. Dia teringat akan Rangga yang selalu tertawa bersamanya, Nata yang selalu curang ketika bermain bersamanya, dan Mario yang selalu manja seperti pacar sungguhan Gemintang tengah diam tanpa melakukan apapun sedari tadi membuat Gemintang tidak meneruskan pukulannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Akan Mencintaimu Jika Kamu Sudah Terlihat Cantik
Teen FictionROMAN - FIKSI REMAJA | Hidup Bulan mungkin saja akan bahagia jika dia terlahir sebagai orang berada, cantik, wajahnya tidak berjerawat, dan badannya tidak besar seperti kuda nil yang selalu laki-laki itu katakan padanya, Gemintang. Memangnya kenapa...